Senin, 22 Desember 2008

Kisah Seorang Bocah

Kisah Seorang Bocah

Ada seorang bocah kelas 4 SD di suatu daerah di Milaor Camarine Sur, Filipina, yang setiap hari mengambil rute melintasi daerah tanah yang berbatuan dan menyeberangi jalan raya yang berbahaya dimana banyak kendaraan yang melaju kencang dan tidak beraturan.

Setiap kali berhasil menyebrangi jalan raya tersebut, bocah ini mampir sebentar ke Gereja tiap pagi hanya untuk menyapa Tuhan, sahabatnya. Tindakannya ini selama ini diamati oleh seorang Pendeta yang merasa terharu menjumpai sikap bocah yang lugu dan beriman tersebut.

"Bagaimana kabarmu, Andy? Apakah kamu akan ke Sekolah?"
"Ya, Bapa Pendeta!" balas Andy dengan senyumnya yang menyentuh hati Pendeta tersebut.

Dia begitu memperhatikan keselamatan Andy sehingga suatu hari dia berkata kepada bocah tersebut, "Jangan menyebrang jalan raya sendirian, setiap kali pulang sekolah, kamu boleh mampir ke Gereja dan saya akan memastikan kamu pulang ke rumah dengan selamat."

"Terima kasih, Bapa Pendeta."
"Kenapa kamu tidak pulang sekarang? Apakah kamu tinggal di Gereja setelah pulang sekolah?"
"Aku hanya ingin menyapa kepada Tuhan.. sahabatku."

Dan Pendeta tersebut meninggalkan Andy untuk melewatkan waktunya di depan altar berbicara sendiri, tetapi pastur tersebut bersembunyi di balik altar untuk mendengarkan apa yang dibicarakan Andy kepada Bapa di Surga.

"Engkau tahu Tuhan, ujian matematikaku hari ini sangat buruk, tetapi aku tidak mencontek walaupun temanku melakukannya. Aku makan satu kue dan minum airku. Ayahku mengalami musim paceklik dan yang bisa kumakan hanya kue ini. Terima kasih buat kue ini, Tuhan! Tadi aku melihat anak kucing malang yang kelaparan dan aku memberikan kueku yang terakhir buatnya.. lucunya, aku jadi tidak begitu lapar."

"Lihat ini selopku yang terakhir. Aku mungkin harus berjalan tanpa sepatu minggu depan.Engkau tahu sepatu ini akan rusak, tapi tidak apa-apa.. paling tidak aku tetap dapat pergi ke sekolah. "

"Orang-orang berbicara bahwa kami akan mengalami musim panen yang susah bulan ini, bahkan beberapa dari temanku sudah berhenti sekolah, tolong bantu mereka supaya bisa bersekolah lagi. Tolong Tuhan."

"Oh, ya..Engkau tahu kalau Ibu memukulku lagi. Ini memang menyakitkan, tapi aku tahu sakit ini akan hilang, paling tidak aku masih punya seorang Ibu. Tuhan, Engkau mau lihat lukaku? Aku tahu Engkau dapat menyembuhkannya, disini..disini. Aku rasa Engkau tahu yang ini kan....? Tolong jangan marahi ibuku, ya..? Dia hanya sedang lelah dan kuatir akan kebutuhan makan dan biaya sekolahku..itulah mengapa dia memukul aku."

"Oh, Tuhan..aku rasa, aku sedang jatuh cinta saat ini. Ada seorang gadis yang sangat cantik dikelasku, namanya Anita. Menurut Engkau, apakah dia akan menyukaiku? Bagaimanapun juga paling tidak aku tahu Engkau tetap menyukaiku karena aku tidak usah menjadi siapapun hanya untuk menyenangkan-Mu. Engkau adalah sahabatku."

"Hei, ulang tahun-Mu tinggal dua hari lagi, apakah Engkau gembira? Tunggu saja sampai Engkau lihat, aku punya hadiah untukMu. Tapi ini kejutan bagiMu.Aku berharap Engkau menyukainya. Oooops..aku harus pergi sekarang."

Kemudian Andy segera berdiri dan memanggil Pendeta. "Bapa Pendeta..Bapa Pendeta..aku sudah selesai bicara dengan sahabatku, anda bisa menemaniku menyebrang jalan sekarang!"

Kegiatan tersebut berlangsung setiap hari, Andy tidak pernah absen sekalipun. Pendeta Agaton berbagi cerita ini kepada jemaat di Gerejanya setiap hari Minggu karena dia belum pernah melihat suatu iman dan kepercayaan yang murni kepada Tuhan.. suatu pandangan positif dalam situasi yang negatif.

Pada hari Natal, Pendeta Agaton jatuh sakit sehingga tidak bisa memimpin gereja dan dirawat di rumah sakit. Gereja tersebut diserahkan kepada 4 wanita tua yang tidak pernah tersenyum dan selalu menyalahkan segala sesuatu yang orang lain perbuat. Mereka juga mengutuki orang yang menyinggung mereka.

Ketika mereka sedang berdoa, Andy pun tiba di Gereja tersebut usai menghadiri pesta Natal di sekolahnya, dan menyapa "Halo Tuhan....Aku...."

"Kurang ajar kamu, bocah!!!tidakkah kamu lihat kalau kami sedang berdoa???!!!Keluar, kamu!!!!!"

Andy begitu terkejut, "Di mana Bapa Pendeta Agaton..? Seharusnya dia membantuku menyeberangi jalan raya.
dia selalu menyuruhku untuk mampir lewat pintu belakang Gereja.
Tidak hanya itu, aku juga harus menyapa Tuhan Yesus,
karena hari ini hari ulang tahunNya, akupun punya hadiah untukNya.."

Ketika Andy mau mengambil hadiah tersebut dari dalam bajunya,
seorang dari keempat wanita itu menarik kerahnya dan
mendorongnya keluar Gereja.

"Keluar kamu, bocah!..kamu akan mendapatkannya!!!"

Andy tidak punya pilihan lain kecuali sendirian menyebrangi jalan raya yang berbahaya tersebut di depan Gereja. Lalu dia menyeberang, tiba-tiba sebuah bus datang melaju dengan kencang, disitu ada tikungan yang tidak terlihat pandangan. Andy melindungi hadiah tersebut didalam saku bajunya, sehingga dia tidak melihat datangnya bus tersebut.
Waktunya hanya sedikit untuk menghindar dan Andy pun tewas seketika. Orang-orang disekitarnya berlarian dan mengelilingi tubuh bocah malang tersebut yang sudah tidak bernyawa lagi.

Tiba-tiba, entah muncul darimana ada seorang pria berjubah putih dengan wajah yang halus dan lembut, namun dengan penuh air mata datang dan memeluk bocah malang tersebut. Dia menangis.

Orang-orang penasaran dengan dirinya dan bertanya, "Maaf tuan..apakah anda keluarga dari bocah yang malang ini? Apakah anda mengenalnya?"

Tetapi pria tersebut dengan hati yang berduka karena penderitaan yang begitu dalam berkata, "Dia adalah sahabatku." Hanya itulah yang dikatakan.

Dia mengambil bungkusan hadiah dari dalam saku baju bocah malang tersebut dan menaruhnya didadanya. Dia lalu berdiri dan membawa pergi tubuh bocah tersebut, kemudian keduanya menghilang. Orang-orang yang ada disekitar tersebut semakin penasaran dan takjub..

Di malam Natal, Pendeta Agaton menerima berita yang sangat mengejutkan. Diapun berkunjung ke rumah Andy untuk memastikan pria misterius berjubah putih tersebut. Pendeta itu bertemu dengan kedua orang tua Andy.

"Bagaimana anda mengetahui putra anda telah meninggal?"
"Seorang pria berjubah putih yang membawanya kemari." Ucap ibu Andy terisak.
"Apa katanya?"
Ayah Andy berkata,"Dia tidak mengucapkan sepatah katapun. Dia sangat berduka. Kami tidak mengenalnya namun dia terlihat sangat kesepian atas meninggalnya Andy, sepertinya dia begitu mengenal Andy dengan baik. Tapi ada suatu kedamaian yang sulit untuk dijelaskan mengenai dirinya. Dia menyerahkan anak kami dan tersenyum lembut. Dia menyibakkan rambut Andy dari wajahnya dan memberikan kecupan dikeningnya, kemudian dia membisikkan sesuatu.

"Apa yang dikatakan?"
"Dia berkata kepada putraku.." Ujar sang Ayah.
"Terima kasih buat kadonya. Aku akan berjumpa denganmu. Engkau akan bersamaku."

Dan sang ayah melanjutkan, "Anda tahu kemudian semuanya itu terasa begitu indah.. aku menangis tapi tidak tahu mengapa bisa demikian. Yang aku tahu.... aku menangis karena bahagia..... aku tidak dapat menjelaskannya Bapa Pendeta, tetapi ketika dia meninggalkan kami, ada suatu kedamaian yang memenuhi hati kami, aku merasakan kasihnya yang begitu dalam di hatiku.... Aku tidak dapat melukiskan sukacita dalam hatiku. aku tahu, putraku sudah berada di Surga sekarang. Tapi tolong Bapa Pendeta.... Siapakah pria ini yang selalu bicara dengan putraku setiap hari di Gerejamu? Anda seharusnya mengetahui karena anda selalu di sana setiap hari, kecuali pada saat putraku meninggal.

Pendeta Agaton tiba-tiba merasa air matanya menetes dipipinya, dengan lutut gemetar dia berbisik,"Dia tidak berbicara kepada siapa-siapa... kecuali dengan Tuhan."

From:email

Aneka Kado yang Tak diJual di Toko

Aneka Kado Yang Tak Dijual Di Toko

Aneka kado ini tidak dijual di toko. Anda bisa menghadiahkannya setiap saat, tak perlu membeli!

Meski begitu 8 macam kado ini adalah hadiah terindah dan tak ternilai bagi orang yang anda sayangi.

1. KEHADIRAN
Kehadiran orang yang dikasihi rasanya adalah kado yg tak ternilai harganya.

Memang kita bisa juga hadir di hadapannya lewat email, website, sms, surat , telepon, foto atau faks.

Namun dengan berada di sampingnya, anda dan dia dapat berbagi perasaan, perhatian dan kasih sayang secara lebih utuh dan intensif.

Dengan demikian kualitas kehadiran juga penting. Jadikan kehadiran anda sebagai pembawa kebahagiaan.

2. MENDENGAR
Sedikit orang yang mampu memberikan kado ini. Sebab kebanyakan orang lebih suka didengarkan, ketimbang mendengarkan.

Padahal sudah lama diketahui bahwa keharmonisan hubungan antar manusia amat ditentukan oleh kesediaan saling mendengarkan.

Berikan kado ini untuknya. Dengan mencurahkan perhatian pada segala ucapannya, secara tak langsung kita juga telah

menumbuhkan kesabaran dan kerendahan hati.

Untuk bisa mendengar dengan baik, pastikan anda dalam keadaan betul-betul relaks dan bisa menangkap utuh apa yang disampaikan.

Tatap wajahnya. Tidak perlu menyela, mengkritik, apalagi menghakimi. Biarkan ia menuntaskannya. Ini memudahkan anda

memberikan tanggapan yang tepat setelah itu. Tidak harus berupa diskusi atau penilaian. Sekedar ucapan terima kasihpun akan terdengar

manis baginya.

3. DIAM
Seperti kata-kata, di dalam diam juga ada kekuatan. Diam bisa dipakai untuk menghukum, mengusir atau membingungkan orang.

Tapi lebih dari segalanya, diam juga bisa menunjukkan kecintaan kita pada seseorang karena memberinya "ruang".

Terlebih jika sehari-hari kita sudah terbiasa gemar menasehati, mengatur, mengkritik bahkan mengomel.

4. KEBEBASAN
Mencintai seseorang bukan berarti memberi kita hak penuh untuk memiliki atau mengatur kehidupan orang bersangkutan.

Bisakah kita mengaku mencintai seseorang jika kita selalu mengekangnya? Memberi kebebasan adalah salah satu perwujudan cinta.

Makna kebebasan bukanlah "Kau bebas berbuat semaumu". Lebih dalam dari itu, memberi kebebasan adalah memberinya kepercayaan

penuh untuk bertanggung jawab atas segala hal yang ia putuskan atau lakukan.

5. KEINDAHAN
Siapa yang tak bahagia, jika orang yang disayangi tiba-tiba tampil lebih ganteng atau cantik? Tampil indah dan rupawan juga

merupakan kado lho. Bahkan tak salah jika Anda mengkadokannya tiap hari! Selain keindahan penampilan pribadi, anda pun bisa menghadiahkan keindahan suasana di rumah. Vas dan bunga segar cantik di ruang keluarga atau meja makan yg tertata indah, misalnya..

6. TANGGAPAN POSITIF
Tanpa sadar, sering kita memberikan penilaian negatif terhadap pikiran, sikap atau tindakan orang yang kita sayangi.

Seolah-olah tidak ada yang benar dari dirinya dan kebenaran mutlak hanya pada kita. Kali ini coba hadiahkan tanggapan positif. Nyatakan dengan jelas dan tulus. Cobalah ingat, berapa kali dalam seminggu terakhir anda mengucapkan terima kasih atas segala hal yang dilakukannya demi anda. Ingat-ingat pula, pernahkah anda memujinya.. Kedua hal itu, ucapan terima kasih dan pujian (dan juga permintaan maaf) adalah kado indah yang sering terlupakan.

7. KESEDIAAN MENGALAH
Tidak semua masalah layak menjadi bahan pertengkaran. Apalagi sampai menjadi cekcok yang hebat. Semestinya anda

pertimbangkan, apa iya sebuah hubungan cinta dikorbankan jadi berantakan hanya gara-gara persoalan itu ? Bila anda memikirkan hal ini,

berarti anda siap memberikan kado "kesediaan mengalah". Okelah, anda mungkin kesal atau marah karena dia telat datang memenuhi janji.

Tapi kalau kejadiannya baru sekali itu, kenapa musti jadi pemicu pertengkaran yg berlarut-larut? Kesediaan untuk mengalah juga dapat

melunturkan sakit hati dan mengajak kita menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini.

8. SENYUMAN
Percaya atau tidak, kekuatan senyuman amat luar biasa. Senyuman, terlebih yg diberikan dengan tulus, bisa menjadi pencair hubungan

yang beku, pemberi semangat dalam keputusasaan, pencerah suasana muram, bahkan obat penenang jiwa yang resah.

Senyuman juga merupakan isyarat untuk membuka diri dengan dunia sekeliiling kita.

Kapan terakhir kali anda menghadiahkan senyuman manis pada orang yg dikasihi?

From:email

Jumat, 19 Desember 2008

Anda Berharga di Mata Tuhan

Anda Berharga Dimata Tuhan

Ada seorang laki-laki, dimana setiap orang yang melihat fisiknya pasti setuju bahwa ia bukan laki-laki yang menarik. Badannya gemuk dan tingginya di bawah rata-rata, wajahnya tidak tampan. Ia bukan orang yang kaya raya juga bukan orang yang punya kepandaian khusus. Jalannya agak pincang, dan suaranya pun sumbang untuk menyanyi. Sebut saja ia bernama Milo.

Sehari-hari ia bekerja sebagai pegawai sebuah toko buku dengan gaji yang tidak seberapa.

Milo sudah hampir berumur 40 tahun, ia kadang merasa fustasi karena ia belum punya pacar hingga saat ini, Ia kadang merasa Tuhan tidak adil baginya menciptakan dirinya seperti itu,
tidak ada wanita-wanita yang mengelilinginya karena mengaguminya, tidak ada kelimpahan harta padanya, atau orang-orang yang memujinya karena kehebatannya.

Suatu ketika, pulang dari tempat bekerja melewati lorong yang gelap, seorang pria tinggi besar menghadangnya. Wajahnya tidak nampak jelas karena gelapnya malam. Pria itu menodongkan sebuah pisau pada dadanya

"Serahkan uangmu kalau mau selamat" ujarnya dengan nada suara berat.
"Anda menginginkan uang saya? ambillah semuanya" katanya dengan tenang.

Pria itu membiarkan Milo mengambil uangnya, diserahkan semua uangnya ke angannya. Sikap Milo nampak tenang sekali.

"Anda tidak takut kalau aku membunuhmu disini?" tanya pria itu.
"Oh, tentu tidak. Tidak ada yang berharga pada diriku, sekalipun aku harus memberikan nyawaku aku tidak takut" ujarnya dengan tenang.
Menghadapi sikapnya yang tenang, pria itu makin penasaran dan pelan-pelan menurunkan pisaunya.

"Anda tidak takut mati? " tanya pria itu lagi.
"Saya tidak takut mati, saya tidak memiliki apapun di dunia ini. Saya milik Tuhan, jika anda membunuh saya maka anda mengembalikan saya kepada Tuhan."

"Anda orang Kristen?" tanya pria itu.
"Tepat, bagaimana anda bisa tahu?" tanya Milo.
Pria itu akhirnya memperkenalkan diri. Milo lalu mengajaknya duduk di sebuah anak tangga dari toko yang telah tutup.

"Aku seorang preman, aku pernah membunuh belasan nyawa. Dulu aku orang Kristen, Ayahku dulu sering sekali memukul ibuku dan juga anak-anaknya hingga kami hidup dalam kekerasan. Ia sering mabuk dan aku pernah hampir dibunuhnya, selain ia tidak punya pekerjaan tekanan hidup menjadikan aku seperti ini." Kemudian lanjutnya lagi " Baru kali ini aku menemui orang yang tidak takut padaku" ujarnya.

TIba-tiba air mata meleleh dari kedua pipinya , "Seumur hidupku baru pertama kali aku menangis. Aku tidak tahu kenapa, aku seperti orang bodoh menangis di hadapanmu." Kasih Tuhan terus menyinari malam hari itu.

"Kamu pasti lapar, aku punya makanan untukmu" ujar Milo sambil mengeluarkan roti dari tasnya dan memberikan padanya.

"Aku melihat ada suatu kekuatan yang begitu kuat keluar dari dirimu, menarik aku kembali pada suatu tempat dimana aku dulu pernah berada"

Pria itu adalah orang yang paling ditakuti di tempat tersebut, reputasinya sebagai sebagai pembunuh belum ada tandingannya. Bagaimana mungkin orang seperti Milo bisa membuat hatinya luluh? Malam itu ia bertobat dan apa yang terjadi? Banyak dari anak buahnya yang akhirnya bertobat dan kembali pada jalan kebenaran.

Pernahkan anda merasa tidak berharga? Tidak punya kelebihan apa-apa. Anda merasa fisik anda tidak menarik, anda juga merasa tidak punya harta apa-apa yang bisa diberikan. Tuhan tidak pernah menciptakan kita tanpa maksud.

Anda mungkin berkata "Tuhan. Apa saya seperti ini bisa dapat jodoh? Apa saya layak melayaniMu? Apa saya bisa berhasil? "

Semua adalah mungkin bagi Tuhan.

Pernahkah Anda membanding-bandingkan diri Anda dengan kelebihan orang lain, lalu anda merasa minder? Saudara terkasih, apapun keadaan Anda Tuhan begitu mempedulikan anda.

Sekalipun pelayanan anda mungkin hanya seorang penyapu halaman gereja, Anda tetap seorang yang hebat di mata Tuhan.

Jangan pernah bersedih hati, kalau mungkin anda mempunyai cacat fisik. Jangan putus asa kalau orang tidak mengganggap keberadaan anda.

Anda sama berharganya dengan ciptaanNya yang lain. Ketahuilah, Anda begitu berharga dimataNya, sehingga Ia begitu tidak ingin kehilangan anda.

Yesaya 43;4 => " Oleh karena engkau berharga di mataKu, dan mulia, dan Aku mengasihi engkau"

Tuhan Yesus memberkati !!!


From:email

Kegelapan Yang Paling Gelap 7

Dalam contoh ketiga, Matius 25:14-30, ini panjang ceritanya. Tetapi disini kita membaca tentang ada orang-orang yang mendapat talenta. Lagi sekali dalam ayat 14:"Sebab hal kerajaan sorga, sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negri". Dst

Juga disini kita membaca perihal kerajaan sorga. Ada seorang kaya yang mau bepergian keluar negri memanggil hamba-hambanya, dan ternyata ada hamba-hamba. Ada hamba yang mendapat lima talenta, ada hamba yang mendapat dua talenta, ada hamba yang mendapat satu talenta. Hamba dari siapakah ini? Hamba dari raja dari kerjaan sorga. Sebab jangan lupa, ayat 14:"sebab hal kerajaan sorga." Disini dia berbicara tentang kerajaan sorga. Kerajaan sorga yang mempunyai hamba-hamba yang banyak.

Nah, hamba-hamba ini ada yang mendapat lima talenta, ada yang mendapat dua talenta, ada yang mendapat satu talenta. Nah, orang yang satu talenta ini, apakah dia hamba kerajaan? Hamba dari raja itu? Apakah dia orang benar atau bukan orang benar? Orang percaya atau bukan orang percaya? Orang percaya! Jadi Matius 25 juga berbicara tentang orang-orang yang percaya.

Tadi dalam Matius pasal 22 tentang seorang raja yang mengadakan pesta, mengundang semua orang kerajaan sorga seperti itu, dan mereka yang dibuang ke dalam kegelapan yang paling gelap itu adalah orang-orang dari kerajaan itu juga. Sama seperti dalam Matius 25 sekarang. Ini juga berhubungan dengan kerajaan. Seorang raja dan hamba-hamba daripada raja itu.

Jadi buat kita, kita lihat bahwa ini adalah orang-orang yang percaya kepada Tuhan. Sehingga raja itu memberi ada yang mendapat lima talenta, ada yang mendapat dua talenta, ada yang mendapat satu talenta. Masing-masing menurut ukuran iman. Tadi kita sudah melihat ukuran iman dalam Roma 12. Disini juga menurut ukuran Tuhan berikan ada yang mendapat lima, dua dan satu. Tetapi apakah yang satu ini lakukan? Keikta tuan/raja itu kembali, maka dia panggil hamba-hamba yang mendapat talenta itu. Datang hamba yang mendapat lima talenta, apa yang dia katakan? Tuan memberikan lima, saya sudah kerjakan ada untuk lima, 100%. Ada yang mendapat dua, dia berkata saya telah kerjakan saya bawa kembali dua tambahan. Tapi yang mendapat satu, dia berkata :"Sekarang saya tahu tuan adalah seorang yang kejam. Mengapa yang lain mendapat lima? Mengapa yang lain mendapat dua? Mengapa saya hanya satu?", jengkellah dia. Mengapa saya hanya mendapat satu? Dan yang satu ini sudah saya tanam kedalam tanah. Biar saja sudah.

Saudara-saudara ada sebabnya Tuhan menggambarkan hal ini. Ada orang-orang Kristen yang demikian secara luat kelihatan baik, tetapi dalam hatinya ada protes terhadap pemberian talenta. Mengapa dia dipakai selalu? Sembahyang dia, nanti ini dia, ini dia, semua dia. Saudara-saudara nanti ada timbul cemburu. Perasaan cemburu itu berbahaya sekali. Lalu timbul dari cemburu lantas marah pada orang itu, benci pada orang itu. Timbul bahaya sekali, kepahitan, akar pahit masuk itu dapat membinasakan kita.

Tapi, kita melihat dalam Matius 25, bahwa hamba-hamba ini adalah hamba-hamba dari raja itu. Siapakah raja itu disini? Yesus. Ada hamba-hambaNya dan memang hamba-hamba, anak-anak Tuhan adalah hamba dari Tuhan. Hamba-hamba Tuhan pun adalah hamba dari Tuhan. Mereka, kita lihat disini adalah hamba-hamba daripada raja itu. Tapi kemudian yang mempunyai satu talenta ini berkata, tuan kejam, saya tidak kerjakan apa-apa. Apa yang tuan katakan? Dalam Matius 25 ini ayat 29:"karena setiap orang mempunyai kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu kedalam yang paling gelap".

Kamis, 18 Desember 2008

Tuhan Bebanku Berat

Tuhan, Bebanku Berat

E-mail Print PDF


"Mengapa bebanku berat sekali?" aku berpikir sambil membanting pintu kamarku dan bersender.
"Tidak adakah istirahat dari hidup ini?" Aku menghempaskan badanku ke ranjang,
menutupi telingaku dengan bantal.
"Ya Tuhan," aku menangis, "Biarkan aku tidur...Biarkan aku tidur dan tidak pernah bangun kembali!" Dengan tersedu-sedu, aku mencoba untuk meyakinkan diriku untuk melupakan.

Tiba-tiba gelap mulai menguasai pandanganku, Lalu, suatu cahaya yang sangat bersinar mengelilingiku ketika aku mulai sadar. Aku memusatkan perhatianku pada sumber cahaya itu. Sesosok pria berdiri di depan salib.

"Anakku," orang itu bertanya, "Mengapa engkau datang kepada-Ku sebelum Aku siap memanggilmu?"
"Tuhan, aku mohon ampun. Ini karena aku tidak bisa melanjutkannya. Kau lihat! betapa berat hidupku. Lihat beban berat dipunggungku. Aku bahkan tidak bisa mengangkatnya lagi."

"Tetapi, bukankah Aku pernah bersabda kepadamu untuk datang kepadaku semua yang letih lesu dan berbeban berat, karena Aku akan memberikan kelegaan kepadamu. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan."
"Aku tahu Engkau pasti akan mengatakan hal itu. Tetapi kenapa bebanku begitu berat?"

"Anak-Ku, setiap orang di dunia memiliki beban. Mungkin kau ingin mencoba salib yang lain?"
"Aku bisa melakukan hal itu?"

Ia menunjuk beberapa salib yang berada di depan kaki-Nya. Kau bisa mencoba semua ini. Semua salib itu berukuran sama. Tetapi setiap salib tertera nama orang yang memikulnya.

"Itu punya Joan," kataku.
Joan menikah dengan seorang kaya raya. Ia tinggal di lingkungan yang nyaman dan memiliki 3 anak perempuan yang cantik dengan pakaian yang bagus-bagus. Kadangkala ia menyetir sendiri ke gereja dengan mobil Cadillac suaminya kalau mobilnya rusak. "Umm, aku coba punya Joan. Sepertinya hidupnya tenang-tenang saja. Seberat apa beban yang Joan panggul?" pikirku.

Tuhan melepaskan bebanku dan meletakkan beban Joan di pundakku.
Aku langsung terjatuh seketika. "Lepaskan beban ini!" teriakku.
"Apa yang menyebabkan beban ini sangat berat?"
"Lihat ke dalamnya."

Aku membuka ikatan beban itu dan membukanya.Di dalamnya terdapat gambaran ibu mertua Joan, dan ketika aku mengangkatnya, ibu mertua Joan mulai berbicara,
"Joan, kau tidak pantas untuk anakku, tidak akan pernah pantas. Ia tidak seharusnya menikah denganmu. Kau adalah wanita yang terburuk untuk cucu-cucuku..."

Aku segera meletakkan gambaran itu dan mengangkat gambaran yang lain. Itu adalah Donna, adik terkecil Joan. Kepala Donna dibalut sejak operasi epilepsi yang gagal itu.
Gambaran yang ketiga adalah adik laki-laki Joan. Ia kecanduan narkoba, telah dijatuhi hukuman karena membunuh seorang perwira polisi.

"Aku tahu sekarang mengapa bebannya sangat berat, Tuhan.
Tetapi ia selalu tersenyum dan suka menolong orang lain.
Aku tidak menyadarinya..."
"Apakah kau ingin mencoba yang lain?" tanya Tuhan dengan pelan.

Aku mencoba beberapa.
Beban Paula terasa sangat berat juga: Ia melihara 4 orang anak laki-laki tanpa suami.

Debra punya juga demikian: masa kecilnya yang dinodai oleh penganiayaan seksual dan menikah karena paksaan.

Ketika aku melihat beban Ruth, aku tidak ingin mencobanya. Aku tahu di dalamnya ada penyakit Arthritis, usia lanjut, dan tuntutan bekerja penuh sementara suami tercintanya berada di Panti Jompo.

"Beban mereka semua sangat berat, Tuhan" kataku.
"Kembalikan bebanku"

Ketika aku mulai memasang bebanku kembali, aku merasa
bebanku lebih ringan dibandingkan yang lain.

"Mari kita lihat ke dalamnya," Tuhan berkata.
Aku menolak, menggenggam bebanku erat-erat.
"Itu bukan ide yang baik," jawabku,
"Mengapa?"
"Karena banyak sampah di dalamnya."
"Biar Aku lihat"
Suara Tuhan yang lemah lembut membuatku luluh. Aku membuka bebanku. Ia mengambil satu buah batu bata dari dalam bebanku.

"Katakan kepada-Ku mengenai hal ini."
"Tuhan, Engkau tahu itu. Itu adalah uang. Aku tahu kalau kami tidak semenderita seperti orang lain di beberapa Negara atau seperti tuna wisma di sini. Tetapi kami tidak memiliki asuransi, dan ketika anak-anak sakit, kami tidak selalu bisa membawa mereka ke dokter. Mereka bahkan belum pernah pergi ke dokter gigi. Dan aku sedih untuk memberikan mereka pakaian bekas."

"Anak-Ku, Aku selalu memberikan kebutuhanmu.... dan semua anak-anakmu. Aku selalu memberikan mereka badan yang sehat. Aku mengajari mereka bahwa pakaian mewah
tidak membuat seorang berharga di mataKu."

Kemudian ia mengambil sebuah gambaran seorang anak laki-laki…
"Dan yang ini?" tanya Tuhan.
"Andrew..." aku menundukkan kepala, merasa malu untuk menyebut anakku sebagai sebuah beban.
"Tetapi, Tuhan, ia sangat hiperaktif. Ia tidak bisa diam seperti yang lain, ia bahkan membuatku sangat kelelahan. Ia selalu terluka, dan orang lain yang membalutnya berpikir akulah yang menganiayanya. Aku berteriak kepadanya selalu. Mungkin suatu saat aku benar-benar menyakitinya..."

"Anak-Ku," Tuhan berkata.
"Jika kau percayakan kepada-Ku,aku akan memperbaharui kekuatanmu, dan jika engkau mengijinkan Aku untuk mengisimu dengan Roh Kudus, aku akan memberikan engkau kesabaran."

Kemudian Ia mengambil beberapa kerikil dari bebanku.
"Ya, Tuhan.." aku berkata sambil menarik nafas panjang.
"Kerikil-kerikil itu memang kecil. Tetapi semua itu adalah penting. Aku membenci rambutku.
Rambutku tipis, dan aku tidak bisa membuatnya kelihatan bagus. Aku tidak mampu untuk pergi ke salon. Aku kegemukan dan tidak bisa menjalankan diet. Aku benci semua pakaianku. Aku benci penampilanku!"

"Anak-Ku, orang memang melihat engkau dari penampilan luar, tetapi Aku melihat jauh sampai ke dalamnya hatimu. Dengan Roh Kudus, kau akan memperoleh pengendalian diri untuk menurunkan berat badanmu. Tetapi keindahanmu tidak harus datang dari luar. Bahkan seharusnya berasal dari dalam hatimu, kecantikan diri yang tidak akan pernah hilang dimakan waktu. Itulah yang berharga di mata-Ku."

Bebanku sekarang tampaknya lebih ringan dari sebelumnya.
"Aku pikir aku bisa menghadapinya sekarang," kataku,
"Yang terakhir, berikan kepada-Ku batu bata yang terakhir." kata Tuhan.
"Oh, Engkau tidak perlu mengambilnya. Aku bias mengatasinya."
"Anak-Ku, berikan kepadaKu."

Kembali suara-Nya membuatku luluh. Ia mengulurkan tangan-Nya, dan untuk pertama kalinya Aku melihat luka-Nya.

"Tuhan....Bagaimana dengan tangan-Mu? Tangan-Mu penuh dgn luka?"

Aku tidak lagi memperhatikan bebanku, aku melihat wajah-Nya untuk pertama kalinya. Dan pada dahi-Nya, kulihat luka yang sangat dalam... tampaknya seseorang telah menekan mahkota duri terlalu dalam ke dagingNya.

"Tuhan," aku berbisik. Mata-Nya yang penuh kasih menyentuh kalbuku.

"AnakKu, kau tahu itu. Berikan kepadaku bebanmu. Itu adalah milikKu. Aku telah membelinya."
"Bagaimana?"
"Dengan darah-Ku"
"Tetapi kenapa Tuhan?"
"Karena aku telah mencintaimu dengan cinta abadi, yang tak akan punah dengan waktu. Berikan kepadaKu."

Aku memberikan bebanku yang kotor dan mengerikan itu ke tangan-Nya yang terluka. Beban itu penuh dengan kotoran dan iblis dalam kehidupanku:
kesombongan, egois, depresi yang terus-menerus menyiksaku.
Kemudian Ia mengambil salibku kemudian menghempaskan salib itu ke kolam yang berisi dengan darahNya yang kudus. Percikan yang ditimbulkan oleh salib itu luar biasa besarnya.

"Sekarang anak-Ku, kau harus kembali. Aku akan bersamamu selalu. Ketika kau berada dalam masalah, panggillah Aku dan Aku akan membantumu dan menunjukkan hal-hal yang tidak bisa kau bayangkan sekarang."

"Ya, Tuhan, aku akan memanggil-Mu." Aku mengambil kembali bebanku.
"Kau boleh meninggalkannya di sini jika engkau mau. Kau lihat beban-beban itu? Mereka adalah kepunyaan orang-orang yang telah meninggalkannya di kakiKu, yaitu Joan, Paula, Debra, Ruth...
Ketika kau meninggalkan bebanmu di sini, aku akan menggendongnya bersamamu. Ingat, kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan."

Seketika aku meletakkan bebanku, cahaya itu mulai menghilang. Namun, masih kudengar suaraNya berbisik, "Aku tidak akan meninggalkanmu, atau melepaskanmu."


From:email

Rabu, 17 Desember 2008

Injil Menurut Toko Serba Ada

Injil Menurut Toko Serba Ada

Ada kisah tentang kebaikan dan kasih yang tercecer dari antara perayaan-perayaan Natal. Semacam kisah Orang Samaria yang Baik Hati. Kisah tentang kasih yang indah ini sayangnya tidak terjadi di gereja, tetapi di sebuah Dept. Store di Amerika Serikat.

Pada suatu hari seorang pengemis wanita yang dikenal dengan sebutan "Bag Lady" (karena segala harta-bendanya hanya termuat dalam sebuah tas yang ia jinjing kemana-mana sambil mengemis) memasuki sebuah Dept. Store yang mewah sekali. Hari-hari itu adalah menjelang hari Natal. Toko itu dihias dengan indah sekali. Lantainya semua dilapisi karpet yang baru dan indah.

Pengemis ini tanpa ragu-ragu memasuki toko ini. Bajunya kotor dan penuh lubang-lubang. Badannya mungkin sudah tidak mandi berminggu-minggu Bau badan menyengat hidung. Ketika itu seorang hamba Tuhan wanita mengikutinya dari belakang. Ia berjaga-jaga, kalau petugas sekuriti toko itu mengusir pengemis ini, sang hamba Tuhan mungkin dapat membela atau membantunya. Wah, tentu pemilik atau pengurus toko mewah ini tidak ingin ada pengemis kotor dan bau mengganggu para pelanggan terhormat yang ada di toko itu. Begitu pikir sang hamba Tuhan wanita. Tetapi pengemis ini dapat terus masuk ke bagian-bagian dalam toko itu. Tak ada petugas keamanan yang mencegat dan mengusirnya. Aneh ya Padahal, para pelanggan lain berlalu lalang di situ dengan setelan jas atau gaun yang mewah dan mahal.

Di tengah Dept. Store itu ada piano besar (grand piano) yang dimainkan seorang pianis dengan jas tuksedo, mengiringi para penyanyi yang menyanyikan lagu-lagu natal dengan gaun yang indah. Suasana di toko itu tidak cocok sekali bagi si pengemis wanita itu. Ia nampak seperti makhluk aneh di lingkungan gemerlapan itu. Tetapi sang 'bag lady" jalan terus. Sang hamba Tuhan itu juga mengikuti terus dari jarak tertentu.

Rupanya pengemis itu mencari sesuatu dibagian Gaun Wanita. Ia mendatangi counter paling eksklusif yang memajang gaun-gaun mahal bermerek (branded items) dengan harga diatas $ 2500 per piece. Kalau dikonversi dengan kurs hari-hari ini, harganya dalam rupiah sekitar Rp. 20 juta per piece. Baju-baju yang mahal dan mewah ! Apa yang dikerjakan pengemis ini?

Sang pelayan bertanya, "Apa yang dapat saya bantu bagi anda ?"

"Saya ingin mencoba gaun merah muda itu ?"

Kalau anda ada di posisi sang pelayan itu, bagaimana respons anda ? Wah, kalau pengemis ini mencobanya tentu gaun-gaun mahal itu akan jadi kotor dan bau, dan pelanggan lain yang melihat mungkin akan jijik membeli baju-baju ini setelah dia pakai. Apalagi bau badan orang ini begitu menyengat, tentu akan merusak gaun-gaun itu. Tetapi mari kita dengarkan apa jawaban sang pelayan toko mewah itu.

"Berapa ukuran yang anda perlukan ?"

"Tidak tahu !"

"Baiklah, mari saya ukur dulu."

Pelayan itu mengambil pita meteran, mendekati pengemis itu, mengukur bahu, pinggang, dan panjang badannya. Bau menusuk hidung terhirup ketika ia berdekatan dengan pengemis ini. Ia cuek saja. Ia layani pengemis ini seperti satu-satunya pelanggan terhormat yang mengunjungi counternya.

"OK, saya sudah dapatkan nomor yang pas untuk nyonya ! Cobalah yangini !" Ia memberikan gaun itu untuk dicoba di kamar pas.

"Ah, yang ini kurang cocok untuk saya. Apakah saya boleh mencoba yang lain?

"Oh, tentu !"

Kurang lebih dua jam pelayan ini menghabiskan waktunya untuk melayani sang "bag lady". Apakah pengemis ini akhirnya membeli salah satu gaun yang dicobanya? Tentu saja tidak ! Gaun seharga puluhan juta rupiah itu jauh dari jangkauan kemampuan keuangannya.

Pengemis itu kemudian berlalu begitu saja, tetapi dengan kepala tegak karena ia telah diperlakukan sebagai layaknya seorang manusia. Biasanya ia dipandang sebelah mata. Hari itu ada seorang pelayan toko yang melayaninya, yang menganggapnya seperti orang penting, yang mau mendengarkan permintaannya.

Tetapi mengapa pelayan toko itu repot-repot melayaninya ? Bukankah kedatangan pengemis itu membuang-buang waktu dan perlu biaya bagi toko itu? Toko itu harus mengirim gaun-gaun yang sudah dicoba itu ke Laundry, dicuci bersih agar kembali tampak indah dan tidak bau. Pertanyaan ini juga mengganggu sang hamba Tuhan yang memperhatikan apa yang terjadi di counter itu. Kemudian hamba Tuhan ini bertanya kepada pelayan toko itu setelah ia selesai melayani tamu "istimewa"-nya.

"Mengapa anda membiarkan pengemis itu mencoba gaun-gaun indah ini ?"

"Oh, memang tugas saya adalah melayani dan berbuat baik (My job is to serve and to be kind !)"

"Tetapi, anda 'kan tahu bahwa pengemis itu tidak mungkin sanggup membeli gaun-gaun mahal ini?"

"Maaf, soal itu bukan urusan saya. Saya tidak dalam posisi untuk menilai atau menghakimi para pelanggan saya. Tugas saya adalah untuk melayani dan berbuat baik." Hamba Tuhan ini tersentak kaget. Di jaman yang penuh keduniawian ini ternyata masih ada orang-orang yang tugasnya adalah melayani dan berbuat baik, tanpa perlu menghakimi orang lain.

Hamba Tuhan ini akhirnya memutuskan untuk membawakan khotbah pada hari Minggu berikutnya dengan thema "Injil Menurut Toko Serba Ada". Khotbah ini menyentuh banyak orang, dan kemudian diberitakan di halaman-halaman surat kabar di kota itu.

Berita itu menggugah banyak orang sehingga mereka juga ingin dilayani di toko yang eksklusif ini. Pengemis wanita itu tidak membeli apa-apa, tidak memberi keuntungan apa-apa, tetapi akibat perlakuan istimewa toko itu kepadanya, hasil penjualan toko itu meningkat drastis, sehingga pada bulan itu keuntungan naik 48 % !

"Peliharalah kasih persaudaraan ! Jangan kamu lupa memberi kebaikan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat." Ibrani 1:31

From:email

Akibat Berpikiran Sempit

Akibat berpikiran Sempit
Alkisah, pada suatu kala hiduplah seorang pemuda yang hidup bersama kedua orang tuanya yang sudah tua. Kehidupan mereka boleh dibilang biasa-biasa saja, malah kadang-kadang serba kekurangan. Pemuda itu bekerja sebagai seorang buruh untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Usia kedua orang tuanya yang sudah tua membuat mereka tidak memungkinkan lagi untuk bekerja mencari nafkah.

Pada suatu hari ayah pemuda itu sakit keras. Sayangnya, pemuda itu tidak memiliki cukup uang untuk biaya pengobatan ayahnya. Akhirnya, sang ayah tersebut hanya bisa diberi pengobatan sekadarnya, padahal pertolongan dari dokter sangatlah penting. Dari hari ke hari penyakit ayahnya semakin memburuk dikarenakan tidak adanya pengobatan dari dokter. Sampai suatu hari mereka memperoleh keberuntungan yang tidak disangka-sangka. Mereka diberi uang yang cukup banyak oleh orang yang tak diketahui identitasnya. Orang tersebut menulis di kertas dan berpesan agar uang tersebut digunakan untuk biaya dokter dan pengobatan ayahnya.

Pemuda tersebut dan ibunya sungguh bahagia bukan main mendapat rezeki durian runtuh dari seseorang yang tidak diketahui. Setelah beberapa hari, ayah pemuda itu semakin membaik kesehatannya dan akhirnya sembuh dari sakitnya, berkat perawatan dari dokter.

Suatu hari pada saat berjalan pulang dengan membawa makanan yang dibelinya, tiba-tiba seseorang di depan menabraknya dengan cukup keras dan menyebabkan makanan yang dibeli terjatuh berserakan di jalanan. Ternyata orang yang menabraknya adalah tetangga sebelahnya yang cukup kaya. Pemuda itu memang dari dulu tidak begitu suka dengan tetangganya karena ia kaya dan menurutnya agak sombong. Langsung saja pemuda itu memaki orang tadi sehingga membuat orang-orang disekeliling menoleh melihat mereka. Walaupun tetangganya terus-menerus meminta maaf dan akan mengganti makanan yang terjatuh, ia terus saja berteriak marah-marah dengan wajah mengerikan. Meskipun begitu, tetangga itu tetap tenang dan tidak tersinggung. Pemuda itu menyalahkannya meskipun bukan sepenuhnya kesalahannya. Pemuda itu juga tidak melihat ke depan sehingga bertabrakan. Kejadian itu membuatnya semakin menyalakan api kebencian kepada tetangganya.

Setelah ia pulang ke rumah, ibunya bergegas memanggilnya dan berkata, “Anakku, tahukah kamu siapa sebenarnya orang yang sudah berbaik hati memberikan uang kepada kita untuk biaya pengobatan ayahmu?” Pemuda itu menggelengkan kepala sambil merasa penasaran siapa sebenarnya orang tak dikenal yang sangat dermawan itu. Kemudian ibunya dengan antusias berkata, “Orang itu adalah tetangga kita yang di sebelah, ia sendiri yang mengatakannya setelah menjenguk ayahmu tadi. Ia benar-benar baik, tutur katanya sopan dan rendah hati walaupun kaya. Kamu harus ke rumahnya untuk berterima kasih atas kebaikan hatinya.”

Mendengar kenyataan ini, pemuda itu merasa malu karena ia tadi baru saja memarahi tetangganya habis-habisan di jalan, padahal ia tak sengaja menabraknya. Ia merasa tak seharusnya ia seperti itu hanya karena persoalan kecil.

---

Ada sebuah kutipan yang mengatakan bahwa kita harus melihat kesalahan orang lain seperti melihat melalui lensa cekung dan melihat kebaikan orang lain seperti melihat melalui lensa cembung. Artinya kita tidak perlu mengingat kesalahan orang lain. Yang terpenting adalah bagaimana kita mengingat kebaikan-kebaikan yang dimiliki oleh seseorang, apalagi kebaikan yang telah dilakukannya untuk kita.

Mungkin Anda sekarang sedang benci, merasa iri atau dengki terhadap orang lain hanya dikarenakan Anda tidak menyukai mereka, atau mereka bersalah kepada Anda atau bahkan Anda terlalu fokus kepada keburukan orang lain sehingga Anda menutup mata terhadap kebaikan yang mereka miliki. Anda sepatutnya memaafkan kesalahan mereka, karena tidak ada orang yang dapat luput dari kesalahan. Lihat kebaikan yang mereka miliki, maka Anda akan terbebas dari perasaan benci, tidak suka, iri maupun dengki.

Begitu juga dalam berinteraksi dengan orang lain. Jika Anda selalu berfokus pada kebaikan-kebaikan yang mereka miliki, maka Anda akan lebih bersikap hangat yang dapat menciptakan komunikasi yang harmonis. Dan orang lain pun akan merasa bahwa Anda adalah orang yang menyenangkan.

From:email

Selasa, 16 Desember 2008

A Blind Boy

A Blind Boy

A blind boy sat on the steps of a building with a hat by his feet. He held up a sign which said: 'I am blind, please help.' There were only a few coins in the hat.

A man was walking by. He took a few coins from his pocket and dropped them into the hat. He then took the sign, turned it around, and wrote some words. He put the sign back so that everyone who walked by would see the new words.

Soon the hat began to fill up. A lot more people were giving money to the blind boy. That afternoon the man who had changed the sign came to see how things were. The boy recognized his footsteps and asked, 'Were you the one who changed my sign this morning? What did you write?'

The man said, 'I only wrote the truth. I said what you said but in a different way.'
What he had written was: 'Today is a beautiful day and I cannot see it.'

Do you think the first sign and the second sign were saying the same thing?

Of course both signs told people the boy was blind. But the first sign simply said the boy was blind. The second sign told people they were so lucky that they were not blind. Should we be surprised that the second sign was more effective?


Moral of the Story: Be thankful for what you have. Be creative. Be innovative. Think differently and positively.

Invite others towards good with wisdom. Live life with no excuse and love with no regrets. When life gives you a 100 reasons to cry, show life that you have 1000 reasons to smile. Face your past without regret. Handle your present with confidence. Prepare for the future without fear. Keep the faith and drop the fear.


Great men say, 'Life has to be an incessant process of repair and reconstruction, of discarding evil and developing goodness…. In the journey of life, if you want to travel without fear, you must have the ticket of a good conscience.'

The most beautiful thing is to see a person smiling…
And even more beautiful is, knowing that you are the reason behind it!!!

From:email

Senin, 15 Desember 2008

Kisah Tentang Uang

kisah tentang uang
Konon, uang seribu dan seratus ribu memiliki asal-usul yang sama tapi mengalami nasib yang berbeda. Keduanya sama-sama dicetak di tempat yang sama, dengan bahan dan alat-alat yang sama. Pertama kali keluar, uang seribu dan seratus ribu sama-sama bagus, berkilau, bersih, harum dan menarik. Setelah tiga bulan lamanya berpisah, mereka bertemu lagi dalam dompet seseorang dengan kondisi yang berbeda

SERATUS RIBU: “Ya, ampuunnnn. ……… darimana saja kamu, kawan? Baru tiga bulan kita berpisah, koq kamu udah lusuh banget? Kumal, kotor, lecet dan….. bau! Padahal waktu kita sama-sama keluar dari PERURI, kita sama-sama keren ….
Ada apa denganmu?”

SERIBU : (dengan tatapan sendu) : “Ya, beginilah nasibku , kawan. Sejak kita keluar dari, hanya tiga hari saya berada di dompet yang bersih dan bagus. Hari berikutnya saya sudah pindah ke dompet tukang sayur yang kumal. Dari dompet tukang sayur, saya beralih ke kantong plastik tukang ayam. Plastiknya basah, penuh dengan darah dan taik ayam. Besoknya lagi, aku dilempar ke plastik seorang pengamen, dari pengamen sebentar aku nyaman di laci tukang warteg. Dari laci tukang warteg saya berpindah ke kantong tukang nasi uduk,,

Begitulah perjalananku dari hari ke hari. Itu makanya saya bau, kumal, lusuh, karena sering dilipat-lipat, digulung-gulung, diremas-remas. ……”

SERATUS RIBU : (dengan prihatin) “Wah, sedih sekali perjalananmu, kawan!
Berbeda sekali dengan pengalamanku. Kalau aku ya, sejak kita keluar itu, aku disimpan di dompet kulit yang bagus dan harum. Setelah itu aku pindah ke dompet seorang wanita cantik. Hmmm… dompetnya harum sekali. Setelah dari sana, aku lalu berpindah-pindah, kadang-kadang aku ada di hotel berbintang 5, masuk ke restoran mewah, ke showroom mobil mewah, di tempat arisan Ibu-ibu pejabat, dan di tas selebritis.

Pokoknya aku selalu berada di tempat yang bagus. Jarang sekali aku di tempat yang kamu ceritakan itu. Dan…… aku juga jarang bertemu dengan teman-temanmu. ”

SERIBU : Ughhh . . . (sambil menarik nafas lega)
“Ya. Nasib kita memang berbeda. Kamu selalu berada di tempat yang nyaman.
Tapi ada satu hal yang selalu membuat saya senang dan bangga daripada kamu!”

SERATUS RIBU : (dengan rasa penasaran), “Apa Itu?”

SERIBU : “Aku sering bertemu teman-temanku di kantong-kantong kolekte di gereja atau di tempat-tempat ibadah lain. Hampir setiap minggu aku mampir di tempat-tempat itu. Jarang banget tuh aku melihat kamu disana…..”

From:email

Jumat, 12 Desember 2008

Memohon bukan Untuk Menang

memohon bukan untuk menang

Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan terbuat dari kayu. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab, ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab, memang begitulah peraturannya.

Seorang anak kecil bernama Dinzi, dengan tubuh yang kecil dan Mobil tak istimewa, termasuk dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya yang berbadan besar, Dinzi lah yang paling kecil, mobil’nya pun paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsingkan Dinzi dan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya. Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sangat sederhana, roda dari sandal jepit, tentu tak sekokoh dengan mobil mainan lainnya. Namun, Dinzi bangga dengan itu semua, sebab, mobil itu hasil kerja kerasnya.

Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4 “pembalap” kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah diantaranya.

Namun, sesaat kemudian, Dinzi meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit seperti sedang berdoa. Matanya terpejam, dengan tangan yang bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia berkata, “Ya, aku siap!”

Dor. Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing. “Ayo…ayo…cepat…cepat, maju…maju”, begitu teriak mereka.

Dan tali lintasan finish pun telah terlambai, Dinzi lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Dinzi. Ia berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam hati “Terima kasih.”

Saat pembagian piala tiba. Dinzi maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya. “Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada agar kamu menang, bukan?”.

Dinzi terdiam. “Bukan, Pak, bukan itu yang aku panjatkan” kata Dinzi.
Ia lalu melanjutkan, “Sepertinya, tak adil untuk memohon dan meminta untuk menolongmu mengalahkan orang lain. Aku , hanya bermohon, supaya aku tak menangis, jika aku kalah.”

Renungan :
Mungkin, telah banyak waktu yang kita lakukan untuk berdoa. Memohon agar setiap permintaan kita dikabulkan. Terlalu sering juga kita meminta untuk menjadikan kita nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi pemenang dalam setiap ujian. Terlalu sering kita berdoa, untuk menghalau setiap halangan dan cobaan yang ada di depan mata. Padahal, bukanlah yang kita butuh adalah bimbingan, tuntunan, dan panduan ??

Kita sering terlalu lemah untuk percaya bahwa kita kuat. Kita sering lupa, dan kita sering merasa cengeng dengan kehidupan ini. Tak adakah semangat perjuangan yang mau kita lalui? Ujian hidup yang berat, bukan untuk membuat kita lemah, cengeng dan mudah menyerah...

From:email

Jumat, 05 Desember 2008

Kegelapan Yang Paling Gelap 6

Kegelapan Yang Paling Gelap 6
Oleh : Pdt. A.H Mandey

Ceritera yang kedua, kita lihat dalam Matius 22:11-14 :"Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. Ia berkata kepadanya: hai saudara, bagaimana engkau masuk kemari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja. Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya:Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, disanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi. Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipih".

Disini sekalai lagi dalam ayat 1 dan 2 mulai dengan berkata :"lalu Yesus berbicara pula dalam perumpamaan kepada mereka, hal kerajaan sorga seumpama seorang raja yang mengedakan perjamuan kawin untuk anaknya" Dia bicara disini hal apa? Hal kerajaan sorga. Hal kerajaan sorgalah yang Dia kemukakan. Lalu datang ke ayat 11 :"ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu..." - sebab dia bikin pesta pernikahan, semua orang diundang, kemudian raja itu masuk ke ruangan pesta, untuk bertemu dengan tamu-tamu itu - "...ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. Ia berkata kepadanya:Hai saudara, bagaimana engkau masuk kemari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja. Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu kedalam kegelapan yang paling gelap, disanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi."

Lagi disini kita membaca orang dibuang kedalam kegelapan yang diluar. Orang percaya atau bukan mereka ini? Saya yakin bahwa ini adalah orang-orang yang memang sudah percaya kepada Tuhan. Tetapi apa sebab mereka dibuang kedalam kegelapan yang paling gelap? Apa konteksnya? baca ayat-ayat sebelumnya. Apalah sebabnya? Tidak berpakaian pesta, sehingga ia dibuang kedalam kegelapan yang paling gelap. Sama seperti tadi, Matius pasal 8, dibuang kedalam kegelapan yang paling gelap. Tetapi disana di dalam Matius 8, apakah yang dia tidak miliki? Iman. Alasannya tidak mempunyai pakaian pesta. Tidak mempunyai pakaian pesta itulah yang menjadi masalah disini. Dan pakaian pesta ini berbicara dari hal :KEBENARAN. Wahyu 19:8:"Kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih! Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus."

Jadi ini berbicara dari hal perbuatan-perbuatan yang benar. Pertama tadi kita lihat dihubungkan dengan iman, sekarang dihubungkan dengan perbuatan-perbuatan yang benar. Kebenaran. Jadi lagi sekali kita melihat sekarang kebenaran adalah satu hal yang Tuhan cari. Tuhan ingin melihat kebenaran itu ada dalam kehidupan orang-orang percaya. Tadi pertama iman, sekarang ke dua kebenaran, berlaku benar. Bukan hanya percaya dengan hati lalu mengaku dengan mulut. Tetapi sekarang dalam perbuatanpun harus benar. Jadi bicara tentang kebenaran. Orang ini masuk dalam pesta, tidak mempunyai pakaian pesta, tidak mempunyai kebenaran, dan dia dibuang.