(Bahagian keempat)(Untuk Kalangan Sendiri)
Tetapi hal ini membutuhkan iman. Adalah lebih mudah untuk menendang batu itu kemudian berbalik dan kembali. Rahasia untuk mendaki lebih tinggi adalah jangan memandang batu itu dari sudut dirimu sendiri atau dari permasalahan itu, tetapi pandanglah dengan iman kepada Yesus Kristus. Dia tahu di mana kau berada, bagaimana perasaan saudara, dan apa yang dapat saudara perbuat. Berikan semua itu kepada-Nya dan mulailah berjalan dengan iman. Batu-batu yang luar biasa besarnya yang di mata manusia nampak seperti menghambat, dengan mata iman, batu-batu itu dapat menjadi berkat. Dengarkanlah janji Allah pada Mazmur 91:15: “Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya.”
Jika seseorang menemui hambatan di jalan hidupnya, hal itu juga di alami Tuhan Yesus Kristus. Dia dilahirkan dari keluarga yang miskin, anggota suku minoritas yang ditolak orang di sana-sini. Dia tumbuh dewasa tanpa dikenal orang, di sebuah kota kecil yang disebut hanya dengan cemoohan – “Dapatkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” Dia memilih beberapa orang untuk berkumpul dengan-Nya, sekelompok kecil orang yang terdiri dari orang-orang dari beberapa macam jenis latar belakang, dan salah satu di antaranya menjadi pengkhianat dan menjual-Nya dengan harga seorang buda. Dia diejek dan dipanggil sebagai pembohong, rakus, pemabuk, seorang yang bersekutu dengan iblis. Orang-orang memutar balikkan kata-kata-Nya dan mempertanyakan motivasi-Nya, namun Yesus terus melakukan kehendak Allah. Akhirnya Dia sampai pada batu yang paling besar – Dia disalibkan seperti pencuri-pencuri biasa. Tetapi Dia terus memanjat gunung itu, dan Tuhan memberikan kepada-Nya kemenangan.
Itulah sebabnya mengapa penulis Ibrani menasehatkan kepada kita untuk memandang kepada Yesus Kristus dan senantiasa percaya. “Pandanglah kepada Yesus Kristus pencipta dan penyempurna iman kita, yang untuk kesukaan yang telah disediakan bagi-Nya, Dia telah memikul salib, menanggung malu, dan akhirnya Dia didudukan di sebelah kanan tahta Allah.” Kita jangan memandang pada diri kita sendiri atau keadaan kita, kesulitan-kesulitan kita, batu-batu tonjolan di jalan kehidupan kita, tetapi pandanglah kepada Yesus. Ya, batu-batu tonjolan yang memungkinkan kita untuk memanjat keatas! Amin.
Jumat, 02 Juli 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar