Kamis, 29 Juli 2010

Renungan 29 Juli 2010

Renungan 29 Juli 2010 - Pdt. Eddy Tatimu
Matius 7:12
"Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."

JANGAN MENGHARAPKAN ORANG LAIN MELAKUKAN SESUATU KEPADA ANDA, YANG TIDAK PERNAH ANDA LAKUKAN PADA ORANG LAIN.

Itulah sebabnya Anda sering kecewa dan frustrasi, sebab tanpa Anda menyadari, Anda suka memaksakan kehendak Anda kepada orang lain, dan hasilnya jauh dari yang anda harapkan. Bertobatlah! Dan kembali kepada Firman Allah. Amin!

Jumat, 23 Juli 2010

Renungan 23 Juli 2010

Renungan 23 Juli 2010 - Pdt. Eddy Tatimu
Matius 22:37
“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.”

DUNIA MENGINGINKAN YANG TERBAIK DARI ANDA TETAPI TUHAN MENGINGINKAN SELURUH DIRI ANDA

Bila Anda memberikan segala-galanya dari diri Anda kepada Tuhan, Anda akan menerima segala-galanya dari Tuhan. Amin!

Renungan 22 Juli 2010

Amsal 22:1
“Nama baik lebih berharga daripada kekayaan besar.”
Pdt. Eddy Tatimu

KALAU ANDA DIBERI NAMA JULUKAN YANG MENDESKRIPSIKAN KARAKTER ANDA, APAKAH ANDA AKAN BANGGA AKAN ITU?

Jhon Selwyn, yang menjadi Uskup Passfik Selatan, dikenal karena kemampuan bertinjunya sewaktu kuliah di universitas. Pada satu kesempatan setelah ia menjadi uskup, ia harus mengucapkan kata-kata peringatan keras dan teguran kepada seseorang yang pindah keagama lain. Orang itu mengepalkan tinjunya dan menghantam wajah sang uskup keras-keras.
Sebagai respon, Selwyn hanya melipat tangannya dan menatap wajah orang itu. Dengan lengannya yang kuat dan kepalannya yang besar ia dapat dengan mudah merubuhkan orang itu, namun ia malah menunggu pukulan berikutnya dengan tenang. Itu tak tertahankan bagi penyerangnya. Malu, ia melarikan diri ke dalam hutan.
Bertahun-tahun kemudian, sang uskup sakit parah, jadi ia pulang. Suatu hari, orang yang dulu memukul dia dating kepada penggantinya untuk minta dibaptis menjadi pengikut Kristus. Yakin akan ketuluan pertobatannya, si uskup baru bertanya “nama baru” apa yang ingin disandangnya sebagai seorang Kristen. “Panggil saya Jihn Selwyn,” jawab orang itu, “karena dialah yang mengajar saya seperti apakah Yesus Kristus itu.”
Nah, apakah orang lain menyebut anda seorang Kristen, atau itu hanyalah cara anda menyebut diri anda? Jika bukan nama Kristus, nama apa yang teman-teman anda berikan pada anda di belakang anda?
Segala kemuliaan hanya bagi Kristus Yesus. Amin!

Renungan 21 Juli 2010

Renungan 21 Juli 2010 - Pdt. Eddy Tatimu
Amsal 24:10
“Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu.”

SIAPA SAJA DAPAT MEMEGANG KEMUDI BILA LAUT TENANG

Lepaskan pikiran Anda dari diri Anda sendiri dan tujukan pada Tuhan. Tuhan tidak hanya menenangkan laut yang diamuk badai melainkan juga memberi kita kekuatan untuk mengatasi ombak. Haleluya!

Selasa, 20 Juli 2010

Renungan 20 Juli 2010

Renungan 20 Juli 2010 - Pdt. Eddy Tatimu
Yeremia 17:7-8
“Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak khawatir dalam tahun kering dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.”

JIKA AKAR-AKARNYA DALAM DAN KUAT, SI POHON TAK PERLU KHAWATIR AKAN ANGIN

Akar-akar sebatang pohon beradaptasi untuk menguatkan diri terhadap apapun yang mencoba menyerangnya. Bila ancaman itu angin, akar-akar akan bertumbuh kearah air.
Akar-akar kita memiliki pengaruh langsung pada cabang-cabang kita, dan dengan demikian, buah kita. Akar tumbuh di bawah permukaan, tertutup dari pandangan. Hal-hal terdalam dari kehidupanlah, pikiran-pikiran dan motif-motif kita, yang memampukan kita untuk menghasilkan kekuatan di luar. Haleluya!

Senin, 19 Juli 2010

Renungan 19 Juli 2010

Renungan 19 Juli 2010 - Pdt. Eddy Tatimu
1 Timotius 4:12
“Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu, dan dalam kesucianmu.:

KARAKTER JAUH LEBIH MUDAH DIJAGA DARIPADA DIPULIHKAN

Ada saat-saat ketika mempertahankan karakter terasa merugikan. Bagaimanapun juga, selalu lebih merugikan bila mengabaikannya.

Sabtu, 17 Juli 2010

Renungan 17 Juli 2010

Renungan 17 Juli 2010
Yakobus 1:2-4
“Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.”

BERLIAN ADALAH BONGKAHAN BATUBARA YANG MENJADI INDAH DI BAWAH TEKANAN

Anggaplah “saat rendah” Anda sebagai posisi dari mana Anda harus melompat, bukan tempat di mana Anda berencana untuk tinggal. Puji Tuhan!

Rabu, 07 Juli 2010

Renungan 07 Juli 2010

(Bahagian ke 3)
Saya pernah ngobrol dengan seorang mahasiswi yang besar perhatiannya atas masalah-masalah yang usianya setua dunia ini sendiri yaitu masalah kejahatan di dunia. Dia tidak mengerti mengapa uhan yang Mahakasih dan berkuasa membiarkan kekejaman dan kejahatan yang sedemikian boleh terjadi. Tentu saja, saya mengingatkannya bahwa umat manusia sedang memetik hasil dari pemberontakannya kepada Tuhan. Tuhan bukan untuk disalahkan atas kejahatan yang ada di dunia; kejahatan itu adalah hasil dari dosa. Lebih lanjut lagi, Tuhan telah memberikan hak yang istimewa kepada manusia untuk mempunyai kekuasaan untuk memilih, tetapi manusia tetap membuat pilihan yang salah. Tetapi masalah yang paling besar bukan adanya kejahatan di dalam dunia ini tetapi adalah adanya kebaikan! Buktinya Tuhan tidak menurunkan hukuman-Nya kepada umat manusia. Kepada kita diperlihatkan masalah yang lebih besar daripada kejahatan-kejahatan yang ditimbulkan oleh manusia! Tuhan berada di atas tahta, dan Dia mempunyai kekuasaan untuk mengadili dunia ini sekarang juga, namun Dia menahan kemurkaan-Nya. Ini bukan hari penghukuman; ini adalah hari penyelamatan. “Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja.” Tetapi Dia memilih hari ini untuk memerintah dengan pemerintahan yang penuh kasih karunia, dan bukan dengan kemurkaan.
Rasul Petrus menerangkan hal ini secara jelas dalam suratnya yang kedua dan pasal 3 ayat 9, “Tuhan ....Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang inasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.” Tetapi janganlah saudara berpendapat bahwa Dia tidak akan mengadili dosa dunia atau dosa saudara, Dia tidak akan melakukan hal ini terus menerus. Hari penghakiman akan tiba, tetapi sekarang ini Tuhan masih bersabar terhadap orang-orang yang berdosa, dengan penuh cinta dan kasih mengundang mereka untuk mempercayai Kristus dan diselamatkan.
‎​Dari jam-jam ini, hari dari kasih karunia akan berakhir dan hari kemurkaan akan mulai, dan kalau itu terjadi akan menjadi sangat terlambat. Tahta kasih karunia akan berubah menjadi tahta penghukuman dan pengadilan, dan seluruh orang yang tidak mempercayai Kristus akan hilang selama-lamanya.
Pernahkah saudara merendahkan diri saudara di hadapan tahta Allah dan menyerahkan hidup saudara kepada kristus? Dia telah mati menggantikan saudara di atas kayu salib. Dia menanggung dosa-dosa saudara. Dan Dia ingin mengampuni saudara, menyelamatkan saudara dari penghukuman, dan memberikan kepada saudara hidup yang kekal dan berkelimpahan. Apakah saudara benar-benar gembira sebab Kristus sedang memerintah? Apakah Dia memerintah atas kehidupan saudara? Jika Dia berada di tahta hati saudara, maka saudara dapat menghadapi hari yang akan datang dengan penuh kesukaan dan berkata, “Haleluya, sebab Tuhan Allah Yang Mahakuasa, telah menjadi raja.” Amin!

Selasa, 06 Juli 2010

Renungan 06 Juli 2010

​(Bahagian ke 2)
Allah sedang memerintah hari ini. Dia tidak turun dari tahta singgasananya dan menyerahkan alam semesta ini kepada musuh. Benarlah bahwa banyak hal yang terjadi di dunia ini berlawanan dengan kehendakNya; tetapi dimana Dia tidak mengatur, Dia mengesampingkannya, dan kehendak-Nya yang akan terjadi. Di atas semuanya, Dia adalah Tuhan – Allah Yang Mahakuasa, Yang penuh dengan kekuatan.
Kita dapat mempercayakan hidup kita dan orang-orang yang kita cintai di dalam tangan Allah. Bila saudara menemukan diri saudara tertekan, kuatir atau takut, ingat sajalah bahwa “Tuhan Allah Yang Mahakuasa, telah menjadi raja.” Ini adalah rahasia dari damai dan sukacita di tengah-tengah dunia yang kacau. Dan rahasia inilah yang menguatkan nabi Yesana ketika dunianya runtuh. Bangsa Yehuda dipimpin oleh raja Uzia, seorang yang telah melaklukan hal-hal yang luar biasa bagi rakyatnya. Tetapi suatu hari raja Uzia meninggal; dan Yesaya berpikir bahwa semua akan berakhir. Dia memberitahukan kepada kita tentang hal ini dalam kitab Yesaya 6 atas nubuatnya: “Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas tahta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci.” Betapa hebat pemandangan yang dilihatnya! Di dunia, orang-orang berduka, tetapi di surga para Serafim memuji Tuhan dan berkata: “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!” Pandangan akan tahta Allah telah mengubah Yesaya yang muda; hal ini membuatnya menjadi orang baru. Yesaya tidak duduk dan mengeluh, tetapi membaktikan dirinya untuk Tuhan dan pergi ke luar dan mulai bersaksi.
‎​Rasul Paulus mempunyai pengalaman yang sama. Hal ini dicatat dalam Kisah Para Rasul 18. Paulus harus datang ke kota korintus untuk berkhotbah dan untuk membangun gereja, dan pelaksanaannya betul-betul sangat sulit. Pada mulanya, Korintus adalah sebuah kota yang penuh dengan kejahatan; dan oposisi dari musuh besar sekali. Sesungguhnya, Paulus pasti merasa ingin berhenti dan meninggalkan pekerjaannya itu. Tetapi pada suatu malam, Yersus datang kepada Paulus dan berkata: “Jangan takut......sebab Aku menyertai engkau.....sebab banyak umat-Ku di kota ini.” Kemudian Paulus tinggal di Korintus selama 1 tahun 6 bulan dan membangun gereja yang penuh kesaksian. Apa yang membuatnya berbeda? Paulus menemukan bahwa Tuhan masih tetap di atas tahta.
Dan, itulah yang harus saudara dan saya temukan bila kita akan mencapainya di dalam dunia yang sulit ini. Kita tidak dapat bergantung pada aturan-aturan kita sendiri, sebab kita lemah dan bodoh. Dan kita juga tidak dapat bergantung terlalu banyak kepada aturan-aturan lain, sebab mereka juga selemah dan sebodoh kita. Satu-satunya hal di mana kita dapat bergantung yaitu pada peraturan dan perintah dari Yesus Kristus Tuhan dan Juruselamat kita. Jika Dia ada di tahta kehidupan kita, maka kita dapat menghadapi hari yang akan datang dengan semangat dan percaya. (Bersambung)

Minggu, 04 Juli 2010

Renungan 05 Juli 2010

ALLAH BERKUASA MEMERINTAH
(Bagian Pertama)(Untuk kalangan sendiri)

Tuhan berada di atas tahta! Rasul Yohanes engucapkan kata-kata yang membesarkan hati ini dengan penuh semangat di dalam Wahyu 19:6: “Haleluyah: Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja.”
Kadang-kadang, seolah-olah penguasa alam semesta ini tidak ada. Kita melihat kekejaman dan kejahatan dan tidak selalu melihat keadilan yang kita harapkan atas kejadian-kejadian tersebut. Kita melihat kebohongan merajalela sementara kebenaran menjadi luntur dan pudar, dan seolah-olah kejahatan menjadi pengontrol dari dunia ini yang diciptakan oleh Tuhan. Kadang-kadang kita bertanya-tanya apakah benar-benar ada manfaatnya untuk mempercayai Kristus dan mencoba untuk tetap setia kepada-Nya.
Rasul Yohanes hidup di dalam dunia yang tidak terlalu jauh berbeda dari kita. Tentu saja, ketika dia menulis Buku Wahyu, dia tidak duduk menulis di sebuah ruang belajar gereja yang menyenangkan atau di sebuah perpustakaan kampus yang dikelilingi buku-buku dan murid-murid yang mengangguminya. Tidak! Ketika Rasul Yohanes menulis Wahyu, dia adalah seorang tahanan pemerintah Romawi, dibuang dan dikucilkan di pulau Patmos, dikelilingi oleh air laut dan terpisah dari orang-orang yang dicintainya. Bayangkan, seandainya saudara menjadi orang tua ini yang telah melayani Kristus dengan sepenuh hati, dan sekarang sendirian di dalam pembuangan, menderita karena imannya. Walaupun begitu, ketika dia menulis sebuah buku, buku yang dia tulis itu bukan tentang dirinya atau tentang pencobaan-pencobaan yang ditanggungnya; buku itu adalah buku tentang Yesus Kristus dan kemenangan-Nya. Dia tidak menulis, “Betapa sengsaranya saya, Kaisar (Romawi) di atas tahta.” Itu bukan bahasa iman! Bukan begitu dia menulis, tetapi lihat apa yang Yohanes tulis, “Haleluya: Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja!”.
Nampaknya tahta penguasa dunia ini kosong, tetapi kenyataannya tidak.
‎ ​Tuhan tetap diatas tahta. Dan Dia adalah Tuhan Allah. Setiap tahun, setiap penduduk kerajaan Romawi diharuskan untuk muncul di altar menyembah kepada Kaisar dan dengan membakar sedikit kemenyan dan berkata, “Kaisar adalah Tuhan” Yohanes tidak melakukan hal itu. Dia berdiri dan dengan berani dia berkata: “ Yesus Kristus adalah Tuhan!” Oleh karena itu mereka menangkapnya dan membawanya ke pembuangan. Tetapi Yohanes tidak melihat dirinya sebagai tahanan Kaisar; dia adalah tahanan dari Kristus! Dan dia tidak menderita; dia sedang membagikan pengalamannya tentang kemuliaan Kristus! Tidak perduli betapa gelapnya hari, tidak perduli betapa beratnya beban, Yohanes mampu untuk melihat ke atas dan berkata, “Haleluyah: karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja!”. (Bersambung)

Jumat, 02 Juli 2010

Renungan 02 Juli 2010

(Bahagian keempat)(Untuk Kalangan Sendiri)
Tetapi hal ini membutuhkan iman. Adalah lebih mudah untuk menendang batu itu kemudian berbalik dan kembali. Rahasia untuk mendaki lebih tinggi adalah jangan memandang batu itu dari sudut dirimu sendiri atau dari permasalahan itu, tetapi pandanglah dengan iman kepada Yesus Kristus. Dia tahu di mana kau berada, bagaimana perasaan saudara, dan apa yang dapat saudara perbuat. Berikan semua itu kepada-Nya dan mulailah berjalan dengan iman. Batu-batu yang luar biasa besarnya yang di mata manusia nampak seperti menghambat, dengan mata iman, batu-batu itu dapat menjadi berkat. Dengarkanlah janji Allah pada Mazmur 91:15: “Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya.”
Jika seseorang menemui hambatan di jalan hidupnya, hal itu juga di alami Tuhan Yesus Kristus. Dia dilahirkan dari keluarga yang miskin, anggota suku minoritas yang ditolak orang di sana-sini. Dia tumbuh dewasa tanpa dikenal orang, di sebuah kota kecil yang disebut hanya dengan cemoohan – “Dapatkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” Dia memilih beberapa orang untuk berkumpul dengan-Nya, sekelompok kecil orang yang terdiri dari orang-orang dari beberapa macam jenis latar belakang, dan salah satu di antaranya menjadi pengkhianat dan menjual-Nya dengan harga seorang buda. Dia diejek dan dipanggil sebagai pembohong, rakus, pemabuk, seorang yang bersekutu dengan iblis. Orang-orang memutar balikkan kata-kata-Nya dan mempertanyakan motivasi-Nya, namun Yesus terus melakukan kehendak Allah. Akhirnya Dia sampai pada batu yang paling besar – Dia disalibkan seperti pencuri-pencuri biasa. Tetapi Dia terus memanjat gunung itu, dan Tuhan memberikan kepada-Nya kemenangan.
‎​Itulah sebabnya mengapa penulis Ibrani menasehatkan kepada kita untuk memandang kepada Yesus Kristus dan senantiasa percaya. “Pandanglah kepada Yesus Kristus pencipta dan penyempurna iman kita, yang untuk kesukaan yang telah disediakan bagi-Nya, Dia telah memikul salib, menanggung malu, dan akhirnya Dia didudukan di sebelah kanan tahta Allah.” Kita jangan memandang pada diri kita sendiri atau keadaan kita, kesulitan-kesulitan kita, batu-batu tonjolan di jalan kehidupan kita, tetapi pandanglah kepada Yesus. Ya, batu-batu tonjolan yang memungkinkan kita untuk memanjat keatas! Amin.

Kamis, 01 Juli 2010

Renungan 01 Juli 2010

(Bahagian ketiga)(Untuk Kalangan Sendiri)
Kebanyakan dari kita menanggapi batu-batu dijalan kehidupan kita dengan cara yang dapat diduga, yaitu kita akan mengeluh tentang hal itu; kita menendang dan melawa batu –batu itu dan itu hanya akan melukai diri kita sendiri. Kita berusaha untuk mengangkat mereka, dan menyingkirkan mereka, dan hanya menyadari bahwa batu-batu itu terlalu berat bagi kita. Kita tidak selalu dapat membujuk mereka, dan kita bertanya-tanya apakah kita dapat mengatasi mereka. Beberapa orang kemudian berhenti dan tidak mau berjalan lebih jauh. Yang lain berbalik dan menyerah. Tetapi anak Tuhan tidak perlu berbalik atau berhenti; dia dapat menggunakan batu-batu yang diletakkan di dalam kehidupannya sebagai alas pijakan untuk memanjat lebih tinggi di atas gunung kehidupan kita.
Kebanyakan, kesulitan-kesulitan yang ada pada kita ini adalah karena kita terbiasa dengan jalan yang mulus beraspal trotoar yang rata. Tetapi kehidupan ini tidak seperti jalan-jalan mulus itu. Kadang-kadang jalan dalam kehidupan ini mulus dan mudah, dan burung-burung bernyanyi dan perjalanan itu begitu indah. Tetapi kadang-kadang jalan itu berbatu dan berkarang, banyak tonjolannya, dan kita tidak mendengar musik dan merasa tidak ada satu tanganpun yang menolong kita dalam perjalanan yang sulit itu. Dan kemudian bagaimana? Mengeluh? Menyerah? Tidak, inilah waktunya untuk mengingat janji Tuhan: “Sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu.” Pasukan Allah yang tidak kelihatan siap melayanimu, dan Allah dapat melihat kebutuhanmu.
Charlie Brown, tokoh dalam komik bersambung yang berjudul “Peanut” adalah salah satu karakter favorit saya. Di dalam salah satu ceritanya, dia sedang mengeluh sebab teamnya selalu kalah di dalam pertandingan-pertandingan mereka. Lucy mencoba untuk menghiburnya dengan berkata: “Ingat, Charlie Brown, kamu belajar lebih banyak dari kekalahanmu daripada dari kemenanganmu.” Dan jawab Charlie Brown: “Itulah yang membuat saya menjadi orang yang paling cerdas di dunia.”
Bila dalam kehidupan tidak ada apa-apanya selain serentetan kekalahan, maka kita akan menjadi tidak bersemangat. Tuhan tahu bagaimana menyeimbangkan hidup kita, maka kita mendapat sinar matahari dan hujan, ketenangan dan badai, gelak tawa dan tangis. Di atas jalan kehidupan kita ada tempat-tempat rata yang menyenangkan kita dan ada tempat-tempat sukar yang menantang kita. Jika kita keluar dari jalan yang dikehendaki Tuhan dan pergi dengan jalan memutar, jalan itu akan terasa kasar dan keras dari awal hingga akhir. Jalan memutar selalu lebih kasar daripada jalan utama. Tetapi tetap ada batu tonjolan meski kita berjalan di jalan Tuhan, dan kita harus belajar untuk menerimanya dan mengambil keuntungan darinya. Batu tonjolan yang menjadi pijakan saudara untuk mendaki sampai di atas. (Bersambung).