Kamis, 26 Februari 2009

Hidup Oleh Iman

Ringkasan khotbah22.02.’09
Pengkhotbah: Pdt. Eddy Tatimu MA – Gembala SidangGPdI HF MDS.
(Ibadah minggu Keempat Pebruari ’09 GPdI Hagios Family Mangga Dua Square)


HIDUP OLEH IMAN
Ibrani 10:38

Betapa pentingnya Firman ini, sehingga ayat ini dikutip oleh rasul Paulus dari Perjanjian Lama yaitu Kitab Habakuk 2:4 sebanyak tiga kali ke dalam surat-suratannya kepada jemaat di Roma, Galatia dan kepada orang-orang Ibrani. Betapa pentingnya kita harus hidup oleh iman.
Saya sudah berbicara tentang iman selama tiga minggu berturut-turut, yaitu iman yang merobohkan tembok-tembok penghalang, tindakan iman yang membelah laut masalah, iman yang mengatasi ketakutan, dan hari ini sebagai klimaksnya yaitu kita harus hidup oleh iman.
Saudara-saudara, kita kenal bangsa Israel dari Alkitab, dimana kehidupan mereka di dalam iman kepada Allah, sering maju mundur. Ada kalanya mereka setia, pada lain waktu mereka berontak. Ada kalanya mereka menyembah Allah yang hidup, Allah Abraham Ishak dan Yakub, pada saat yang lain mereka menyembah berhala yang sangat dibenci oleh Allah.
Pada suatu ketika mereka datang minta pertolongan kepada Mesir, karena berperang melawan bangsa Asyur. Mengapa mereka tidak minta pertolongan kepada Allah? Yesaya 31:1 katakan “Celakalah orang-orang yang pergi ke Mesir minta pertolongan, yang mengandalkan kuda-kuda, yang percaya kepada keretanya yangn begitu banyak, dan kepada pasukan berkuda yang begitu besar jumlahnya, tetapi tidak memandang kepada Yang Mahakudus, Allah Israel, dan tidak mencari Tuhan.” Mereka lebih percaya kepada Mesir dengan segala peralatan perangnya yang kuat dan pasukannya yang besar. Inilah yang mereka andalkan, yaitu apa yang mereka lihat dengan mata mereka. Sehingga Tuhan kecewa dengan bangsa ini. Seringkali juga orang percaya berlaku demikian. Yaitu lebih percaya dengan apa yang dilihatnya, sehingga mereka mau mengandalkan Mesir (hal-hal duniawi), kuda-kuda dan pasukan berkuda (kekuatan dunia) sebagai tempat perlindungan mereka, saya mau katakan, hati-hati, sangat berbahaya. Coba simak Yesaya 36:6 “Sesungguhnya, engkau berharap kepada tongkat bambu yang patah terkulai itu, yaitu Mesir, yang akan menusuk dan menembus tangan orang yang bertopang kepadanya. Begitulah keadaan Firaun, raja Mesir, bagi semua orang yang berharap kepadanya.” Jangan berharap kepada manusia, engkau akan kecewa, bahkan engkau akan terluka. Daripada berharap kepada dunia, sebaliknya Yesaya 30:15-16 katakan “……. Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal percaya terletak kekuatanmu tetapi kamu enggan, kamu berkata :”Bukan, kami mau naik kuda dan lari cepat,” maka kamu akan lari dan lenyap. Katamu pula :”Kami mau mengendarai kuda tangkas,” maka para pengejarmu akan lebih tangkas lagi.” Jadi dengan lain, berdoalah dan beriman saja kepada Tuhan, maka kau akan diselamatkan dan mendapatkan kekuatan.
Contoh yang lain lagi dari tokoh Alkitab yang hidup oleh iman adalah Abraham. Kejadian 15:5-6 mengatakan kepada kita, bahwa betapa pentingnya iman, sehingga melaluinya Abraham dibenarkan (Galatia 3:6), bahkan Galatia 3:7 katakan bahwa mereka yang hidup dari iman, mereka itulah anak-anak Abraham. Dan ayat 9 katakan, mereka yang hidup dari iman, merekalah yang diberkati bersama-sama dengan Abraham yang beriman itu melalui Kristus yang telah mati tergantung di kayu salib. Dia telah melakukan ini supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain …….. Sebab semua orang yang hidup dari pekerjaan Hukum Taurat, berada dibawah kutuk …. Dan tidak ada orang yang dibenarkan di hadapan Allah karena melakukan hukum Taurat, karena “Orang yang benar akan hidup oleh iman.”
Oleh sebab itu saudara-saudaraku dalam Kristus! Jangan tawar hati dalam menghadapi keadaan bagaimanapun juga beratnya, dalam 2 Korintus 5:4-7 “……..sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat.” Amin!

Rabu, 25 Februari 2009

Esensi Diri

Esensi Diri

Alkisah di suatu desa, ada kabar yang menggembirakan. Orang-orang di desa itu gembira mendengar bahwa putra sulung sang kepala desa akhirnya akan pulang ke desanya setelah meraih gelar sebagai seorang dokter. Rencananya, ia pulang untuk mencari istri alias pendamping hidupnya.

Mendengar si putra sulung kepala desa akan mencari seorang calon istri, Orang-orang di desa sibuk memikirkan putri siapa yang pantas disandingkan dengan putra sulung kepala desa. Ketika berkumpul di aula desa, diputuskanlah bahwa ada 3 orang gadis yang menurut mereka paling sesuai disandingkan dengan putra sulung kepala desa.

Yang pertama adalah putri seorang juragan beras yang kaya di desa. Selain kaya, putri juragan ini sangat cantik dan molek. Perawakannya bak peragawati. Ramping, langsing dan singset. Menurut mereka, inilah pasangan yang cocok bagi putra sulung kepala desa. Yang satu cantik, dan yang lainnya ganteng.

Yang kedua adalah putri bendahara desa. Bendahara desa adalah seorang yang terpelajar, semua anaknya terpelajar. Putri sulung bendahara adalah seorang yang sangat pintar. Ia sangat jeli dan banyak membantu ayahnya. Nantinya ia diharapkan bisa menjadi pengganti ayahnya sebagai bendahara desa. Lagi-lagi, menurut orang-orang desa, inilah pasangan yang ideal. Sama-sama pintar, bendahara pintar dan dokter hebat.

Yang ketiga adalah putri seorang dokter desa. Menurut orang-orang desa, pasangan ini ideal ‘wong sama-sama dokter. Apalagi yang kurang?

Lalu, tibalah saat yang mendebarkan bagi seluruh isi desa. Putra sulung kepala desa akhirnya tiba di desa. Untuk membuktikan pilihan siapa yang paling tepat. Maka bergiliranlah putri si juragan, putri bendahara desa, dan putri dokter desa bertandang ke rumah Pak kepala desa untuk berkenalan dengan putra sulung pak kepala desa. Tiga hari berturut-turut mereka berdatangan. Tetapi, tidak ada satupun dari mereka yang dipilih oleh putra sulung kepala desa menjadi istrinya. Orang-orang di desa terheran-heran akan kenyataan ini.

Satu bulan kemudian, putra sulung kepala desa meminang putri seorang tukang kayu. Setelah melangsungkan pernikahan, mereka langsung meninggalkan desa, menuju ke kota tempat praktek si putra sulung sebagai dokter.

Setelah kepergian mereka, orang-orang desa yang penasaran bertanya kepada Pak kepala desa. “Bapak, kenapa anak bapak malah memilih anak seorang tukang kayu menjadi istrinya?” Dengan tersenyum pak kepala desa menjawab,”Ia sudah memilih yang terbaik. Ia memilih apa yang ada di dalam, bukan apa yang tampak di luar.”

“Maksud bapak?” Tanya orang-orang desa yang penasaran.

Lalu pak kepala desa menjelaskan dengan bijaksana “Benar, bukan putri juragan yang cantik, molek, dan langsing yang dipilih anakku. Karena, ia tidak melihat fisik seseorang. Wajah yang cantik, tubuh yang langsing tidak akan bertahan lama. Ia akan pudar seiring waktu. Bukan juga, putri bendahara desa yang pintar. Karena, kepintaran tidak menjamin apapun. Ia juga tidak memilih putri dokter desa. Karena, profesi hanyalah bagian dari pekerjaan seseorang. Bukan menentukan bagaimana sebenarnya orang itu”

“Kalau akhirnya anakku memilih putri si tukang kayu, itu lebih karena esensi diri yang baik. Putri si tukang kayu setiap sore selalu menyempatkan diri memberi minum pada beberapa kelinci yang tidak ia pelihara. Meskipun ia telah lelah membantu ayahnya bekerja. Esensi dirinya yang sederhana, tulus, dan rela melakukan pekerjaan yang sekecil apapun membuat anakku memilihnya sebagai pendamping hidupnya. Itu adalah hal yang terpenting bagi anakku.”

From:email

Selasa, 24 Februari 2009

Tempaan Emas

Saat tukang emas sedang membentuk emas menjadi bentuk yang diinginkannya, tukang emas memiliki 2 pilihan utama yakni terus membentuknya hingga emas itu terbentuk seperti yang diinginkannya atau berhenti dan melakukan hal yang lainnya. Ada konsekuensi dari tiap pilihan tukang emas tersebut.



Pilihan pertama, membentuk hingga emas tersebut terbentuk sesuai dengan yang diinginkannya. Pilihan ini membawa konsekuensi pada usaha yang terus menerus dan hanya berhenti sebentar untuk memastikan bahwa arah bentuk emasnya sudah hampir sempurna. Prosesnya tempa-cek-tempa-cek-tempa-cek terus menerus hingga akhirnya jadilah seperti bentuk yang diinginkannya. Untuk dapat konsisten terus menerus melakukan proses ini, dibutuhkan kesabaran, keuletan dan dedikasi yang tinggi. Bila tidak, emas tersebut akan terbentuk hanya seperti sempurna.



Pilihan kedua, berhenti karena alasan apapun. Pilihan ini membawa konsekuensi jika suatu saat tukang emas itu ingin membentuk emasnya, maka ia harus mulai dari awal proses. Semua harus diulang, langkah demi langkah, tempaan demi tempaan. Pilihan kedua mempunyai efek perjuangan yang lebih berat karena proses yang sama harus diulang dua kali.



Tidak ada bedanya jika kita dalam hidup ini adalah sebagai tukang emasnya ataupun sebagai emasnya. Sebagai tukang emas, kita berperan untuk membentuk sesuatu seperti yang kita inginkan. Sebagai emasnya, kita adalah pihak yang sedang dibentuk untuk menjadi yang diinginkan ’tukang emas’ kita. Apapaun diri kita dalam kontek ini, jika kita berhenti sebelum proses selesai, maka, kita pasti harus memulai dari awal untuk menuju bagian yang seharusnya telah kita selesaikan.



Perjuangan tidak pernah ringan, tidak pernah menyenangkan dan selalu ada pengorbanan. Namun pada saat kemenangan, kita akan melihat setiap hal yang kita lewati dan korbankan, saat itulah, kita akan bangga atas penderitaan kita. Karena kita menang atas penderitaan kita. Kebanggaan manusia adalah penderitaannya karena tidak ada seseorangpun yang dapat berbangga akan sesuatu yang didapatkannya dengan percuma. Tidak ada seorang pemenang lomba yang tidak bangga atas setiap ringangan lomba yang berhasil diatasinya.



Jangan takut ditempa – Jangan takut menderita

Perjuangan adalah proses

Penderitaan adalah kebanggaan sang pemenang

From;email

Senin, 23 Februari 2009

Everything Happened For A Reason (True Story)

The brand new pastor and his wife, newly assigned
to their first ministry, to reopen a church
in suburban Brooklyn , arrived in early October
excited about their opportunities When they saw
their church, it was very run down and needed
much work. They set a goal to have everything
done in time to have their first service
on Christmas Eve.


T hey worked hard, repairing pews, plastering walls,
painting, etc, and on December 18
were ahead of schedule and just about finished.
O n December 19 a terrible tempest - a driving
rainstorm hit the area and lasted for two days.
O n the 21st, the pastor went over to the church.
His heart sank when he saw that the roof had
leaked, causing a large area of plaster about
20 feet by 8 feet to fall off the front wall of the
sanctuary just behind the pulpit, beginning about
head high.
T he pastor cleaned up the mess on the floor,
and not knowing what else to do but postpone
the Christmas Eve service, headed home.
On the way he noticed that a local business was
having a flea market type sale for charity so he
stopped in. One of the items was a beautiful,
handmade, ivory colored, crocheted tablecloth
with exquisite work, fine colors and a Cross
embroidered right in the center. It was just
the right size to cover up the hole in the front
wall. He bought it and headed back to the church.

B y this time it had started to snow. An older
woman running from the opposite direction was
trying to catch the bus.. She missed it. The pastor
invited her to wait in the warm church for
the next bus 45 minutes later.



She sat in a pew and paid no attention to the pastor
while he got a ladder, hangers, etc., to put
up the tablecloth as a wall tapestry. The pastor
could hardly believe how beautiful it looked and
it covered up the entire problem area.

T hen he noticed the woman walking down the center
aisle. Her face was like a sheet.. "Pastor,"
she asked, "where did you get that tablecloth?"
The pastor explained. The woman asked him to check
the lower right corner to see if the initials, EBG were crocheted into
it there. They were. These were the initials of the woman, and she had
made this tablecloth 35 years before, in Austria

T he woman could hardly believe it as the pastor
told how he had just gotten the Tablecloth. The
woman explained that before the war she and
her husband were well-to-do people in Austria .

When the Nazis came, she was forced to leave.
Her husband was going to follow her the next week.
He was captured, sent to prison and never saw her
husband or her home again.

T he pastor wanted to give her the tablecloth;
but she made the pastor keep it for the church.
The pastor insisted on driving her home, that
was the least he could do.. She lived on the other
side of Staten Island and was only in Brooklyn
for the day for a housecleaning job.

W hat a wonderful service they had on Christmas
Eve. The church was almost full. The music and the
spirit were great. At the end of the service, the
pastor and his wife greeted everyone at the door
and many said that they would return.

One older man, whom the pastor recognized
from the neighborhood continued to sit in one of the
pews and stare, and the pastor wondered why he
wasn't leaving.

The man asked him where he got the tablecloth on
the front wall because it was identical to one
that his wife had made years ago when
they lived in Austria before the war and how
could there be two tablecloths so much alike.

H e told the pastor how the Nazis came, how he
forced his wife to flee for her safety and he was
supposed to follow her, but he was arrested and
put in a prison.. He never saw his wife or his home
again all the 35 years in between.

T he pastor asked him if he would allow him to
take him for a little ride. They drove to Staten
Island and to the same house where the pastor
had taken the woman three days earlier.

H e helped the man climb the three flights of
stairs to the woman's apartment, knocked on
the door and he saw the greatest Christmas
reunion he could ever imagine.

T rue Story - submitted by Pastor Rob Reid




Sometimes we hit the bottom down of life, and we scream and cursed everything for all the bad things happen to us. But there's nothing that happen for no reason. Life it self is a big mystery that cant be explain with thoughts.
so if bad things happen to u, just say grace n u'll see that it did happen for a reason.

From:email

Jumat, 20 Februari 2009

Menjadi Pribadi Yang Disukai

Menjadi Pribadi yang Disukai

Kata kunci yang harus diperhatikan dalam berhubungan dengan orang lain adalah harga diri. Begitu pentingnya harga diri, sehingga tidak sedikit orang yang mempertaruhkan nyawanya demi mempertahankan harga dirinya. Untuk menjadi pribadi yang disukai, harus terus belajar memuaskan harga diri orang lain. Karena dengan harga diri yang terpuaskan, orang bisa menjadi lebih baik, lebih menyenangkan, dan lebih bersahabat.

1.ROYALAH DALAM MEMBERI PUJIAN
Pujian itu seperti air segar yang bisa menawarkan rasa haus manusia akan penghargaan. Dan kalau Anda selalu siap membagikan air segar itu kepada orang lain, Anda berada pada posisi yang strategis untuk disukai oleh orang lain. Caranya? Bukalah mata lebar-lebar untuk selalu melihat sisi baik pada sikap dan perbuatan orang lain. Lalu pujilah dengan tulus.

2.BUATLAH ORANG LAIN MERASA DIRINYA SEBAGAI ORANG PENTING
Tunjukkanlah dengan sikap dan ucapan bahwa anda menganggap orang lain itu penting. Misalnya, jangan biarkan orang lain menunggu terlalu lama, katakanlah maaf bila salah, tepatilah janji, dsb.

3.JADILAH PENDENGAR YANG BAIK
Kalau bicara itu perak dan diam itu emas, maka pendengar yang baik lebih mulia dari keduanya. Pendengar yang baik adalah pribadi yang dibutuhkan dan disukai oleh semua orang. Berilah kesempatan kepada orang lain untuk bicara, ajukan pertanyaan dan buat dia bergairah untuk terus bicara. Dengarkanlah dengan antusias, dan jangan menilai atau menasehatinya bila tidak diminta.

4.USAHAKANLAH UNTUK SELALU MENYEBUTKAN NAMA ORANG DENGAN BENAR
Nama adalah milik berharga yang bersifat sangat pribadi. Umumnya orang tidak suka bila namanya disebut secara salah atau sembarangan. Kalau ragu, tanyakanlah bagaimana melafalkan dan menulis namanya dengan benar. Misalnya, orang yang dipanggil Wilyem itu ditulisnya William, atau Wilhem? Sementara bicara, sebutlah namanya sesering mungkin. Menyebut Andre lebih baik dibandingkan Anda. Pak Peter lebih enak kedengarannya daripada sekedar Bapak.

5.BERSIKAPLAH RAMAH
Semua orang senang bila diperlakukan dengan ramah. Keramahan membuat orang lain merasa diterima dan dihargai. Keramahan membuat orang merasa betah berada di dekat Anda.

6.BERMURAH HATILAH
Anda tidak akan menjadi miskin karena memberi dan tidak akan kekurangan karena berbagi. Seorang yang sangat bijak pernah menulis, Orang yang murah hati berbuat baik kepada dirinya sendiri. Dengan demikian kemurahan hati disatu sisi baik buat Anda, dan disisi lain berguna bagi orang lain.

7.HINDARI KEBIASAAN MENGKRITIK, MENCELA ATAU MENGANGGAP REMEH
Umumnya orang tidak suka bila kelemahannya diketahui oleh orang lain, apalagi dipermalukan. Semua itu menyerang langsung ke pusat harga diri dan bisa membuat orang mempertahankan diri dengan sikap yang tidak bersahabat.

8.BERSIKAPLAH ASERTIF
Orang yang disukai bukanlah orang yang selalu berkata Ya, tetapi orang yang bisa berkata Tidak bila diperlukan. Sewaktu-waktu bisa saja prinsip atau pendapat Anda berseberangan dengan orang lain. Anda tidak harus menyesuaikan diri atau memaksakan mereka menyesuaikan diri dengan Anda. Jangan takut untuk berbeda dengan orang lain. Yang penting perbedaan itu tidak menimbulkan konflik, tapi menimbulkan sikap saling pengertian. Sikap asertif selalu lebih dihargai dibanndingkan sikap Yesman.

9.PERBUATLAH APA YANG ANDA INGIN ORANG LAIN PERBUAT KEPADA ANDA
Perlakuan apapun yang anda inginkan dari orang lain yang dapat menyukakan hati, itulah yang harus anda lakukuan terlebih dahulu. Anda harus mengambil inisiatif untuk memulainya. Misalnya, bila ingin diperhatikan, mulailah memberi perhatian. Bila ingin dihargai, mulailah menghargai orang lain.

10.CINTAILAH DIRI SENDIRI
Mencintai diri sendiri berarti menerima diri apa adanya, menyukai dan melakukan apapun yang terbaik untuk diri sendiri. Ini berbeda dengan egois yang berarti mementingkan diri sendiri atau egosentris yang berarti berpusat kepada diri sendiri. Semakin Anda menyukai diri sendiri, semakin mudah Anda menyukai orang lain, maka semakin besar peluang Anda untuk disukai orang lain. Dengan menerima dan menyukai diri sendiri, Anda akan mudah menyesuaikan diri dengan orang lain, menerima mereka dengan segala kekurangan dan keterbatasannya, bekerjasama dengan mereka dan menyukai mereka. Pada saat yang sama tanpa disadari Anda memancarkan pesona pribadi yang bisa membuat orang lain menyukai Anda.

From:email

Kamis, 19 Februari 2009

Kegelapan Yang Paling Gelap 10

Kegelapan Yang Paling Gelap 10
Oleh: Pdt. A.H. Mandey

Bayangkan Matius 22 orang datang tau-tau dibuang, mereka disebut orang beriman. Tapi tidak mencapai iman yang sepenuhnya. Nah, saudara-saudara, lalu datang contoh yang ke dua. Orang yang tidak memakai pakaian pesta. Dia juga dibuang. Masuk dalam masa aniaya besar. Karena apa? Tidak mempunyai kebenaran. Perbuatan kebenaran.

Kita lihat dalam Matius 25, tentang talenta yang berkembang, ya bertunas. Itu berbicara dari hal Roh Kudus. Jadi tiga hal yang menentukan kita masuk atau tidak masuk dalam masa aniaya besar. Tiga hal pertama, soal iman - Matius 8. Soal iman. Iman yang bagaimanakah ada pada kita? Memang kalau kita mempunyai iman sebesar biji sesawi, kita sudah berkuasa. Kalau saja kita percaya dengan hati dan mengaku dengan mulut, kitapun selamat. Begitu saja. Yohanes 3:16:"karena demikian Allah mengasihi dunia ini...." Percaya. Iman perlu sekali, tetapi iman yang bagaimana? Kalau sekarang ada ajaran yang mengatakan, pokoknya orang itu percaya, semua diangkat, tidak ada ketinggalan orang percaya dibumi ini. Alkitab tidak mengajarkan demikian itu ada.

Contoh yang kedua tentang pakaian. Bicara dari hal perbuatan, kebenaran kita. Tidak ada itupun dibuang. Dan yang ketiga tadi, tentang talenta. Talentapun kita harus liat. Harus dapat berkembang. Kembangkan talenta yang ada pada kita, kerjakanlah itu agar mendapatkan keuntungan bagi kerajaan Allah. Sangat perlu sekali kita mempunyai urapan Roh Kudus.

Jadi tiga hal yang menentukan orang masuk dalam 3.5 tahun aniaya atau tidak masuk 3.5 tahun aniaya, ada kriterianya. Pertama: kalau kita punyai iman, kedua mempunyai perbuatan iman. Apa gunanya kita percaya kita tidak mempunyai perbuatan iman. Yakobus berkata: mati. Dan ketiga: berbuah banyak itu berbicara tentang urapan Roh Kudus. Dan seakrang kita lihat, tadi Matius 8 berbicara dari hal iman; Matius 22 berbicara dari jal perbuatan/kebenaran; dan yang ketiga kita membaca kita sudah melihat ini menunjuk kepada arti urapan Roh Kudus. Urapan.

Coba kita bandingkan sekarang dengan buku Wahyu 3:17-18:"Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena Engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang, maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli daripadaKu emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat". Tiga hal yang dikemukakan disini, yaitu "belilah daripadaKu emas yang telah dimurnikan dalam api", ini berbicara dari hal apakah? Coba baca 1 Petrus 1:7:"Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu - yang jauh lebih tinggi nilainya daripada emas fana, yang diuji kemurniannya dengan api - sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diriNya."

Jadi saudara-saudara dia berbicara dari hal apakah disini? Dari hal iman. "Kemurnian imanmu yang jauh lebih tinggi nilainya daripada emas fana." Nah, emas yang dimurnikan dengan api. Ini berbicara dari hal iman kita. Dalam surat Petrus, juga bicara tentang iman kita yang diuji dengan api. Jadi imanlah yang harus disucikan dengan api. Nah, dalam buku Wahyu dikatakan:"belilah dari padaKu emas yang dimurnikan dengan api", jadi emas murni oleh api. Iman murni oleh api pencobaan. Begitu dalam surat Petrus.

Hidup Sederhana

Hidup Sederhana Sangat Menguntungkan


"In character, in manner, in style, in all things, the supreme
exellence is simplicity. – Dalam karakter, sikap, gaya, dalam segala
hal, kesederhanaan adalah hal yang terindah."
~Henry Wadsworth Longfellow~

Hidup sederhana sangat menyenangkan. Terlebih dalam kehidupan modern
dimana kita tak pernah dapat lepas dari banyak sekali pilihan dan
jalan sekaligus kesulitan. Berusaha hidup sesederhana mungkin akan
sangat membantu kita menemukan banyak keuntungan dan hidup lebih baik
meskipun kita harus dihadapkan pada kondisi krisis ekonomi global
seperti saat ini.

Selain itu, hidup sederhana akan membuat kita lebih menikmati apa yang
ada saat ini, karena tidak terlalu khawatir akan masa depan atau opini
negatif orang lain. Sebagaimana Sir Chinmoy mengatakan, "Simplicity is
our natural or conscious awareness of reality. – Kesederhanaan adalah
kesadaran alamiah akan kenyataan diri kita sendiri." Kesadaran
tersebut akan membantu kita lebih fokus pada potensi diri sendiri dan
semangat untuk lebih giat berusaha, tak hanya berangan-angan atau
meratapi kegagalan masa lalu. Dengan demikian, kita dapat meraih
harapan lebih cepat dan lebih banyak dari yang diinginkan.

Kesederhanaan dalam hidup semua berawal dari pikiran. Hidup sederhana
sama artinya dengan terus belajar menjernihkan pikiran dan tidak
membiarkan diri kita dikuasai oleh pemikiran-pemikiran negatif. Dengan
kata lain, kesederhanaan membuat kita menemukan ketenangan pikiran.

Kemauan untuk selalu hidup sesederhana mungkin dapat menumbuhkan
kreatifitas. Cobalah bertanya kepada diri sendiri tentang apa yang
dapat Anda lakukan dengan apa yang Anda miliki? Pertanyaan tersebut
akan mendorong Anda untuk memutar otak guna memecahkan suatu masalah
dengan memanfaatkan apa yang sudah Anda miliki, daripada mencoba untuk
'membeli' solusi yang berarti pengeluaran uang lagi.

Keuntungan lain dari hidup sederhana lainnya adalah tidak menimbulkan
kecemburuan sosial, kesibukan yang berkurang, sehingga lebih banyak
waktu untuk istirahat, mengembangkan diri, berbagi dengan orang lain
dan lain sebagainya. Keuntungan yang terpenting adalah kita menjadi
lebih bahagia dengan apapun yang kita miliki. Sementara keuntungan
selalu ada dari hidup sederhana adalah biaya hidup menjadi lebih
ekonomis.

Harus dipahami bahwa hidup sederhana bukan kehidupan kaum miskin.
Sebab banyak milyuner kelas dunia hidup sangat hemat dan sederhana
atau jauh dari kemewahan. Kita coba perhatikan Warren Buffet yang
disebut majalah Forbes edisi bulan Agustus 2008 sebagai pria terkaya
di dunia dengan total kekayaan senilai 62 milyar USD. Keseharian hidup
pria yang mendapat gelar Sage of Omaha atau Oracle of Omaha karena
kehebatan pikirannya tersebut sangat dekat dengan prinsip hidup hemat
dan mungkin dapat kita jadikan pedoman.

Ketika diwawancara televisi CNBC beberapa waktu yang lalu, Warren
Buffet menyatakan bahwa ia masih tinggal di rumah sederhana berkamar 3
di kota Ohama. Rumah itu sudah ia tempati bersama keluarga sejak
menikah tahun 1959. Walaupun rumah itu jauh dari kesan mewah, tetapi
ia mengatakan, "Saya memiliki segalanya di rumah ini."

Dengan harta yang sedemikian banyak dan sumber pendapatan yang sangat
besar, Warren Buffet masih sangat berhati-hati dalam hal pengeluaran
uang. "Watch your expenses," katanya. Ia hanya akan membeli barang
jika benar-benar diperlukan, itupun dengan harga semurah mungkin. Ia
menyarankan agar membudayakan sikap seperti itu tak hanya pada diri
sendiri, melainkan kepada semua anggota keluarga.

Ia menjelaskan bahwa pengeluaran sekecil apapun akan membebani kondisi
keuangan. Untuk itu ia menyarankan agar menjadi 'smart buyer' atau
pembeli yang cerdas yang hanya membeli barang atau jasa yang
diperlukan bukan yang diinginkan. Sebab keinginan manusia tak pernah
ada habisnya bahkan sering menyebabkan kebangkrutan.

Pada saat yang sama ia juga menyatakan, "Always think how you can
accomplish things economically. – Berusahalah untuk mendapatkan segala
sesuatu dengan harga paling ekonomis atau murah." Hal itu tercermin
dari keseharian Warren Buffet yang tak pernah membeli mobil baru,
tidak mempunyai sopir ataupun pengawal pribadi. Kemana-mana iapun
memilih menumpang pesawat kelas bisnis daripada menaiki jet pribadi,
meskipun ia memiliki perusahaan pembuatan pesawat jet terbesar di dunia.

Sikap Warren Buffet yang berani menjadi diri sendiri patut kita
teladani. Ia berprinsip bahwa dirinya adalah satu-satunya orang yang
dapat mengendalikan kehidupan dan masa depannya sendiri. Itulah
mengapa ia tidak pernah membeli barang-barang bermerek atau melakukan
kebiasaan mewah lainnya, melainkan membeli barang-barang yang
membuatnya merasa nyaman.

Meskipun hartanya melimpah ruah, tetapi ia tidak suka pamer. "Don't
try to show off, just be yourself and do what you enjoy doing. –
Jangan pamer, jadilah diri sendiri dan menikmati apa yang Anda
lakukan," tegasnya. Ia mengingatkan agar kita tidak terjebak dengan
sikap semu, misalnya ingin selalu menunjukkan kesan mampu atau
mengedepankan gengsi walaupun harus menguras isi kantong. Sikap hidup
sederhana dan apa adanya itu akan jauh lebih baik dan menguntungkan,
daripada berusaha mengejar gaya hidup di luar jangkauan kemampuan
keuangan.

Warren Buffet mewanti-wanti agar tidak berhutang. "Avoid bank loans
and invest in yourself. – Hindari membayar bunga bank (meminjam uang)
dan berinvestasilah untuk diri sendiri," pesannya. Bukan berarti ia
anti berurusan dengan bank atau pinjaman, asalkan pinjaman tersebut
benar-benar dimanfaatkan sebagai modal usaha meningkatkan kualitas
ekonomi dan bukan untuk memenuhi gaya hidup konsumtif.

Sikap hemat dan sederhana Warren Buffet bukan pertanda ia hanya senang
menumpuk pundi-pundi uang atau ia enggan berbagi dengan orang yang
kesulitan. Tahun 2006, ia mendonasikan 90% dari hartanya, berkisar
diantara 30,7 milyar USD, untuk yayasan sosial Bill & Melinda Gates.
Walaupun hartanya sudah didonasikan sedemikian banyak, gaya hidup
hemat dan sederhana membuat hartanya terus bertambah bahkan sekarang
jauh lebih besar (62 milyar USD).

Kehidupan Warren Buffet menginspirasikan betapa kesederhanaan itu
menguntungkan. Kesederhanaan dan sikap hemat Warren Buffet tidak hanya
membuat dirinya menikmati kesuksesan, tetapi juga lebih dicintai dan
dihargai banyak orang dibandingkan mereka yang selalu hidup
bergelimang kemewahan. Jika Anda ingin menjadi mengambil bagian
keuntungan dari kesederhanaan itu, maka mulai saat ini jadikan pola
hidup sehemat dan sesederhana mungkin sebagai bagian yang tak
terpisahkan dalam keseharian Anda.

From:email

Rabu, 18 Februari 2009

Maklum

Maklum
Memaklumi Sampai Sebatas Apa?

Setiap kali pergi ke pernikahan seorang kerabat atau teman, saya
selalu merasa senang dan bahagia. Bukan hanya ingin turut mendoakan
pasangan yang sedang berbahagia, tetapi karena ada kesempatan untuk
menikmati hidangan yang berbeda-beda setiap kali datang.

Namun, kadang rasa senang itu sering kali ternoda dengan kondisi
pesta yang hampir selalu diliputi oleh antrean untuk mendapatkan
makanan. Saya rasa itu sesuatu yang wajar, tetapi saya sering merasa
kesal karena beberapa orang sering kali memotong antrean tanpa
merasa bersalah. Sayangnya lagi saya selalu berusaha memaklumi itu.

Kadang saya berpikir bagaimana bisa seorang yang terlihat matang,
bijaksana dan memakai pakaian bagus seperti tamu di resepsi
pernikahan itu tidak mampu untuk mengantre dan mengambil hak milik
orang lain. Jangan-jangan sehari-harinya tamu ini memang suka
mengambil hak yang bukan miliknya.

Suatu ketika saya sedang berbelanja di sebuah mini market yang
sekarang sedang menjamur di mana-mana. Suatu ketika uang kembalian
saya kurang lima ratus rupiah dan si karyawan hendak menggantinya
dengan 5 buah permen yang sebenarnya dipikir-pikir tidak sebanding
dengan harga uang lima ratus rupiah.

Kalau saya ingin makan permen saya biasanya memaklumi keadaan itu.
Namun, terkadang saya mendongkol juga dalam hati, bagaimana seorang
pengusaha yang sukses ternyata masih senang juga mengelabui
pelanggannya untuk membeli produk yang tidak perlu dengan alasan
uang kembalian tidak ada.

Sudah Merajalela

Bagi sebagian orang, sikap memaklumi itu sudah menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari hidup bermasyarakat. Kita sering kali
memaklumi teman kita yang datang terlambat, sambil mengatakan
guyonan pahit bahwa kalau tidak telat yah bukan si teman yang satu
ini.

Kita juga memaklumi selebriti yang senang kawin cerai. Malahan
mungkin bagi sebagian wartawan infotaiment ini merupakan kondisi
yang bisa menyokong kerja mereka sehari-hari. Kalau sepi kawin cerai
di antara selebriti bisa memusingkan kepala, karena tidak ada berita
yang bisa diulas.

Dalam pemerintahan juga setali tiga uang. Kita sering kali
memaklumi, jika ada pejabat pemerintah yang menyelewengkan
kekuasaannya. Kita juga memaklumi jika ada aktivis yang tadinya
sangat idealis, namun setelah masuk ke dalam birokrasi malah menjadi
sangat materialistis.

Banyak kemakluman yang sengaja kita lakukan agar kita tidak menjadi
lelah hati dan pikiran melihat kenyataan yang tidak sesuai ini.
Walaupun kita tahu ada yang salah, namun seringkali kita membiarkan.

Banyak alasan di balik sikap ini, ada yang karena keengganan,
kemalasan berbicara, kurangnya kekuatan untuk bertindak dan rasa
kurang percaya diri. Hal ini juga belum ditambah bahwa biasanya
orang yang salah di negara kita ini malah yang lebih galak dan
berani. Aneh bukan.

Harus Berubah

Bila kondisi ini terus- menerus terjadi, saya tidak dapat bayangkan
apa yang akan kita hadapi beberapa tahun yang akan datang. Negara
ini tentunya bukan akan mengarah ke yang lebih baik namun ke arah
kehancuran.

Kita dapat tertinggal dengan bangsa lain karena kemakluman kita
sangat tinggi termasuk maklum bila negara ini tidak maju-maju. Sikap
ini sangat berbahaya karena sama saja kita membiarkan bangsa dan
negara ini digerogoti pelan-pelan oleh anak bangsanya sendiri.

Kita semua harus berubah. Semuanya harus dimulai dari diri kita.
Usahakanlah menegur terhadap orang yang melanggar peraturan.

Tegurlah dengan cara yang baik sehingga orang tersebut dapat
memahami kekeliruannya.

Bila memang tidak bisa juga sikap tegas memang kadang diperlukan
untuk hal-hal seperti ini.

Suatu saat saya pernah menegur seorang asing yang secara sengaja
merokok di dalam ruangan berpendingin ruangan, yang secara jelas
pula terdapat larangan merokok. Orang asing itu tidak meminta maaf,
namun segera keluar untuk meneruskan merokoknya.

Sikap yang tidak sopan sebenarnya, namun yang penting saya sudah
berani mengungkapkan keberatan saya atas sikapnya yang tidak
mementingkan orang lain.

Saya rasa kita semua harus mulai melakukan hal-hal yang mampu
membuat orang lain sadar akan kekeliruannya. Mungkin kebaikan yang
kita perbuat ini bukan hanya untuk kita, tetapi juga untuk anak dan
cucu kita yang sedang tumbuh.

Kita tentunya tidak rela melihat anak dan cucu kita akan tumbuh
dalam iklim yang serba tidak pasti bukan? Bila kita tidak mau
melakukannya untuk diri kita sendiri, berpikirlah tentang anak dan
cucu kita sambil terus bertanya dalam hati Seandainya saya tidak
mulai melakukannya, lalu siapa lagi?

Sumber: Memaklumi Sampai Sebatas Apa? oleh Andri Suryadi, seorang Psikiater, Dosen Kesehatan Jiwa FK Ukrida

From:email

Selasa, 17 Februari 2009

Orang Buta Yang Bijak

Menjadi Orang Buta Yang Bijak

Teman, pernahkah engkau mendengar ataupun membaca mengenai sebuah kisah perumpamaan yang berjudul: ”Orang Buta dan Seekor Gajah”? Jika belum, berikut kisah perumpamaan tersebut.

Suatu ketika ada lima orang buta yang tidak pernah melihat gajah seumur hidup mereka. Mereka pergi ke perkemahan sirkus dan mereka dipertemukan dengan seekor gajah oleh pemilik sirkus tersebut. Pemilik sirkus tersebut mengatakan kepada kelima orang buta itu bahwa gajah ini adalah hewan yang lebih besar dan berat dari manusia.

Teman, dengan menggunakan tangan, kelima orang buta tersebut meraba gajah tersebut untuk mengetahui bentuk sebenarnya dari gajah itu. Orang buta pertama meraba belalai gajah tersebut dan mengatakan, ”Oh, gajah itu seperti selang yang besar!” Orang buta kedua meraba kaki gajah tersebut dan mengatakan, ”Oh, gajah itu seperti batang pohon besar!” Orang buta ketiga meraba kuping gajah tersebut dan mengatakan, ”Oh, gajah itu seperti daun kipas yang besar!” Kemudian, orang buta keempat meraba tubuh si gajah yang berbulu kasar itu dan mengatakan, ”Oh, gajah itu seperti karung goni yang sangat besar sekali!” Dan terakhir, orang buta kelima memegang buntut si gajah dan mengatakan, ”Oh, gajah itu seperti kabel besar yang ujungnya berambut!”

Dalam perjalanan pulang, kelima orang buta tersebut saling berdebat mengenai bentuk sesungguhnya dari seekor gajah. Masing-masing mempertahankan pendapatnya mengenai bentuk gajah yang mereka dapat dari meraba tubuh gajah tersebut, dan akhirnya bereka saling bertengkar satu sama yang lain.

Teman, kisah perumpamaan di atas memiliki makna bahwa adalah hal yang sia-sia belaka kita memperdebatkan sesuatu yang belum kita ketahui secara pasti. Kita hanya akan menjadi orang-orang buta yang bodoh.

Tapi teman, ada kisah perumpamaan lain yang hampir sama yaitu juga mengenai lima orang buta dan seekor gajah. Tetapi kali ini, ketika dalam perjalanan pulang setelah meraba bagian tubuh gajah, mereka berlima saling berdiskusi, bertukar pandangan mengenai bentuk gajah dari meraba tubuh gajah. Di akhir diskusi, mereka sepakat untuk kembali ke perkemahan sirkus untuk kembali meraba gajah tersebut. Tapi kali ini, mereka saling bertukar tempat untuk meraba seluruh bagian tubuh gajah. Kelima orang buta tersebut meraba bagian tubuh gajah yang pernah diraba oleh temannya. Dengan demikian kelima orang buta tersebut telah meraba seluruh tubuh gajah.

Setelah mereka meraba seluruh bagian tubuh gajah tersebut, mereka berdiskusi kembali. Dari hasil diskusi, mereka berkesimpulan bahwa ada tanda-tanda, ada ciri-ciri khas dari seekor gajah. Mereka juga akhirnya berpendapat bahwa pemilik sirkus tidaklah berbohong mengenai ciri-ciri gajah yang memiliki tubuh yang lebih besar dan berat dari manusia. Teman, meskipun kelima orang buta itu tidak melihat seperti apa bentuk gajah sesungguhnya, namun mereka memiliki pemikiran yang sama yang didapat dari tanda-tanda, ciri-ciri yang mereka dapat baik dari meraba dan juga dari perkataan pemilik sirkus tersebut.

Teman, dari kedua kisah perumpamaan di atas, apa yang dapat kita pelajari? Benar, jadikanlah diri kita menjadi orang buta yang cerdik, yang bijaksana, yang ”melihat” tanda-tanda, ciri-ciri, indikasi-indikasi dari kebenaran yang masih tersembunyi dari pandangan kita. Dengan demikian, kita dapat menjauhkan diri kita dari hal-hal buruk yang menanti kita yang juga akan menjauhkan kita dari kebenaran yang masih tersembunyi tersebut. Jika kita yang masih buta akan kebenaran yang tersembunyi ini tidak memiliki kecerdikan, kebijaksanaan, kita akan menjadi orang-orang buta yang bodoh yang dengan mudah dapat dipermainkan oleh orang lain yang nakal. Dan hanya dengan cahaya kebijaksanaan-lah maka kegelapan pada mata kita akan lenyap.

From:email

Jumat, 13 Februari 2009

Iman Tanpa Perbuatan Adalah Mati

Ringkasan khotbah 08.02.’09
Pengkhotbah: Pdt. Eddy Tatimu MA – Gembala SidangGPdI HF MDS.
(Ibadah minggu Kedua Pebruari ’09 GPdI Hagios Family Mangga Dua Square)


IMAN TANPA PERBUATAN ADALAH MATI
Yakobus 2:17


Iman atau “Pistis=Yun”, adalah percaya atau mempercayakan secara khusus kedalam kekuasaan yang paling tinggi. Pemikiran pokok didalam Firman Allah adalah ketabahan dan kesetiaan. Orang bisa tabah dan setia, karena dia mempunyai keyakinan/iman atas janji-janji Firman Allah.
Seringkali kita mengatakan :”saya beriman”, “saya orang beriman”, tetapi pada saat menghadapi tantangan, disitulah baru kelihatan, apakah ia sungguh-sungguh beriman atau tidak. Memang seringkali mengatakan lebih gampang daripada melakukan. Iman sebenarnya jangan hanya diucapkan dimulut saja. Tetapi yang terpenting adalah bagaimana bertindak berdasarkan iman yang saudara miliki.
Kita tidak dapat berkata:”Tuhan, saya ingin di pekarangan saya ada pohon mangga, rambutan, supaya saya dapat menikmati buahnya”. Lalu yang saudara lakukan, hanya berdoa demikian terus menerus minta Tuhan yang “tanam” pohon buah-buahan tersebut. Mana mungkin! Saudara harus bertindak untuk menanamnya, dengan satu keyakinan, bahwa Tuhan akan menolong menumbuhkan pohon-pohon tersebut supaya bertumbuh subur dan menghasilkan buah-buah yang lebat dan baik. – Yakobus 2:14,17,20,22. Jadi, apa yang saudara dapat lakukan, maka saudara harus lakukan/bertindak, dan apa yang saudara tidak dapat lakukan, maka Allah yang akan lakukan itu buat saudara. Kita harus lakukan apa yang kita dapat lakukan, dan Allah akan lakukan apa yang harus Allah lakukan – Roma 8:28.
Ada contoh yang baik dalam Alkitab tentang hal ini. Dalam kitab Keluaran 14:1-16 diceriterakan disana, sewaktu bangsa Israel keluar dari Mesir, maka Allah menuntun bangsa itu berputar melalui padang gurun menuju ke laut Teberau – Keluaran 13:17-18. pendek ceritera, ketika bangsa Israel telah berjalan keluar dari Mesir, maka berubahlah hati Firaun dan pegawai-pegawainya terhadap bangsa itu, lalu mereka mengejarnya. Ketika orang Israel menoleh, maka tampaklah orang Mesir sedang mengejar mereka. Maka ketakutanlah orang Israel. Mereka mulai memarahi Musa. Tetapi Musa berkata :” Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN, ……..TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja.” Keluaran 14:13-14. Musa berkata, kamu jangan takut, berdirilah dan lihatlah TUHAN yang berperang untuk kamu dan kamu akan diam saja. Artinya kamu bangsa Israel biarkanlah TUHAN saja yang berperang dan kamu hanya berdiri, lihat dan diam.
Lalu datang firman TUHAN kepada Musa :” Mengapa engkau berseru-seru demikian kepadaKu? Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka berangkat. Dan engkau, angkatlah tongkatmu dan ulurkanlah tanganmu ke atas laut dan belahlah airnya……” – Kel. 14:15. Disini kita melihat, bahwa Tuhan tidak mau kita hanya berseru-seru saja, tetapi Dia mau supaya kita bertindak juga dengan iman yang sudah ada di dalam kita. Ada saatnya berdoa, juga ada saatnya bertindak. Seringkali kita juga berada pada suatu keadaan dimana kita tidak dapat berbuat apa-apa, mundur ada musuh, kiri dan kanan terbentang padang terbuka, maju ada laut Teberau/masalah. Tetapi saudara-saudaraku, ingat kisah ini. Jangan terperangkap dengan keadaan sekalipun itu menakutkan. Sebaliknya, bangkitkan iman saudara dengan ingat pada Firman Allah, bahwa Dia tidak pernah meninggalkan kita, dan pada kita telah diberikan kuasa/tongkat untuk menginjak ular dan kalajengking serta kuasa untuk menahan kekuatan musuh……- Lukas 10:19, lalu berjalanlah terus dalam perjalanan hidup ini, dan saudara akan melihat bagaimana pertolongan Tuhan yang ajaib akan menopang, melindungi dan membawa saudara didalam kemenangan-Nya yang luar biasa. Oleh karena itu, jagalah iman yang sudah ada, jangan sampai menyimpang. Amin!

Kamis, 12 Februari 2009

Hati yang Sempurna

Hati yang Sempurna

Pada suatu hari, seorang pemuda berdiri di tengah kota dan menyatakan bahwa dialah pemilik hati yang terindah
yang ada di kota itu. Banyak orang kemudian berkumpul dan mereka semua mengagumi hati pemuda itu, karena memang benar-benar sempurna. Tidak ada satu cacat atau goresan sedikitpun di hati pemuda itu. Pemuda itu
sangat bangga dan mulai menyombongkan hatinya yang indah.

Tiba-tiba, seorang lelaki tua menyeruak dari kerumunan, tampil ke depan dan berkata "Mengapa hatimu masih belum seindah hatiku?". Kerumunan orang-orang dan pemuda itu melihat pada hati pak tua itu. Hati pak tua itu berdegup dengan kuatnya, namun penuh dengan bekas luka, dimana ada bekas potongan hati yang diambil dan ada potongan yang lain ditempatkan di situ; namun tidak benar-benar pas dan ada sisi-sisi potongan yang tidak rata. Bahkan, ada bagian-bagian yang berlubang karena dicungkil dan tidak ditutup kembali. Orang-orang itu
tercengang dan berpikir, bagaimana mungkin pak tua itu mengatakan bahwa hatinya lebih indah?

Pemuda itu melihat kepada pak tua itu, memperhatikan hati yang dimilikinya dan tertawa "Anda pasti bercanda, pak tua", katanya, "bandingkan hatimu dengan hatiku, hatiku sangatlah sempurna sedangkan hatimu tak lebih dari kumpulan bekas luka dan cabikan". "Ya", kata pak tua itu, "hatimu kelihatan sangat sempurna meski demikian aku tak akan menukar hatiku dengan hatimu. Lihatlah, setiap bekas luka ini adalah tanda dari orang-orang yang kepadanya kuberikan kasihku, aku menyobek sebagian dari hatiku untuk kuberikan kepada mereka, dan seringkali mereka juga memberikan sesobek hati mereka untuk menutup kembali sobekan yang kuberikan. Namun karena setiap sobekan itu tidaklah sama, ada bagian-bagian yang kasar, yang sangat aku hargai, karena itu mengingatkanku akan cinta kasih yang telah bersama-sama kami bagikan. Adakalanya, aku memberikan potongan hatiku begitu saja dan orang yang kuberi itu tidak membalas dengan memberikan potongan hatinya. Hal itulah yang meninggalkan lubang-lubang sobekan - - memberikan cinta kasih adalah suatu kesempatan. Meskipun bekas cabikan itu menyakitkan, mereka tetap terbuka, hal itu mengingatkanku akan cinta kasihku pada orang-orang itu,
dan aku berharap, suatu ketika nanti mereka akan kembali dan mengisi lubang-lubang itu.

Sekarang, tahukah engkau keindahan hati yang sesungguhnya itu ?"

Pemuda itu berdiri membisu dan airmata mulai mengalir di pipinya. Dia berjalan ke arah pak tua itu, menggapai hatinya yang begitu muda dan indah, dan merobeknya sepotong. Pemuda itu memberikan robekan hatinya kepada pak tua dengan tangan-tangan yang gemetar. Pak tua itu menerima pemberian itu, menaruhnya di hatinya dan kemudian mengambil sesobek dari hatinya yang sudah amat tua dan penuh luka, kemudian menempatkannya untuk menutup luka di hati pemuda itu. Sobekan itu pas, tetapi tidak sempurna, karena ada sisi-sisi yang tidak sama rata. Pemuda itu melihat kedalam hatinya, yang tidak lagi sempurna tetapi kini lebih indah dari sebelumnya, karena cinta kasih dari pak tua itu telah mengalir ke dalamnya. Mereka berdua kemudian berpelukan dan berjalan beriringan.


Si Tou Timou Tumou Tou (kita hidup untuk menghidupkan orang lain) - DR G.S.S.J Ratulangi
(Pahlawan nasional dari Manado - Sulawesi Utara)

Karena hidup bukan diukur dari berapa lama kita tinggal di dunia, tetapi seberapa berartinya hidup yang kita jalani - GBU

from:email

Robohkan Tembok Itu Dengan Cara Allah

Ringkasan khotbah 01.02.’09
Pengkhotbah: Pdt. Eddy Tatimu MA – Gembala SidangGPdI HF MDS.
(Ibadah minggu PertamaPebruari ’09 GPdI Hagios Family Mangga Dua Square)

ROBOHKAN TEMBOK ITU DENGAN CARA ALLAH
Yosua 6:1-20


Perjalanan hidup manusia tidak terlepas dari berbagai macam persoalan. Ibarat perjalanan Yosua dan bangsa Israel menuju tanah Kanaan. Dalam perjalanan tersebut, Yosua dan rombongan harus melewati sebuah kota dengan temboknya yang berkubu yang mengelilingi kota itu. Tujuan perjalanan tersebut adalah menuju tanah perjanjian, yang dijanjikan Allah kepada Abraham Ishak dan Yakub. Tetapi ditengah perjalanan mereka berhadapan dengan sebuah “penghalang”, yaitu kota Yerikho dengan tembok yang mengelilinginya. Untuk supaya mereka dapat berjalan terus, kota ini harus ditaklukkan, dan untuk dapat menaklukkan kota ini, maka temboknya harus dirobohkan terlebih dahulu. Tetapi sebelum daripada itu, mereka harus menyeberangi sungai Yordan!
Demikian pula perjalanan saudara dan saya di dalam dunia ini. Banyak kita temui penghalang demi penghalang, bagaikan tembok-tembok Yerikho, yang kokoh dan kuat menghalangi perjalanan hidup kita. Tuhan juga menjanjikan Tanah Perjanjian bagi saudara dan saya, yaitu Yerusalem Baru, Surga yang mulia, tetapi kita harus berusaha berjalan terus bersama kekuatan dari Tuhan hingga tiba disana.
Yosua percaya, negeri itu telah diberikan Tuhan kepada mereka, bangsa Israel. Dan dia percaya juga, bahwa perjalanan mereka ini akan disertai Tuhan sesuai dengan firman-Nya dalam Yosua 1:2-9. Dan tidak ada “tembok” apapun yang dapat menghadang perjalanan mereka. Dan akhirnya, kita semua tahu kisah ini, tembok itu roboh dan mereka menguasai kota Yerikho dan meneruskan perjalanan mereka menuju tanah Perjanjian.
Yang menjadi pertanyaan sekarang, langkah-langkah apa yang ditempuh Yosua, sehingga mengakibatkan tembok Yerikho itu roboh? Ya, benar! Mereka mengelilingi tembok itu berulang-ulang selama tujuh hari dengan cara-Nya Tuhan – Yosua 6:1-20. Tetapi yang membuat mereka menerima petunjuk Tuhan untuk melakukan hal itu, adalah: pertama, sebelum Yosua memasuki Yerikho, “ia melayangkan pandangannya” – Yosua 5:13. Yosua mempunyai satu pandangan yang positip ke arah Yerikho. Dalam visinya ia melihat ada kemenangan dibalik tembok tersebut. Visinya adalah visi yang positip. Ia tidak menganggap tembok itu sebagai suatu masalah yang menghalangi perjalanannya. Ia tahu Allah telah memberikan kota itu kepada bangsanya. Dan Tuhan menyertai mereka sesuai dengan Firman-Nya – Yosua 6:2. Didalam Ibrani 11:7 dikatakan “…..dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan……” itulah visi. Didalam visi ada keyakinan/iman dan pengharapan. Oleh sebab itu, janganlah melihat setiap problem sebagai suatu penghalang. Sebab dibalik setiap masalah pasti ada pelajaran-pelajaran penting tentang kehidupan yang sedang Tuhan ijinkan kita belajar. Maka dari itu, bersyukurlah selalu dalam segala hal! Berikutnya dalam Yosua 5:14 “…lalu sujudlah Yosua dengan mukanya ke tanah….”. Haruslah hidupkan terus kehidupan doa di dalam sujud dan menyembah kepada Tuhan. Menghadapi persoalan, janganlah berhenti berdoa. Pereratlah hubungan kita dengan Tuhan melalui doa. Di dalam doa Tuhan dapat memberikan petunjuk-petunjuk-Nya, seperti di dalam ayat ini. Segera sesudah itu, pada Yosua 5:15 “….tanggalkanlah kasut…..”. Rendahkanlah diri dengan menghormati Tuhan. 1 Petrus 5:6 “ Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya.” Setelah Yosua melakukan hal-hal ini, lalu Tuhan memberikan petunjuk lebih lanjut, bagaimana merobohkan tembok Yerikho itu. Dan melalui petunjuk tersebut, tembok itu roboh, Yerikho direbut, Yosua dan bangsanya memperoleh kemenangan.

Rabu, 11 Februari 2009

Change or Die

Change Or Die

Ada sebuah cerita mengenai seorang raja kaya yang pada suatu hari berjalan mengelilingi negeri yang dicintainya.
Pada jaman itu belum ditemukan alas kaki, sehingga sang raja melewati daerah-daerah yang kadang kala berbatuan
sehingga tapak kakinya sakit. Setelah pulang kembali ke istana, sang raja memerintahkan kepada menterinya agar menguliti setiap sapi di wilayah kekuasaannya untuk menutupi seluruh jalan di negeri itu agar kakinya tak lagi sakit jika berkeliling. Sang menteri berpikir sejenak, dan mengatakan kepada raja, "Baginda biarpun kita menguliti seluruh sapi di negeri ini tak akan menutupi seluruh jalan yang ada di negeri ini. Saya mengusulkan untuk membuat sepatu untuk baginda dari kulit sapi, agar kemana pun baginda pergi kakinya akan selalu terlindung."

Seringkali cara yang termudah dan termurah dan efektif dalam menghadapi perubahan adalah memulainya dari diri kita sendiri. Seringkali kita ingin orang lain, keadaan bahkan dunia ini untuk berubah terlebih dahulu, namun perubahan itu akan lebih mudah dan realistis terjadi jika kita mulai dari diri kita terlebih dahulu.

Cerita lain mengenai sebuah kapal perang raksasa yang melintasi laut yang tertutup dengan kabut tebal, sang kapten yang gagah perkasa menyerahkan arah kapal tersebut kepada supervisor kapal yang mengamati keadaan
laut di depan kapal dari menara pantau tertinggi di kapal tersebut. Suatu ketika sang supervisor berteriak, "Kapten ada kapal di depan kita." Kapten menjawab, "Beritahukan kapal itu agar membanting 20 derajat ke arah kiri."
Sang supervisor memberikan kode dengan isyarat lampu kepada kapal tersebut, kemudian dibalas dengan perintah agar kapal perang tersebut yang membanting 20 derajat ke arah kiri. Sang kapten sangat marah dan emosi dan memberikan perintah kepada supervisor kapal agar membalas pesan seperti berikut, "Dengar ini adalah perintah dari kapten kapal perang!." Kemudian datang balasan yang mengatakan, "Ini adalah perintah dari supervisor tingkat II." Merasa dipermalukan, sang kapten memberikan perintah, "Kami adalah kapal perang."
kemudian balasan datang yang mengisyaratkan, "Kami adalah mercu suar!"

Ada kalanya kita harus mengambil tindakan untuk berubah. Jika Anda bertemu "mercu suar" dalam hidup Anda,
bersiaplah untuk berubah atau Anda akan hancur. Perubahan adalah hal yang tidak meng-enakkan dan tidak
jarang membuat kita ragu, takut bahkan menunda pengambilan tindakan. Mengapa? Karena perubahan menimbulkan resiko baru yang mungkin lebih beresiko dibandingkan jika kita tidak berubah sama sekali. Namun ada kalanya kita harus mengambil suatu keputusan untuk berubah, jika setelah berkali-kali kita "terantuk" oleh permasalahan yang sama. Dunia ini bagaikan tempat "belajar" untuk setiap insan manusia. Jika kita terus melakukan kesalahan yang sama dan menolak untuk berubah, kita tidak dapat maju ke "tingkat yang lebih tinggi."

Ingatlah setiap perubahan akan membawa kita kepada dua pilihan, gagal atau berhasil, pastikan Anda berfokus terhadap keberhasilan itu. Hidup ini bagaikan roda dunia yang akan terus berputar. Roda itu terus berputar karena dengan berputar ke depan, roda itu baru dapat maju. George Bernard Shaw mengatakan kemajuan adalah hal yang mustahil terjadi tanpa adanya perubahan, dan mereka yang tidak mampu mengubah cara pikirnya tidak akan merubah apapun. Charles F. Kettering pun mengatakan hal yang tidak kalah dahsyatnya bahwa dunia ini membenci akan perubahan namun perubahan itulah satu-satunya yang mendatangkan kemajuan. Roda kehidupan akan terus berputar, kadang di atas kadang di bawah, banyak orang yang menahan akan adanya perubahan dan
selalu ingin terus berada di atas roda yang berputar. Mereka terus berusaha untuk tetap berada pada posisi atas sehingga ketika perubahan terjadi dan mereka berada di posisi bawah roda, mereka tidak bersiap sehingga tidak mampu bangkit dari kegagalan.

Kesuksesan seseorang terjadi ketika ia mampu dan siap menghadapi perubahan. Camkanlah apa yang dikatakan
Carol Burnett bahwa hanya kitalah satu-satunya yang dapat mengubah hidup kita. Tidak ada orang lain yang dapat melakukannya untuk kita. Menahan arus perubahan dimana dibutuhkan, dapat menghancurkan kehidupan Anda.
Walaupun perubahan membawa perasaan tidak menentu, tidak berubah juga mendatangkan resiko yang tidak
kalah bahayanya. Jika Anda tidak merasa yakin dengan arah yang Anda ambil saat ini, sudah saatnya Anda menempuh arah yang lain. Makin cepat Anda mengambil keputusan untuk berubah makin baik.

Adalah hal yang penting untuk diketahui, jika Anda terus melakukan hal yang sama, Anda akan mendapatkan hasil yang sama. Jika Anda menginginkan hasil yang berbeda,Anda harus menyambut perubahan dengan sikap yang positif.

Live your life with passion! - GBU

From:email

Selasa, 10 Februari 2009

Jadilah Seperti Angsa

Bila antar teman kita seperti Angsa. Alangkah indahnya … !!!


Bila anda sedang berada di negara 4 musim, kadang anda melihat Angsa terbang berombongan, pergi ke daerah yang lebih hangat, menghindari musim dingin…
Perhatikan, mereka terbang dalam formasi “V”. Mungkin anda kepingin tahu kenapa...

Dengan terbang dalam formasi “V”, efisiensi seluruh “Grup” akan naik sebesar 71 %, dibandingkan dengan terbang sendiri-sendiri.

Pelajaran 1:

Bekerja secara Team, bergerak ke arah tujuan yang sama, membuat kita mencapai tujuan lebih cepat dan lebih ringan.

Ketika salah satu Angsa meninggalkan formasi. Apa yang terjadi ………?

Dia mengalami daya tahan udara yang besar, dan kesulitan terbang sendiri………
Akhirnya dia dengan cepat kembali ke “formasi” untuk berbagi efek terbang dalam formasi …

Pelajaran ke 2:

Selalu kompak di dalam Team yang bergerak ke satu tujuan, akan membutuhkan lebih sedikit energi. Akan lebih mudah dan lebih menyenangkan untuk mencapai tujuan. Setiap anggota akan merasa berkewajiban untuk menolong sesama.

Ketika team leader kelelahan ……… Apa yang terjadi ……………?

Dia berpindah ke ujung formasi “V”, sementara itu Angsa lain akan mengambil tempatnya.

Pelajaran 3:

Berbagi kepemimpinan, harus didasari saling hormat dan percaya di antara anggota di setiap saat. Saling berbagi tugas atau masalah yang paling berat. Pusatkan kemampuan, dan bakat Team untuk memecahkan masalah.

Angsa terbang dalam formasi “V” sambil “berkotek” hal ini akan memberi semangat terbang “team leader”. Juga dengan cara demikian mereka terbang dengan kecepatan yang sama……

Pelajaran 4:

Bila mana ada semangat dan “penyemangat”, kecepatan penyelesain pekerjaan lebih besar. Keberadaan “semangat” akan selalu memotivasi, menolong dan menguatkan… Akan menghasikan kualitas yang terbaik.

Ketika salah satu Angsa sakit atau kelelahan………… Dia akan tertinggal dan keluar dari formasi……

Apa yang terjadi ………?

Beberapa Angsa akan keluar juga dari formasi, dan membentuk formasi baru untuk menolong dan mengawal dia… sampai dia sehat dan kembali masuk ke formasi atau terus dengan formasi tsb, atau jatuh dan meninggal.

Pelajaran 5:

Tinggalah berdampingan dengan yang lain apapun perbedaan kita. Lebih lebih pada waktu kesulitan dan tantangan yang besar...

Jika kita kompak dan saling mendukung…... Jika kita menjiwai kerja sama yang baik.. Melupakan perbedaan masing-masing maka kita akan selalu dapat mengatasi tantangan. Jika kita selami arti dari persahabatan.. Dan kita selalu bersedia untuk berbagi………

HIDUP AKAN LEBIH BERARTI DAN KITA AKAN MELEWATI WAKTU MENDATANG DENGAN KEBAHAGIAAN...

MY FRIENDS …………..... LET’S BE LIKE THE GOOSE!!!

From:email

Senin, 09 Februari 2009

Kejujuran Yang Menyelamatkan Jiwa

Kejujuran yang Menyelamatkan Jiwa

Disuatu desa terpencil dipinggiran kota , tinggalah seorang anak laki-laki bersama 6 saudaranya, kehidupan keluarga ini terlihat sangatlah sederhana, orang tuanya hanya seorang buruh tani, kakak dan adiknya semua masih bersekolah sementara ibunya hanya seorang ibu rumah tangga yang hanya mengurusi keluarga. Untuk membantu keuangan keluarganya setiap hari selepas pulang sekolah , ia pergi kepasar untuk berjualan asongan.

Pada suatu hari saat anak ini sedang menjajakan dagangannya, tiba-tiba ia melihat sebuah bungkusan kertas koran yang cukup besar , terjatuh dipinggir jalan, lalu diambilnya bungkusan tersebut, kemudian dibukanya bungkusan itu, namun betapa kaget dan terkejutnya ia, ternyata isi bungkusan tersebut berisi uang dalam nominal besar.

Tampak diraut wajahnya rasa iba dan bukan kegembiraan, ia tampak kebinggungan, karena ia yakin uang ini pasti ada yang memilikinya , pada saat itu juga anak ini langsung berinisiatif untuk mencari sipemilik bungkusan tersebut, sambil mencari-cari sipemiliknya, tiba-tiba seorang ibu dengan ditemani seorang satpam datang dengan berlinang air mata menghampiri anak kecil itu , lalu ibu ini berkata “dek, bungkusan itu milik ibu, isi bungkusan itu adalah uang”.

Uang untuk biaya rumah sakit,karena anak ibu baru saja mengalami kecelakan korban tabrak lari, saat ini anak ibu dalam keadaan kritis dan harus cepat dioperasi karena terjadi pendarahan otak, kalau tidak cepat ditangani ibu khawatir jiwa anak ibu tidak akan tertolong.

Pagi ini ibu baru saja menjual semua harta yang ibu miliki untuk biaya rumah sakit, Ibu sangat membutuhkan uang ini untuk menyelamatkan jiwa anak ibu.

Lalu anak kecil tersebut berkata,” benar bu, aku sedang mencari pemilik bungkusan ini, karena aku yakin pemilik bungkusan ini sangat membutuhkan. “Ini bu !, milik ibu”. setelah itu anak kecil tersebut langsung berlari pulang , sesampai dirumah ia ceritakan semua kejadian yang baru saja dialami kepada Ibu nya.

Lalu ibunya berkata , “ Benar anak ku ! “, kamu tidak boleh mengambil barang milik orang lain, walau pun itu dijalanan , karena barang itu bukan milik kita. Ibu sangat bangga pada mu nak, walau pun kita miskin , namun kamu KAYA dengan KEBAIKAN dan KEJUJURAN.

Untuk apa kita memiliki kekayaan yang melimpah, sementara kita harus mengorbankan nyawa orang lain . “Kamu sungguh anak yang baik nak” , ibu sangat bersyukur mempunyai anak seperti mu.

Hari ini ibu percaya, kamu sudah menyelamatkan satu jiwa melalui kebaikan dan kejujuran mu, kamu harus jaga terus kejujuranmu , karena kejujuran dapat menyelamatkan banyak orang dan kejujuran adalah mata uang yang berlaku dimana-mana . “Apa yang bukan milik kita, pantang untuk kita ambil”.

(“Matamu adalah pelita tubuhmu, Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu, tetapi jika matamu jahat, gelaplah tubuhmu. Karena itu perhatikanlah supaya terang yang ada padamu jangan menjadi gelap. Jika seluruh tubuhmu terang dan tidak ada bagian yang gelap, maka seluruhnya akan terang, sama seperti apabila pelita menerangi engkau dengan cahayanya.” )

From:email

Rabu, 04 Februari 2009

A Little Girls Prayer

A Little Girls Prayer

Helen Roseveare, a missionary doctor from England to Zaire Africa, told this as it happened to her in Africa.

"One night I had worked hard to help a mother in the labor ward; but in spite of all we could do she died leaving us with a tiny premature baby and a crying two-year-old daughter. We would have difficulty keeping the baby alive, as we had no incubator. (We had no electricity to run an incubator.) We also had no special feeding facilities.

Although we lived on the equator, nights were often chilly with treacherous drafts. One student midwife went for the box we had for such babies and the cotton wool the baby would be wrapped in. Another went to stoke up the fire and fill a hot water bottle. She came back shortly in distress to tell me that in filling the bottle, it had burst. Rubber perishes easily in tropical climates. "And it is our last hot water bottle!" she exclaimed.

As in the West it is no good crying over spilled milk, so in Central Africa it might be considered no good crying over burst water bottles. They do not grow on trees, and there are no drugstores down forest pathways.

"All right," I said, "Put the baby as near the fire as you safely can, and sleep between the baby and the door to keep it free from drafts. "Your job is to keep the baby warm."

The following noon, as I did most days, I went to have prayers with any of the orphanage children who chose to gather with me. I gave the youngsters various suggestions of things to pray about and told them about the tiny baby. I explained our problem about keeping the baby warm enough, mentioning the hot water bottle. The baby could so easily die if it got chills. I also told them of the two-year-old sister, crying because her mother had died. During the prayer time, one ten-year-old girl, Ruth, prayed with the usual blunt conciseness of our African children. "Please, God," she prayed, "send us a water bottle. It'll be no good tomorrow, God, as the baby will be dead, so please send it this afternoon."

While I gasped inwardly at the audacity of the prayer, she added by way of a corollary, "And while You are about it, would You please send a dolly for the little girl so she'll know You really love her?"

As often with children's prayers, I was put on the spot. Could I honestly say, "Amen?" I just did not believe that God could do this. Oh, yes, I know that He can do everything. The Bible says so. But there are limits, aren't there? The only way God could answer this particular prayer would be by sending me a parcel from the homeland. I had been in Africa for almost four years at that time, and I had never, ever received a parcel from home. Anyway, if anyone did send me a parcel, who would put in a hot water bottle? I lived on the equator!

Halfway through the afternoon, while I was teaching in the nurses' training school, a message was sent that there was a car at my front door. By the time I reached home, the car had gone, but there, on the verandah, was a large twenty-two pound parcel. I felt tears pricking my eyes. I could not open the parcel alone, so I sent for the orphanage children. Together we pulled off the string, carefully undoing each knot. We folded the paper, taking care not to tear it unduly. Excitement was mounting. Some thirty or forty pairs of eyes were focused on the large cardboard box. From the top, I lifted out brightly colored, knitted jerseys. Eyes sparkled as I gave them out. Then there were the knitted bandages for the leprosy patients, and the children looked a little bored. Then came a box of mixed raisins and sultanas -- that would make a nice batch of buns for the weekend. Then, as I put my hand in again, I felt the.... could it really be? I grasped it and pulled it out -- yes, a brand-new, rubber hot water bottle!

I cried. I had not asked God to send it; I had not truly believed that He could. Ruth was in the front row of the children. She rushed forward, crying out, "If God has sent the bottle, He must have sent the dolly, too!"

Rummaging down to the bottom of the box, she pulled out the small, beautifully dressed dolly. Her eyes shone! She had never doubted. Looking up at me, she asked: "Can I go over with you, Mummy, and give this dolly to that little girl, so she'll know that Jesus really loves her?"

That parcel had been on the way for five whole months. Packed up by my former Sunday school class, whose leader had heard and obeyed God's prompting to send a hot water bottle, even to the equator. And one of the girls had put in a dolly for an African child -- five months before -- in answer to the believing prayer of a ten-year-old to bring it "that afternoon."

"Before they call, I will answer!" Isa 65:24

Email

Selasa, 03 Februari 2009

An Impossible Dream

A Miracle Of Miracles: Realizing An Impossible Dream
"So many of our dreams at first seem impossible, then they seem improbable, and then, when we summon the will, they soon become inevitable." Christopher Reeve

Recently, for the first time in 5 years I simply went out back, put my cane down, and started walking. I made it 42 yards.

Today I walked 5 miles.

My medical team had said this would be impossible. My brain could no longer send the signals for walking because those nerves in my spinal cord had been destroyed. Though certainly unintentional, my doctors did take something very important away from me: hope.

A while back, a psychologist pal of mine urged me to try to help myself. I was angry. I said, "They're four of Boston's leading neurologists. They all said I'd never get any better."

"They could have all been wrong."

"They said there's nothing I can do! No rehabilitation. No physical therapy. I'm not putting any effort into trying to walk and then be miserable when I fail."

"Trying is never failure."

I'd get steaming mad at people like her. What did they know? They came out in droves. I heard various things I should try: a soy-based diet, massage, Yoga, acupuncture, positive thinking. All of these well-meaning non-experts believed that traditional medical doctors do not know everything about human potential.

However, there was a common denominator in my friends' advice. And that was the word, "Try."

What made me finally try? The answer is simpler than I'd have ever imagined. That day I tried walking on my own, I had simply said to myself, "Why not?"

When I walk I have a Frankenstein-style gait. I get embarrassed so I explain. I met a gal who said, "Stop excusing yourself. Walk proud!" She's just one of the many who've taught me that if I open my heart to acceptance, the world is filled with support teams.

I've also resolved to open my obstinate mind and really listen to others, experts or not. This not only fosters my own sometimes-frail belief in my abilities; it fosters faith in miracles.

One morning my husband, Bob, said there was a huge present for me in our driveway. He had researched "bicycles for disabled people." It was a 300 pound cycle for two. The seats were side by side. He could pedal while I sat by him and enjoyed the outdoors again.

Um . . . did I mention it came assembled with a set of pedals for me too?

Now, hundreds of miles later, after exhaustive hours of pedaling along beautiful bike trails, I only wish that we owned stock in Ben-Gay.

Bob needs a tube a day to keep up with me.

Last week he repeated, "There's a huge present in our driveway." He led me outside. "Voila!" he said. "Oh no," I moaned. Bob dubbed it "The One-Woman Dynamo Power Bike."

"Sweetheart? You know I can't bike on my own."

He laughed sweetly. "I know. And you can't walk either. Then why does the pedometer I bought you have 74 miles on it?"

And so, I made a now often repeated declaration that I am praying others will say to themselves as well. "Yes. I can."

Think I love my bike? You bet. Think I love Bob? Of course. Think I love life again after cloistering myself in a self imposed no-can-do closet? Goodness! You have to ask?

How do we find hope when hope seems impossible? Do we simply believe in our hearts, our minds and our very souls that we can beat the odds?

Yes.

Christopher Reeve said, "When we have hope, we discover powers within ourselves we may have never known. Once we choose hope, everything is possible."

His immutable words still ring in my heart and I so hope they will in everyone else's: "And you don't have to be a 'Superman' to do it."


~ Saralee Perel ~

From:email

Senin, 02 Februari 2009

Tips Sukses Obama

Tips Sukses Obama
Tidak dapat dipungkiri, bahwa Barrack Obama adalah presiden yang banyak mendapat tugas dari dunia ini, seakan-akan Barrack mendapat beban untuk mengubah wajah dunia. Berbagai harapan diletakkan di pundak presiden kulit hitam pertama di Amerika Serikat ini. Keberhasilan Barrack dalam menggaet hati para pendukungnya tentunya bukan usaha mudah dan sederhana. Kemenangan sensasionalnya, sebagai Presiden kulit hitam pertama, sebagai presiden AS pertama yang tidak dilahirkan di Amerika, tentunya tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Dalam kesuksesan luar biasa ini, tentunya banyak hal yang bisa kita contoh dan bisa kita aplikaskan bersama dalam langkah dan kehidupan kita, kenapa tidak kita coba?

1. Rangkul Teknologi
Sejarah akan mencatat bahwa Obama adalah orang pertama yang mengerti, dan menggunakan secara efektif, kelincahan dan luasnya teknologi modern, dan keputusan dalam penggunaan teknologi ini adalah keputusan yang cerdas. Memang Obama bukan presiden pertama yang menggunakan teknologi (misalnya debat presidensial yang ditayangkan di TV oleh JK Kennedy), tapi karena jaringan sosial yang memungkinkan Obama memiliki banyak "teman", membuat nya tampil dengan personalitas yang tidak pernah dimiliki oleh kandidat manapun. Penggunaan teknologi ini memungkinkan para pendukungnya untuk merasa dekat dengan dia, tanpa harus benar-benar turun ke jalan dan melakukan banyak hal.

Jadi: Teknologi bukanlah yang statis, teknologi selalu bergerak. Jadi merangkul teknologi tidak hanya bijaksana, tapi akan sangat baik jika anda mengerti dan mau menggunakan trend yang sedang berjalan.


2. Jadilah orang yang lebih besar.
Ingat pada masa kampanye, pers sedang memburu Obama untuk berkomentar mengenai keadaan putri Sarah Palin yang pada saat itu masih remaja dan sedang hamil. Sebagai lawan politik, Obama bisa dengan mudah menjatuhkan Sarah, tapi ia malah mengatakan "Ibu saya sendiri mengandung saya pada usia 18 tahun," jawaban yang mencengangkan. Jawaban luar biasa dan jujur, dan sangat tidak lazim untuk muncul dari lawan politik. Langkah ini membuat Obama semakin tampak mulia dan mau mengambil jalan berat daripada jalan yang mudah dan memojokkan. Lebih jauh lagi, dengan cara ini, jika ia mengambil kesempatan untuk menjatuhkan Palin, maka dengan mudah ia menunjuk ke dirinya sendiri, bahwa ia juga melakukan dosa yang sama.

Jadi: Anda tidak selalu bisa menang dalam memilih menjadi orang yang lebih mengalah, tapi anda tidak mungkin kalah dengan cara ini. Harga diri memang tidak dilupakan, tapi bukan berarti mudah dicari, dan saking langka-nya, maka tindakan seperti ini akan meningkatkan nilai dan reputasi anda di jalan yang anda titi.


3. Angkat diri anda
Ketika Obama menerima nominasi dari partainya, ia melakukannya dengan cara yang luar biasa, bukan di tempat tertutup, tapi di stadion dimana para pahlawan olahraga bertempur. Dampaknya, semua orang bakal mengingat hal ini, karena mereka bukan menghadapi kampanye politis yang membosankan, tapi bagaikan berada di lapangan bola sedang menonton pertempuran mati-matian dari dua tim besar, citra yang tidak mungkin bisa mudah dilupakan. Hal ini tentunya akan melambungkan citra Obama sebagai seorang pahlawan, yang kemudian dengan mudah menjadikannya seorang yang berbeda dan sangat unik di mata dunia dan sejarah.

Jadi: Terkadang penampilan di panggung bukan hanya sekedar ditata sedemikian lupa. Ingat bahwa dampak penampilan non-verbal kepada alam bawah sadar. Michael Dukakis pada 1988, menggunakan helm militer, yang membuatnya tampak semakin aneh, membuat dirinya yang kecil dan kurang disukai tambah makin kecil lagi. Ingat, cari cara yang membuat anda tampak lebih besar dan berharga dari sekitar anda!


4. Tarik orang yang lebih baik dari anda!
Keputusan untuk menarik Joe Biden sebagai rekan kampanye-nya adalah gerakan yang luar biasa tepat. Jabatan presiden memang jabatan yang terlalu besar buat ditangani seorang diri. Sukses di admiistrasi yang ada seringkali dikaitkan dengan siapa-siapa yang berada di lingkungan kerja Presiden. Pengalaman Joe Biden memang tidak dapat disaingi oleh Obama, dan tidak ada orang yang dapat menuduh dengan mudah bahwa Obama hanya sekedar mencari ketenaran.

Jadi: Orang sukses akan mengelilingi dirinya dengan orang-orang yang memiliki kemampuan dan kecerdasan yang dapat menguntungkan. Orang yang memiliki kemampuan yang akan melengkapi dirinya. Anda tidak harus menjadi orang yang paling cerdas atau paling tampan di lingkaran anda untuk dapat menjadi orang sukses, anda hanya harus mempertahankan dan menjaga mereka yang ada di lingkaran anda!

From:email

Ayah

HATI SEORANG AYAH

Suatu ketika, ada seorang anak wanita bertanya kepada
Ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat Ayahnya sedang mengusap
wajahnya yang mulai berkerut-merut dengan badannya yang terbungkuk-
bungkuk, disertai suara batuk-batuknya. Anak wanita itu bertanya
pada ayahnya: Ayah , mengapa wajah Ayah kian berkerut-merut dengan
badan Ayah yang kian hari kian terbungkuk?" Demikian pertanyaannya,
ketika Ayahnya sedang santai di beranda.

Ayahnya menjawab : "Sebab aku Laki-laki." Itulah jawaban
Ayahnya. Anak wanita itu berguman : " Aku tidak mengerti."

Dengan kerut-kening karena jawaban Ayahnya membuatnya tercenung rasa
penasaran. Ayahnya hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anak
wanita itu, terus menepuk nepuk bahunya, kemudian Ayahnya
mengatakan : "Anakku, kamu memang belum mengerti tentang Laki-laki."
Demikian bisik Ayahnya, membuat anak wanita itu tambah kebingungan.

Karena penasaran, kemudian anak wanita itu menghampiri
Ibunya lalu bertanya :"Ibu mengapa wajah ayah menjadi berkerut-merut
dan badannya kian hari kian terbungkuk? Dan sepertinya Ayah menjadi
demikian tanpa ada keluhan dan rasa sakit?"

Ibunya menjawab: "Anakku, jika seorang Laki-laki yang benar
benar bertanggung jawab terhadap keluarga itu memang akan demikian."
Hanya itu jawaban Sang Bunda.

Anak wanita itupun kemudian tumbuh menjadi dewasa, tetapi
dia tetap saja penasaran.

Hingga pada suatu malam, anak wanita itu bermimpi. Di dalam mimpi
itu seolah-olah dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas
sekali. Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu
rangkaian kalimat sebagai jawaban rasa penasarannya selama ini.

"Saat Ku-ciptakan Laki-laki, aku membuatnya sebagai pemimpin
keluarga serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga, dia
senantiasa akan menahan setiap ujungnya, agar keluarganya merasa
aman teduh dan terlindungi. "

"Ku-ciptakan bahunya yang kekar & berotot untuk membanting
tulang menghidupi seluruh keluarganya & kegagahannya harus cukup
kuat pula untuk melindungi seluruh keluarganya. "

"Ku-berikan kemauan padanya agar selalu berusaha mencari
sesuap nasi yang berasal dari tetesan keringatnya sendiri yang halal
dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali
dia mendapatkan cercaan dari anak-anaknya. "

"Kuberikan Keperkasaan & mental baja yang akan membuat
dirinya pantang menyerah, demi keluarganya dia merelakan kulitnya
tersengat panasnya matahari, demi keluarganya dia merelakan badannya
basah kuyup kedinginan karena tersiram hujan dan hembusan angin, dia
relakan tenaga perkasanya terkuras demi keluarganya & yang selalu
dia ingat, adalah disaat semua orang menanti kedatangannya dengan
mengharapkan hasil dari jerih payahnya."

"Ku berikan kesabaran, ketekunan serta keuletan yang akan
membuat dirinya selalu berusaha merawat & membimbing keluarganya
tanpa adanya keluh kesah, walaupun disetiap perjalanan hidupnya
keletihan dan kesakitan kerap kali menyerangnya. "

"Ku berikan perasaan keras dan gigih untuk berusaha berjuang
demi mencintai & mengasihi keluarganya, didalam kondisi & situasi
apapun juga, walaupun tidaklah jarang anak-anaknya melukai
perasaannya melukai hatinya. Padahal perasaannya itu pula yang telah
memberikan perlindungan rasa aman pada saat dimana anak-anaknya
tertidur lelap. Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan
kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar
selalu saling menyayangi & mengasihi sesama saudara."

"Ku-berikan kebijaksanaan & kemampuan padanya untuk
memberikan pengetahuan padanya untuk memberikan pengetahuan &
menyadarkan, bahwa Istri yang baik adalah Istri yang setia terhadap
Suaminya, Istri yang baik adalah Istri yang senantiasa menemani. &
bersama-sama menghadapi perjalanan hidup baik suka maupun duka,
walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap
kesetiaan yang diberikan kepada Istri, agar tetap berdiri, bertahan,
sejajar & saling melengkapi serta saling menyayangi."

"Ku-berikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti bahwa Laki-
laki itu senantiasa berusaha sekuat daya pikirnya untuk mencari &
menemukan cara agar keluarganya bisa hidup di dalam keluarga bahagia
& BADANNYA YANG TERBUNGKUK agar dapat membuktikan, bahwa sebagai
laki-laki yang bertanggungjawab terhadap seluruh keluarganya,
senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga serta segenap
perasaannya, kekuatannya, keuletannya demi kelangsungan hidup
keluarganya. "

"Ku-berikan Kepada Laki-laki tanggung jawab penuh sebagai
Pemimpin keluarga, sebagai Tiang penyangga, agar dapat dipergunakan
dengan sebaik-baiknya. dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh
laki-laki, walaupun sebenarnya tanggung jawab ini adalah Amanah di
Dunia & Akhirat."

Terbangun anak wanita itu, dan segera dia berlari, berlutut
& berdoa hingga menjelang subuh. Setelah itu dia hampiri bilik
Ayahnya yang sedang berdoa, ketika Ayahnya berdiri anak wanita itu
merengkuh dan mencium telapak tangan Ayanya. " AKU MENDENGAR &
MERASAKAN BEBANMU, AYAH."

From:email