Jumat, 30 Januari 2009

Ombak Kecil dan Ombak Besar

OMBAK KECIL DAN OMBAK BESAR

Alkisah, di tengah samudra yang maha luas, tampaklah ombak besar sedang bergulung-gulung dengan suaranya yang menggelegar, tampak bersuka ria menikmati kedasyatan kekuatannya, seakan-akan menyatakan keberadaan dirinya yang besar dan gagah perkasa.

Sementara itu, jauh di belakang gelombang ombak besar, tampak sang ombak kecil bersusah payah mengikuti. Ia terlihat lemah, tertatih-tatih, tak berdaya, dan jauh tersisih di belakang. Akhirnya, ombak kecil hanya bisa menyerah dan mengekor ke mana pun ombak besar pergi. Tetapi, di benaknya selalu muncul pertanyaan, mengapa dirinya begitu lebih lemah dan tak berdaya?

Suatu kali, ombak kecil bermaksud mengadu kepada ombak besar. Sambil tertaih-tatih ombak kecil berteriak: “Hai ombak besar. Tunggu!”

Sayup-sayup suara ombak kecil didengar juga oleh ombak besar. Lalu sang ombak besar sedikit memperlambat gerakannya dan berputar-putar mendekati arah datangnya suara. “Ada apa sahabat?” Jawab ombak besar dengan suara menggelegar hebat.

“Aih, pelankan suaramu. Dengarlah, mengapa engkau bisa begitu besar? Begitu kuat, gagah, dan perkasa? Sementara diriku, ah, begitu kecil, lemah dan tak berdaya. Apa sesungguhnya yang membuat kita begitu berbeda, wahai ombak besar?”

Ombak besar pun menjawab, “Sahabatku, kamu menganggap dirimu sendiri kecil dan tidak berdaya, sementara kamu menganggap aku begitu hebat dan luar biasa, anggapanmu itu muncul karena kamu belum sadar dan belum mengerti jati dirimu yang sebenarnya, hakikat dirimu sendiri”.

“Jati diri? Hakikat diri? Kalau jati diriku bukan ombak kecil, lalu aku ini apa?” Tanya ombak kecil, “Tolong jelaskan, aku semakin bingung dan tidak mengerti.”

Ombak besar meneruskan, “Memang di antara kita terasa berbeda tetapi sebenarnya jati diri kita adalah sama, kamu bukan ombak kecil, aku pun juga bukan ombak besar. Ombak besar dan ombak kecil adalah sifat kita yang sementara. Jati diri kita yang sejati sama, kita adalah air. Bila kamu menyadari bahwa kita sama-sama air, maka kamu tidak akan menderita lagi, kamu adalah air, setiap waktu kamu bisa menikmati menjadi ombak besar seperti aku, kuat gagah dan perkasa.”

Mendengar kata-kata bijak sang ombak besar, mendadak timbul kesadaran dalam diri ombak kecil. “Ya, benar, aku bukan ombak kecil. Jati diriku adalah air, tidak perlu aku berkecil hati dan menderita.”

Dan, sejak saat itu, si ombak kecil pun menyadari dan menemukan potensi dirinya yang maha dasyat. Dengan ketekunan dan keuletannya, ia berhasil menemukan cara-cara untuk menjadikan dirinya semakin besar, kuat, dan perkasa, sebagaimana sahabatnya yang dulu dianggapnya besar. Akhirnya, mereka hidup bersama dalam keharmonisan alam. Ada kalanya yang satu lebih besar dan yang lain kecil. Kadang yang satu lebih kuat dan yang lain lemah.

Begitulah, mereka menikmati siklus kehidupan dengan penuh hikmat dan kesadaran.

Sebagai manusia, sering kali kita terjebak dalam kebimbangan akibat situasi sulit yang kita hadapi, yang sesungguhnya itu hanyalah pernak-pernik atau tahapan dalam perjalanan kehidupan. Sering kali kita memvonis keadaan itu sebagai suratan takdir, lalu muncullah mitos-mitos: aku tidak beruntung, nasibku memang jelek, aku orang gagal, dan lebih parah lagi menganggap kondisi tersebut sebagai bentuk “ketidakadilan” Tuhan.

Dengan memahami bahwa jati diri kita adalah sama-sama manusia, tidak ada alasan untuk merasa kecil dan kerdil dibandingkan dengan orang lain. Karena sesungguhnya kesuksesan, kesejahteraan dan kebahagiaan bukan monopoli orang-orang tertentu. Jika orang lain bisa sukses, kita pun juga bisa sukses! Kesadaran tentang jati diri bila telah mampu kita temukan, maka di dalam diri kita akan timbul daya dorong dan semangat hidup yang penuh gairah sedahsyat ombak besar di samudra nan luas. Siap menghadapi setiap tantangan dengan mental yang optimis aktif, dan siap mengembangkan potensi terbaik demi menapaki puncak tangga kesuksesan.

“Jati diri kita adalah sama-sama manusia! Tidak ada alasan untuk merasa kecil dan kerdil dibandingkan dengan orang lain. Jika orang lain bisa sukses, kita pun bisa sukses!”

From:email

Kamis, 29 Januari 2009

Adat Istiadat dan Ke-Keristenan

Ringkasan khotbah 25.01.’09
Pengkhotbah: Pdt. Eddy Tatimu MA – Gembala SidangGPdI HF MDS.
(Ibadah minggu Keempat Januari ’09 GPdI Hagios Family Mangga Dua Square)

Adat Istiadat dan KeKristenan

Hari-hari ini, di seluruh dunia orang-orang Tiong Hoa sedang berada di dalam suasana Imlek.
Saudara-saudara jemaat Tuhan di sini juga tidak terkecuali sedang berada dalam suasana yang sama untuk menyambut Hari Raya Imlek besok bukan? Menjadi pertanyaan yang sama sampai hari ini adalah “Apakah orang Tiong Hoa yang sudah Kristen boleh merayakan Hari Raya Imlek?” Tetapi sebelumnya saya mengajak saudara-saudara untuk mengerti, apakah Imlek itu. Kata “Imlek” sendiri artinya “penanggalan menurut peredaran bulan”. Jadi tidak ada arti apa-apa. Cara penanggalan berdasarkan peredaran bulan, sudah dilakukan orang sejak zaman dahulu kala. Baik orang Tiong Kok, Arab, Yahudi, Mesir dlsb melakukan hal yang sama. Dan penanggalan yang kita kenal sekarang adalah penanggalan berdasarkan peredaran matahari atau yang disebut “Yang Lek”. Yang sebenarnya yang dimaksudkan orang dengan Hari Raya Imlek adalah Hari Raya Musim Semi, atau Sin Cia (Sin Chun dalam dialek Mandarin). Sin Chun (Chun / musim semi yang baru) adalah hari pertama Musim Semi. Ini adalah saat para petani bersuka ria karena menyambut musim tanam. Mereka telah melalui Musim Gugur dan Musim dingin dimana mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Maka sangat wajar, bila musim Semi datang perasaan mereka penuh dengan kegembiraan. Peristiwa ini terjadi sejak zaman dahulu kala. Tiongkok adalah bangsa agraris, penduduknya kebanyakan bertani. Oleh karena itu sudah menjadi satu tradisi, bila musim semi tiba, mereka sangat bersuka cita; mereka berpesta rakyat, makan minum, menari-nari, saling berkunjung keluarga dan lain sebagainya. Dengan berjalannya waktu, tradisi ini mereka mulai ritualkan. Ada sembahyang sebagai tanda ucapan syukur kepada Dewa Langit dan Dewa Bumi. Membagi-bagi Ang Pao(bungkusan merah) dalamnya diisi sejumlah duit. Seturut dengan perkembangan zaman, tradisi ini terus dikembangkan sampai seperti hari ini.
Kembali kepada pertanyaan, apakah orang Kristen Tionghoa boleh merayakan Sin Cia? Saya mau katakan dalam batas-batas tertentu, BOLEH! Artinya kalau hanya salaman, makan, kasih Ang Pao pun boleh-boleh aja. Kasih selamat sukses dan sehat. Boleh juga. Tanpa Sin Cia pun kita sering berkata demikian kepada orang-orang kan! Yang tidak boleh adalah, kalau setiap adat-istiadat itu kita kaitkan dengan unsur-unsur spiritual lalu kita sakralkan dalam bentuk-bentuk penyembahan, INI SAMA SEKALI TIDAK BOLEH!
Yesus pernah menegur dengan keras kepada orang-orang Yahudi yang menanyakan kepada Yesus tentang murid-murid-Nya yang makan dengan tidak membasuh tangan – Markus 7:1-2,5. Rupanya hal membasuh tangan dan lain-lain adalah merupakan adat-istiadat nenek moyang mereka – Markus 7:3-4. Maka Yesus menjawab mereka :”…. Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari padaKu. Percuma mereka beribadah kepadaKu, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat-istiadat manusia.” – Markus 7:6-8.
Adat-istiadat tidak semua jelek, juga tidak semua baik bagi kita orang Kristen. Semua bangsa di dunia mempunyai adat-istiadat masing-masing. Kebiasaan manusia di dunia ini kalau ketemu – apa lagi kalau sudah lama tidak ketemu – saling salam salaman, apakah ini tidak baik? Tentu saja baik. Walaupun cara menyampaikan salaman itu masing-masing bangsa berbeda-beda, ada yang berjabat tangan, ada yang menggenggam kedua kepalan tangan sambil digoyang-goyangkan didepan dada, ada yang nunduk 90 derajat, ada yang cipiki-cipika dlsb. Tradisi yang tidak baik bagi kita orang percaya adalah kalau tradisi-tradisi itu dimasukan unsur spiritual/kepercayaan tertentu. Hal ini kita jauhi. Saudara harus ingat, Firman Allah mengingatkan kita pada kondisi jemaat di Galatia, mereka tadinya tidak mengenal Allah dan menyembah para berhala. Tetapi setelah diselamatkan oleh pelayanan Paulus mereka mengenal Allah. Lama kelamaan mereka kembali kepada cara penyembahan mereka yang lama, sehingga Paulus menulis surat kepada mereka dalam Galatia 4:9-11 “….. kamu dengan teliti memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun……” Inilah yang banyak dilakukan oleh orang-orang Kristen akhir zaman. Kalau ada perayaan suka lihat hari, bulan, tahun, bahkan jam-jam tertentu. Ini sama dengan yang Yesus katakan kepada orang Yahudi “Munafik”- Markus 7:6.
Kita sekalian tidak mau disebut orang munafik ‘kan! Makanya jangan ikut-ikutan dengan tradisi-tradisi yang mengandung unsur ritual dan kepercayaan. Anda mau saling kunjungi keluarga besok, silahkan. Itu Alkitabiah sebab memelihara persatuan keluarga dan saling mengasihi antara saudara yang satu dengan saudara yang lain – 1 Yoh. 4:20-21. Mau makan bersama? Silahkan. Mau kasih Ang Pao atau terima Ang Pao, silahkan. Pendeta pun mau “Ang Pao”.
Saya bukan mau kompromi dengan tradisi Tiong Hoa, tetapi apa yang wajar-wajar saja yang kita lakukan. Yang terpenting kita jangan mempercayai kepercayaan-kepercayaan yang ada dibalik tradisi-tradisi dan adat istiadat nenek moyang itu. Sebagaimana Firman Allah katakan dalam Kolose 2:8 “Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus.” Terlalu banyak tradisi dan adat-istiadat Tionghoa kalau mau dibicarakan. Dari perkawinan, kehamilan, kelahiran anak, usaha bisnis, pekerjaan, rumah tinggal, sampai kematian, pekuburan semua ada tata cara tradisinya. Oleh karena itu, saudara-saudara harus sangat berhati-hati dengan semuanya itu, jangan sampai terpengaruh atau tertawan dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia. Tetapi sebaliknya marilah kita meninggalkan segala tradisi-tradisi dan adat-istiadat leluhur yang hampa dan tidak berarti itu, dan lakukanlah segala sesuatu menurut ajaran dan perintah Kristus. Amin!

Rabu, 28 Januari 2009

Samson's Riddle

SAMSON’S RIDDLE
By: Donny Tatimu

Judges 14:14,18 (AMP)
And he said to them, Out of the eater came forth food, and out of the strong came forth sweetness. And they could not solve the riddle in three days.
What is sweeter than honey? What is stronger than a lion?


What is the answer to this riddle?
I believed the answer to this riddle, can effect our way of life, how we think, how we decided something, how we treat other people, how we behave, even how we set our own mind.
Why? It is simply because that is what happen to Samson!

"Out of the STRONG, came forth SWEETNESS..." this was the riddle.
What is the "strong"?
Songs 8:6, "Set me like a seal upon your heart, like a seal upon your arm; FOR LOVE IS as STRONG as death, jealousy is as hard and cruel as Sheol (the place of the dead). Its flashes are flashes of fire, a most vehement flame [the very flame of the Lord]"
LOVE is strong

What is the "sweetness"?
Psalms 119:103,"How sweet are Your words to my taste,"
WORDS [or, promises, something nice that came out from mouth] is sweet.

Now, let me make this riddle clear to you. Please allow me to change the last question from Judges 14:18. "What is stronger than a lion", into "what is love you more than a lion?"
For this question, The Bible gave us three answers about that:
1. Man can be a lion ;
Deut. 33:22; 2 Sam 23:20.
But worse than that: a whore can be a lion with honey in her mouth (Prov. 5:3-10)
This is the first answer to Samson’s riddle. And this was Samson’s answered. Almost all the day of his life, he fall in LOVE to whores, and to their SWEET WORDS.
For study: Judges 14:1, 18-20; Judg. 16.
Samson did nothing for Israel! Samson fought the Philistines, JUST BECAUSE of women! This was Samson’s biggest mistake, WRONG ANSWER!

2. Devil can be a lion;
The second answer "a lion" can point to Devil himself, 1 Peter 5:8, "for that enemy of yours, the devil, roams around like a lion roaring [in fierce hunger], seeking someone to seize upon and devour."
What is the Devil’s secret weapon? His "roar", his words, his promises. When you believe, or fall in his deception, you loose! You’ve got a WRONG ANSWER! The Devil give nothing for free!
Ephesians 6:11

3. God is a lion.
Rev. 5:5, "Then one of the elders [of the heavenly Sanhedrin] said to me, Stop weeping! See, the Lion of the tribe of Judah, the Root (Source) of David, has won (has overcome and conquered)! He can open the scroll and break its seven seals!"
If God is always the answer of your life, you get the RIGHT ANSWER, for the RIGHT PERSON, in the RIGHT TIME and the RIGHT PLACE, on the RIGHT WAY.
"What is sweeter than honey?" The answer is God’s promise is SWEETER than honey (Ps. 119:103)
What a man, or a woman, and devil and the world can offer, is HONEY! Not more than that! But what God offer to us, is something SWEETER than anything can give, it is His Living Words!

What is your answer? Man’s love and all that he can promise to give to you; or, Devil’s love and all that he can promise to give to you (Luke 4), he tried once, when he offered the world to Jesus. Or, God’s love, and ALL the GRACE and GLORY and POWER that He already provided for us?

Selasa, 27 Januari 2009

6 Pertanyaan dan Jawaban

6 pertanyaan dan jawaban

Suatu hari Seorang Guru berkumpul dengan murid-muridnya. ..
Lalu beliau mengajukan enam pertanyaan.. .
Pertama...
"Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini...???"
Murid-muridnya ada yang menjawab...
"orang tua", "guru", "teman", dan "kerabatnya" ...
Sang Guru menjelaskan semua jawaban itu benar...
Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "kematian".. .
Sebab kematian adalah PASTI adanya....

Lalu Sang Guru meneruskan pertanyaan kedua...
"Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini...???"
Murid-muridnya ada yang menjawab...
"negara Cina", "bulan", "matahari", dan "bintang-bintang" ...
Lalu Sang Guru menjelaskan bahwa semua jawaban yang diberikan
adalah benar...
Tapi yang paling benar adalah "masa lalu"...
Siapa pun kita... bagaimana pun kita...dan betapa kayanya kita...
tetap kita
TIDAK bisa kembali ke masa lalu...
Sebab itu kita harus menjaga hari ini... dan hari-hari yang akan datang..

Sang Guru meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga...
"Apa yang paling besar di dunia ini...???"
Murid-muridnya ada yang menjawab
"gunung", "bumi", dan "matahari".. .
Semua jawaban itu benar kata Sang Guru ...
Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "nafsu"...
Banyak manusia menjadi celaka karena memperturutkan hawa nafsunya...
Segala cara dihalalkan demi mewujudkan impian nafsu...
Karena itu, kita harus hati-hati dengan hawa nafsu ini... jangan sampai
nafsu membawa kita ke neraka (atau kesengsaraan dunia dan akhirat)...

Pertanyaan keempat adalah...
"Apa yang paling berat di dunia ini...???"
Di antara muridnya ada yang menjawab...
"baja", "besi", dan "gajah"...
"Semua jawaban hampir benar...", kata Sang Guru ..
tapi yang paling berat adalah "memegang amanah"...

Pertanyaan yang kelima adalah... "Apa yang paling ringan di dunia ini...???"
Ada yang menjawab "kapas", "angin", "debu", dan "daun-daunan" ...
"Semua itu benar...", kata Sang Guru...
tapi yang paling ringan di dunia ini adalah "meninggalkan ibadah"...

Lalu pertanyaan keenam adalah...
"Apakah yang paling tajam di dunia ini...???"
Murid-muridnya menjawab dengan serentak... "PEDANG...!! !"
"(hampir) Benar...", kata Sang Guru
tetapi yang paling tajam adalah "lidah manusia"...
Karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati... dan
melukai perasaan saudaranya sendiri...

Sudahkah kita menjadi insan yang selalu ingat akan KEMATIAN...
senantiasa belajar dari MASA LALU...
dan tidak memperturutkan NAFSU...???
Sudahkah kita mampu MENGEMBAN AMANAH sekecil apapun...
dengan tidak MENINGGALKAN IBADAH....
serta senantiasa MENJAGA LIDAH kita...???

(From:email)

Jumat, 23 Januari 2009

Kegelapan Yang Paling Gelap 9

Kegelapan Yang Paling Gelap 10
Oleh: Pdt. A.H. Mandey

Kedua, maka kita membaca tadi dalam Matius 22, seorang yang masuk dalam pesta perkawinan tidak mempunyai pakaian pasta nikah. Dia dibuang kedalam kegelapan yang paling gelap juga. Apakah konteksnya? Apakah sebabnya dia dibuang? Tidak mempunyai pakain pesta. Apakah pakaian itu? Berbicara dari hal kebenaran.

Pertama soal iman, kedua soal kebenaran, ketiga soal apakah ini? Soal talenta.

Ada lima menjadi 5+5, dua menjadi 2+2, satu menjadi nol. Akhirnya diambil daripadanya diberikan kepada yang mempunyai sepuluh. Satu malah jadi nol. dengan lain kata, talentanya tidak berkembang seperti yang lain.

Nah, apakah yang membuat talenta dapat berkembang? Apa? Rohul Kudus. Roh Kudus mempunyai sifat berkembang.

Saudara inget barangkali tutupan atau peti perjanjian yang selalu diusung oleh bangsa Israel. Apakah yang ada di dalamnya? Dua log batu, bokor berisi mana. Dua log batu Taurat, bayangan dari Allah Bapa, lalu bokor berisi mana, roti bayangan daripada Allah Anak, Yesus berkata:"Akulah roti kehidupan", lalu ada satu tongkat Harus yang bertunas. Ditangan tau-taunya bertunas dia. Itu berbicara dari hal Allah Roh Kudus. Roh Kudus selalu digambarkan seperti sesuatu yang banyak. Misalnya bintang-bintang dilangit. Berbicara dari apakah itu? Dari hal Roh Kudus.

Nah, jadi dalam Matius 25 ini, kita melihat, bahwa orang ini, dia dibuang ke dalam kegelapan yang paling gelap, adalah karena dia tidak mempunyai sesuatu yang dapat berkembang. Maksudnya tidak mempunyai Roh Kudus.

Jadi tiga hal yang kita melihat di dalam tiga cerita ini, tentang kegelapan yang paling gelap. Matius 22 berbicara dari hal orang yang dibuang karena tidak mencapai kesatuan iman seperti Efesus 4:13 katakan, tapi selamat atau tidak mereka? Apakah kegelapan yang paling gelap diluar itu neraka? Bukan. Nerak tidak digambarkan sebagai tempat yang gelap. Tidak. Kegelapan yang paling gelap itu berbicara dari hal: MASA ANIAYA DIBAWAH ANTI-KRISTUS.

Just One More Step

" There is nothing as simple as walking - putting one foot in front of the other. Think of situation you are in as a journey (of 1000 miles) - you'll keep putting one foot in front of the other (very basic thing!) until you finish. So when you feel you want to give up in whatever you are doing, remember how easy it is to place one foot in front of the other, how easy it is to take JUST ONE MORE STEP, JUST ONE! Do this, just take ONE MORE STEP, (one more minute, one more round, one more paragraph, JUST ONE MORE); you'll be surprised how much you have covered! Of course after taking this one step, it wouldn't hurt to ask yourself: CAN'T I TAKE JUST ONE MORE? JUST ONE MORE?"
When you feel weak, just take one more step. Just place one foot in front of the other (just once), think of yourself walking- CAN YOU REALLY NOT DRAG ONE FOOT IN FRONT OF ANOTHER, JUST ONE MORE STEP?

From:email

Kamis, 22 Januari 2009

Pemecah Batu

Pemecah Batu

Ada seorang pemecah batu yang melihat seorang kaya.

Iri dengan kekayaan orang itu, tiba-tiba ia berubah menjadi orang kaya.

Ketika ia sedang bepergian dengan keretanya, ia harus memberi jalan kepada seorang pejabat.

Iri dengan status pejabat itu, tiba-tiba ia berubah menjadi seorang pejabat.

Ketika ia meneruskan perjalanannya, ia merasakan panas terik matahari.

Iri dengan kehebatan matahari, tiba-tiba ia berubah menjadi matahari.

Ketika ia sedang bersinar terang, sebuah awan hitam menyelimutinya.

Iri dengan selubung awan, tiba-tiba ia berubah menjadi awan.

Ketika ia sedang berarak di langit, angin menyapunya.

Iri dengan kekuatan angin, tiba-tiba ia berubah menjadi angin.

Ketika ia sedang berhembus, ia tak kuasa menembus gunung.

Iri dengan kegagahan gunung, tiba-tiba ia berubah menjadi gunung.

Ketika ia menjadi gunung, ia melihat ada orang yang memecahnya.

Iri dengan orang itu, tiba-tiba ia terbangun sebagai pemecah batu.

Ternyata itu semua hanya mimpi si pemecah batu.

Karena kita semua saling terkait dan saling tergantung, tidak ada yang betul-betul lebih tinggi atau lebih rendah. Kehidupan ini baik-baik saja... sampai kita mulai membanding-bandingkan.

Kebahagiaan sejati tidaklah terkondisi oleh apa pun.

From:email

Selasa, 20 Januari 2009

10 Racun Dalam Diri

10 Racun Dalam Diri

Racun pertama : Menghindar
Gejalanya, laridari kenyataan, mengabaikan tanggung jawab,
padahal dengan melarikan diri dari kenyataan kita hanya akan
mendapatkan kebahagiaan semu yang berlangsung sesaat.
Antibodinya : Realitas
Cara : Berhentilah menipu diri. Jangan terlalu serius dalam
menghadapi masalah karena rumah sakit jiwa sudah dipenuhi
pasien yang selalu mengikuti kesedihannya dan merasa
lingkungannya menjadi sumber frustasi. Jadi, selesaikan
setiap masalah yang dihadapi secara tuntas dan yakinilah
bahwa segala sesuatu yang terbaik selalu harus diupayakan
dengan keras.

Racun kedua : Ketakutan
Gejalanya, tidak yakin diri, tegang, cemas yang antara lain
bisa disebabkan kesulitan keuangan, konflik perkimpoian,
kesulitan seksual.
Antibodinya : Keberanian
Cara : Hindari menjadi sosok yang bergantung pada
kecemasan. Ingatlah 99 persen hal yang kita cemaskan tidak
pernah terjadi. Keberanian adalah pertahanan diri paling
ampuh. Gunakan analisis intelektual dan carilah solusi
masalah melalui sikap mental yang benar. Kebenarian
merupakan merupakan proses reedukasi. Jadi, jangan segan
mencari bantuan dari ahlinya, seperti psikiater atau
psikolog.

Racun ketiga : Egoistis
Nyiyir, materialistis, agresif, lebih suka meminta daripada
memberi.
Antibodinya : Bersikap sosial.
Cara : Jangan mengeksploitasi teman. Kebahagiaan akn
diperoleh apabila kita dapat menolong orang lain. Perlu
diketahui orang yang tidak mengharapkan apapun dari orang
lain adalah orang yang tidak pernah merasa dikecewakan.

Racun keempat : Stagnasi
Gejalanya berhenti satu fase, membuat diri kita merasa
jenuh, bosan, dan tidak bahagia.
Antibodinya : Ambisi
Cara : Teruslah bertumbuh, artinya kita terus berambisi di masa
depan kita. kita kan menemukan kebahagiaan dalam gairah saat
meraih ambisi kita tersebut.

Racun kelima : Rasa rendah diri
Gejala : Kehilangan keyakinan diri dan kepercayaan diri
serta merasa tidak memiliki kemampuan bersaing.
Antibodinya : Keyakinan diri.
Cara : Seseorang tidak akan menang bila sebelum berperang
yakin dirinya akan kalah. Bila kita yakin akan kemampuan
kita, sebenarnya kita sudah mendapatkan separuh dari target
yang ingin kita raih. Jadi, sukses berawal pada saat kita
yakin bahwa kita mampu mencapainya.

Racun keenam : Narsistik
Gejala : Kompleks superioritas, terlampau sombong,
kebanggaan diri palsu.
Antibodinya : Rendah hati.
Cara : Orang yang sombong akan dengan mudah kehilangan
teman, karena tanpa kehadiran teman, kita tidak akan
bahagia. Hindari sikap sok tahu. Dengan rendah hati, kita
akan dengan sendirinya mau mendengar orang lain
sehingga peluang 50 persen sukses sudah kita raih.

Racun ketujuh : Mengasihani diri
Gejala : Kebiasaan menarik perhatian, suasana yang dominan,
murung, menghunjam diri, merasa menjadi orang termalang di
dunia.
Antibodinya : Sublimasi
Cara : Jangan membuat diri menjadi neurotik, terpaku pada
diri sendiri. Lupakan masalah diri dan hindari untuk
berperilaku sentimentil dan terobsesi terhadap
ketergantungan kepada orang lain.

Racun kedelapan : Sikap bermalas-malasan
Gejala : Apatis, jenuh berlanjut, melamun, dan menghabiskan
waktu dengan cara tidak produktif, merasa kesepian.
Antibodinya : Kerja
Cara : Buatlah diri kita untuk selalu mengikuti jadwal
kerja yang sudah kita rencanakan sebelumnya dengan cara
aktif bekerja. Hindari kecenderungan untuk membuat
keberadaaan kita menjadi tidak berarti dan mengeluh tanpa
henti.

Racun kesembilan : Sikap tidak toleran
Gejala : Pikiran picik, kebencian
rasial yang picik, angkuh, antagonisme terhadap agama
tertentu, prasangka religius.
Antibodinya : Kontrol diri
Cara : Tenangkan emosi kita melalui seni mengontrol diri.
Amati mereka secara intelektual. Tingkatkan kadar toleransi
kita. Ingat bahwa dunia diciptakan dan tercipta dari
keberagaman kultur dan agama.

Racun kesepuluh : Kebencian
Gejala : Keinginan balas dendam, kejam, bengis.
Antibodinya : Cinta kasih
Cara : Hilangkan rasa benci. Belajar memaafkan dan
melupakan. Kebencian merupakan salah satu emosi negatif yang
menjadi dasar dari rasa ketidakbahagiaan. Orang yang
memiliki rasa benci biasanya juga membenci dirinya sendiri
karena membenci orang lain. Satu-satunya yang dapat
melenyapkan rasa benci adalah cinta. Cinta kasih merupakan
kekuatan hakiki yang dapat dimiliki setiap orang.

Simpanlah paket tiket untuk perasaan tidak bahagia dan
mengaculah pada paket tiket ini saat kita sedang mengalami
rasa depresi dan tidak bahagia. Gunakan sebagai sarana pertolongan pertama
dalam kondisi mental gawat darurat demi terhindar dari
ketidakbahagiaan berlanjut pada masa mendatang.

From:email

Think Win - Win

THINK WIN-WIN
Seekor kelinci sedang duduk santai di tepi pantai.

Tiba tiba datang seekor rubah jantan besar yang hendak memangsanya. Lalu kelinci itu berkata : "Kalau memang kamu berani, hayo kita berkelahi di dalam lubang kelinci. Yang kalah akan jadi santapan yang menang, dan saya yakin saya akan menang."

Sang Rubah jantan merasa tertantang, "Dimanapun jadi, Masa sih kelinci bisa menang melawan aku ?"

Merekapun masuk ke dalam sarang kelinci. Sepuluh menit kemudian sang kelinci keluar sambil menggenggam Setangkai paha rubah dan melahapnya dengan nikmat.

Sang Kelinci kembali bersantai, sambil memakai kaca mata hitam dan topi pantai.

Tiba tiba datang se-ekor serigala besar yang hendak memangsanya. Lalu kelinci berkata : "Kalau memang kamu berani, hayo kita berkelahi di dalam lubang kelinci. Yang kalah akan jadi santapan yang menang, dan saya yakin saya akan menang."

Sang serigala merasa tertantang, " Dimanapun jadi, Masa sih kelinci bisa menang melawan aku ?"

Merekapun masuk ke dalam sarang kelinci. Lima belas menit kemudian sang kelinci keluar sambil menggenggam Setangkai paha serigala dan melahapnya dengan nikmat.

Sang kelinci kembali bersantai, Sambil memasang payung pantai dan merebahkan diri diatas pasir.

Tiba tiba datang se-ekor beruang besar yang hendak memangsanya. Lalu kelinci berkata :" Kalau memang kamu berani, hayo kita berkelahi di dalam lubang kelinci. Yang kalah akan jadi santapan yang menang, dan saya yakin saya akan menang."

Sang Beruang merasa tertantang, " Dimanapun jadi, Masa sih kelinci bisa menang melawan aku ?"

Merekapun masuk ke dalam sarang kelinci. Tiga puluh menit kemudian sang kelinci keluar sambil menggenggam setangkai paha Beruang dan melahapnya dengan nikmat.

Pohon kelapa melambai lambai. Lembayung senja sudah tiba, habis sudah waktu bersantai.

Sang Kelinci melongok kedalam lubang kelinci, sambil melambai "Hai, keluar, sudah sore, besok kita teruskan !!"

Keluarlah se-ekor harimau dari lubang itu, sangat besar badannya. Sambil menguap Harimau berkata "Kerjasama kita sukses hari ini, kita makan kenyang dan saya tidak perlu berlari mengejar kencang."


(Winner selalu berpikir mengenai kerja sama, sementara Looser selalu berpikir bagaimana menjadi tokoh yang paling berjaya.)

From:email

Jumat, 16 Januari 2009

Ketika Tuhan Turut Bekerja

KETIKA TUHAN TURUT BEKERJA, 9000 ROTI UNTUK HARI INI

Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. (Amsal 3:5-6)

Seorang pemburu atheis satu ketika tersesat di tengah hutan. Ia kemudian bertemu dengan sekelompok macan. Tiba-tiba saja ia menjadi gugup. Spontan ia mengeluarkan senapan dan mulai menembakkannya ke arah macan tersebut. Sayang, tembakan-tembakan tersebut meleset dan ia-pun kehabisan peluru. Macan-macan ganas ini kemudian bergerak mendekati sang pemburu. Tanpa menunggu waktu lama, segera sang pemburu ini mengambil langkah seribu. Ia berlari sekencang mungkin.

Beberapa ratus meter kemudian, ia terpeleset dan masuk jurang. Beruntung ia sempat meraih dahan sebuah pohon di tepi jurang tersebut. "Tolong... tolong!!!" teriaknya. Berkali-kali ia berteriak namun tak juga ada yang menjawab.

Hampir putus asa ia kembali berteriak : "Tuhan... Tuhan... apakah engkau sungguh ada?" Sejenak keadaan menjadi sangat sunyi lalu terdengar suara : "Ya, Aku ada". Pemburu ini melanjutkan : "Tuhan, Engkau tentu tahu kalau selama hidupku, aku meragukan keberadaan-Mu namun sekarang aku percaya bahwa Engkau sungguh ada. Maukah Engkau menolongku, Tuhan? Aku berjanji Tuhan jika engkau menolongku maka aku akan membaktikan sisa hidupku untuk melayani-Mu dan memberitakan kebaikan-Mu kepada setiap orang yang aku temui mulai dari hari ini hingga akhir hayatku"

"Baiklah, Aku akan menolongmu," kata Tuhan. "Cepat Tuhan... tolonglah aku," ujar si pemburu memohon. "Tetapi Aku ingin mengetahui satu hal darimu," kata Tuhan. "Apakah itu?" tanya si pemburu. "Maukah engkau mempercayaiKu dengan segenap hati dan akal budimu?" tanya Tuhan. "Tentu saja aku mau Tuhan. Aku percaya padamu seribu persen! Cepat tolong aku, Tuhan," jawab si pemburu yang penuh keringat dingin itu.

"Baiklah kalau engkau memang percaya. Sekarang, lepaskan tanganmu dari dahan pohon itu dan Aku akan menolongmu," kata Tuhan. Spontan si pemburu berujar, "Tuhan, apakah Engkau sudah gila?" Kemudian si pemburu kembali berteriak, "Halo... adakah orang di sana yang bisa mendengar suara saya? Tolong... tolong...!"

Apa hikmah yang bisa Anda petik dari cerita di atas? Bisa jadi Anda dan saya hanya akan tersenyum atau tertawa setelah membaca cerita tersebut. Namun jika kita sungguh peka, seringkali dalam hidup ini kita berperilaku seperti si pemburu tadi. Kita masih setengah hati dalam mengakui kekuasaan-Nya, terutama jika hal tersebut di luar logika manusia. Kita lebih mengandalkan kekuatan manusia daripada bersandar pada-Nya.

Seringkali kita harus melihat dengan mata kepala sendiri baru bisa percaya. Jika hal tersebut tidak sesuai dengan akal sehat, kita lantas menolaknya. Santo Agustinus pernah mengatakan, "Iman artinya menyakini apa yang tidak kita lihat dan upah dari iman adalah melihat apa yang kita yakini."

Meski kitab suci dengan sangat jelas mengatakan, "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia (1 Korintus 2:9)." Terkadang tetap saja sulit bagi kita untuk menerimanya.

Ibu Teresa suatu ketika pernah berujar : "Iman memelihara orang yang memelihara iman." Tentu Ibu Teresa tidak sedang main-main ketika mengucapkannya. Ia memiliki begitu banyak pengalaman hidup yang menceritakan kesaksian imannya. Salah satu hal yang sangat ajaib dan sangat menarik adalah ketika kita melihat Ibu Teresa yang puluhan tahun berkarya di tengah-tengah orang yang berpenyakit menular namun hingga akhir hayatnya ia sama sekali tidak tertular penyakit tersebut. Luar biasa karya Tuhan dalam hidup Ibu Teresa! Dari sini saya juga belajar bahwa kasih bukanlah sekedar sebuah perasaan (seperti ketika orang berpacaran atau merindukan pasangannya) namun kasih juga dapat menjadi sebuah kekuatan. Orang sering menyebutnya sebagai the power of love.

Ada juga kisah lain tentang bagaimana Ibu Teresa begitu mengimani bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia (Roma 8:28). Dalam bukunya yang berjudul In the Heart of the World, Ibu Teresa menulis:

Di Calcutta, kami memasak untuk sembilan ribu orang setiap hari. Suatu hari, seorang suster datang dan berkata : "Ibu, tidak ada sesuatu pun untuk dimakan. Tidak ada sesuatu pun untuk diberikan kepada orang-orang itu." Saya tidak mempunyai jawaban. Dan kemudian pada jam sembilan pagi itu, sebuah truk penuh dengan roti datang ke rumah kami. Setiap hari pemerintah memberikan sepotong roti dan susu kepada anak-anak miskin di sekolah. Tetapi hari itu tidak seorang pun tahu kenapa semua sekolah tiba-tiba diliburkan. Dan semua roti diantar ke rumah Ibu Teresa.

Lihat, Allah meliburkan sekolah. Dia tidak membiarkan orang-orang kita pergi tanpa makanan. Dan inilah pertama kalinya dalam hidup mereka saya kira, bahwa mereka mendapatkan roti yang baik seperti itu dan dalam jumlah yang amat banyak. Dengan cara ini Anda bisa melihat kelembutan hati Allah.

Bisa jadi pengalaman seperti itu juga pernah terjadi dalam hidup Anda. Saya sendiri pernah mengalami beberapa kejadian luar biasa yang hingga hari ini amat sulit saya jelaskan dengan logika. Dari perjalanan itu saya mengimani bahwa dalam hidup ini tidak ada yang namanya kebetulan jika kita senantiasa mau melihatnya dengan mata iman. Pengalaman hidup tersebut juga membuat saya semakin memahami tentang penyelenggaran Ilahi dalam kehidupan orang yang percaya dan berserah kepada-Nya.

"Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia (2 Tawarikh 16:9)." Tuhan menyertai Anda selalu!

From:email

Kegelapan Yang Paling Gelap 8

Kegelapan Yang Paling Gelap 8
Oleh: Pdt. A.H. Mandey


Hamba, hamba, tetapi berbeda dengan dua hamba yang lain. Dua hamba yang lain mempunyai lima talenta dia kerjakan, sehingga mendapat tambahan lima talenta. Yang mendapat dua talenta, mengerjakan sehingga mendapat tambahan dua talenta. Jadi dari 5, menjadi 5+5, dari 2 menjadi 2+2, artinya ada pertumbuhan, ada pertambahan. Pertambahannya nggak tanggung-tanggung, 100%, dari 5+5, dari 2+2, 100% kan? Nah, apakah maksud daripada Yesus disini? Tentang orang yang tidak mengembangkan talenta yang diberikan kepadanya? Menyembunyikannya dibawah tanah? Menuduh Allah itu Allah yang tidak adil? Akhirnya dia dibuang kedalam kegelapan yang paling gelap.

Itu adalah tempat yang sama seperti dalam Matius 8 tadi. Orang dari Timur dari Barat akan pergi duduk bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub dalam kerajaan sorga. Mengapa? Karena talenta yang ada padanya itu - yang diberikan padanya - tidak dikembangkan; tidak berkembang dari 1 menjadi 1+1, sedangkan yang 5 menjadi 5+5, berkembang. Ada hasilnya. Yang 2 menjadi 2+2, ada hasilnya. Yang satu tidak dikerjakan. Tidak berkembang, tidak berubah.

Nah dari hal apakah ini berbicara? kalau tadi dalam contoh pertama, kalau orang dari Timur Barat berkumpul dalam kerajaan sorga, tapi anak kerajaan dibuang dalam kegelapan yang paling gelap, disebut situ: anak kerajaan, berbicara dari hal apakah itu? Berbicara dari hal iman. Sebab si penghulu laskar sudah berkata:"Aku mempunyai bawahan" dst. Kalau Yesus katakan satu kata saja, sudah beres. Yesus berkata belum pernah aku melihat iman seperti ini. Jadi ini ada hubungan dibuangnya orang ke dalam tempat yang gelap yang paling gelap itu adalah pertama kalau tidak mempunyai iman. Saudara mungkin tanya, iman yang bagaimana? Iman yang menurut ukuran Firman Allah.

Kamis, 15 Januari 2009

Katak dan Hujan

Katak Dan Hujan

Ada kegundahan tersendiri yang dirasakan seekor anak katak ketika langit tiba-tiba gelap. "Bu, apa kita akan binasa. Kenapa langit tiba-tiba gelap?" ucap anak katak sambil merangkul erat lengan induknya. Sang ibu menyambut rangkulan itu dengan belaian lembut.




"Anakku," ucap sang induk kemudian. "Itu bukan pertanda kebinasaan kita. Justru, itu tanda baik." jelas induk katak sambil terus membelai. Dan anak katak itu pun mulai tenang.

Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama. Tiba-tiba angin bertiup kencang. Daun dan tangkai kering yang berserakan mulai berterbangan. Pepohonan meliuk-liuk dipermainkan angin. Lagi-lagi, suatu pemandangan menakutkan buat si katak kecil. "Ibu, itu apa lagi? Apa itu yang kita tunggu-tunggu? " tanya
si anak katak sambil bersembunyi di balik tubuh induknya.

"Anakku. Itu cuma angin," ucap sang induk tak terpengaruh keadaan. "Itu juga pertanda kalau yang kita tunggu pasti datang!" tambahnya begitu menenangkan. Dan anak katak itu pun mulai tenang. Ia mulai menikmati tiupan angin kencang yang tampak menakutkan.




"Blarrr!!!" suara petir menyambar-nyambar. Kilatan cahaya putih pun kian menjadikan suasana begitu menakutkan. Kali ini, si anak katak tak lagi bisa bilang apa-apa. Ia bukan saja merangkul dan sembunyi di balik tubuh induknya. Tapi juga gemetar. "Buuu, aku sangat takut. Takut sekali!" ucapnya sambil terus memejamkan mata.

"Sabar, anakku!" ucapnya sambil terus membelai. "Itu cuma petir. Itu tanda ketiga kalau yang kita tunggu tak lama lagi datang! Keluarlah. Pandangi tanda-tanda yang tampak menakutkan itu. Bersyukurlah, karena hujan tak lama lagi datang," ungkap sang induk katak begitu tenang.

Anak katak itu mulai keluar dari balik tubuh induknya. Ia mencoba mendongak, memandangi langit yang hitam, angin yang meliuk-liukkan dahan, dan sambaran petir yang begitu menyilaukan. Tiba-tiba, ia berteriak kencang, "Ibu, hujan datang. Hujan datang! Horeeee!"

Anugrah hidup kadang tampil melalui rute yang tidak diinginkan. Ia tidak datang diiringi dengan tiupan seruling merdu. Tidak diantar oleh dayang-dayang nan rupawan. Tidak disegarkan dengan wewangian harum.

Saat itulah, tidak sedikit manusia yang akhirnya dipermainkan keadaan. Persis seperti anak katak yang takut cuma karena langit hitam, angin yang bertiup kencang, dan kilatan petir yang menyilaukan. Padahal, itulah sebenarnya tanda-tanda hujan.



Benar apa yang diucapkan induk katak: jangan takut melangkah, jangan sembunyi dari kenyataan, sabar dan hadapi. Karena hujan yang ditunggu, pasti akan datang. Bersama kesukaran ada kemudahan. Sekali lagi, bersama kesukaran ada kemudahan.

from:email

Rabu, 14 Januari 2009

Jangan Merasa Diri Lebih Baik Dari Orang Lain

Jangan Merasa, Diri Lebih Baik Dari Orang Lain
Sebuah kapal karam di tengah laut karena
terjangan badai dan ombak hebat. Hanya dua
orang lelaki yang bisa menyelamatkan diri.
Mereka berenang ke sebuah pulau kecil yang
gersang. Dua orang yang selamat itu tak tahu
apa yang harus dilakukan. Namun mereka berdua
yakin bahwa tidak ada yang dapat dilakukan
kecuali berdoa.

Untuk mengetahui doa siapakah yang paling
dikabulkan, mereka sepakat untuk membagi
pulau kecil itu menjadi dua wilayah. Dan
mereka tinggal sendiri-sendiri berseberangan
di sisi-sisi pulau tersebut. Doa pertama
mereka panjatkan, mereka memohon agar
diturunkan makanan. Esok harinya, lelaki ke
satu melihat sebuah pohon penuh dengan buah-
buahan tumbuh di sisi tempat tinggalnya.
Sedangkan di daerah tempat tinggal lelaki
yang lainnya tetap kosong.

Bagaimana dengan nasib lelaki kedua ? Siapa
yang akhirnya menang ?

Ceritanya berlanjut sbb:

Seminggu kemudian, lelaki yang ke satu merasa kesepian dan memutuskan untuk berdoa agar diberikan seorang istri. Keesokan harinya, ada kapal yang karam dan satu-satunya penumpang yang selamat adalah seorang wanita yang berenang dan terdampar di sisi tempat lelaki ke satu itu tinggal. Sedangkan di sisi tempat tinggal lelaki ke dua tetap saja tidak ada apa-apanya.

Segera saja, lelaki ke satu ini berdoa memohon rumah, pakaian, dan makanan. Keesokan harinya, seperti keajaiban saja, semua yang diminta hadir untuknya. Sedangkan lelaki yang kedua tetap saja tidak mendapatkan apa-apa. Akhirnya, lelaki ke satu ini berdoa meminta kapal agar ia dan istrinya dapat meninggalkan pulau itu. Pagi harinya mereka menemukan sebuah kapal tertambat di sisi pantainya. Segera saja lelaki ke satu dan istrinya naik ke atas kapal dan siap-siap untuk berlayar meninggalkan pulau itu. Ia pun memutuskan untuk meninggalkan lelaki ke dua yang tinggal di sisi lain pulau.

Menurutnya, memang lelaki kedua itu tidak pantas menerima berkah tersebut karena doa-doanya tak pernah terkabulkan. Begitu kapal siap berangkat, lelaki ke satu ini mendengar suara dari langit menggema, “Hai, mengapa engkau meninggalkan rekanmu yang ada di sisi lain pulau ini?” “Berkahku hanyalah milikku sendiri, karena hanya doakulah yang dikabulkan,” jawab lelaki ke satu ini. “Doa lelaki temanku itu tak satupun dikabulkan. Maka, ia tak pantas mendapatkan apa-apa.” “Kau salah!” suara itu membentak membahana. “Tahukah kau bahwa rekanmu itu hanya memiliki satu doa. Dan, semua doanya terkabulkan. Bila tidak, maka kau takkan mendapatkan apa-apa.”

“Katakan padaku,” tanya lelaki ke satu itu.”Doa macam apa yang ia panjatkan sehingga aku harus merasa berhutang atas semua ini padanya?” “Ia berdoa agar semua doamu dikabulkan!”

Kesombongan macam apakah yang membuat kita merasa lebih baik dari yang lain ? Sadarilah betapa banyak orang yang telah mengorbankan segala sesuatu demi keberhasilan kita. Tak selayaknya kita mengabaikan peran orang lain. Dan janganlah menilai seseorang/sesuatu hanya dari “yang terlihat” saja.

From:email

Selasa, 13 Januari 2009

Orang Benar Tumbuh Seperti Pohon Korma

Ringkasan khotbah 11.01.’09
Pengkhotbah: Pdt. Eddy Tatimu MA – Gembala SidangGPdI HF MDS.
(Ibadah minggu Kedua Januari ’09 GPdI Hagios Family Mangga Dua Square)

Orang Benar Tumbuh Seperti Pohon Korma
Mazmur 92:13a
“Orang benar akan bertumbuh seperti pohon korma……”

Siapakah orang benar? Masih adakah orang benar? Paulus katakan dalam Roma 3:10-23 – tidak ada yang benar, seorangpun tidak…. Tetapi Pemazmur katakan orang benar akan bertumbuh/bertunas seperti pohon korma. Apakah ada kesalahan? Tidak!
Saudara dan saya sudah dibenarkan karena iman – Roma 5:1. Tadinya kita adalah orang-orang yang patut dihukum, kita semua sudah berdosa, tetapi syukur kepada Allah, yang sudah memberikan Yesus bagi dunia, “Dia yang walaupun dalam rupa Allah tetapi tidak menganggap kesetaraanNya dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib”- Filipi 2:5-8, ini semua dilakukanNya HANYA SEMATA-MATA supaya saudara diselamatkan dan dibenarkan dihadapan Allah. Saudara diselamatkan dan dibenarkan bukan karena saudara telah melakukan perbuatan baik, sebaliknya karena engkau beriman kepada Kristus – Efesus 2:8-9. Setetes darah Kristus, lebih berharga dari pada apapun di dunia ini. Roma 5:9 mengatakan DarahNya membenarkan dan menyelamatkan kita. Sungguh tak ternilai darah Kristus bagi orang yang percaya. Itulah sebabnya, engkau dikatakan “Orang Benar”, karena saudara sudah dibenarkan karena IMAN kepada Yesus Kristus.
Dan kalau engkau sudah dibenarkan – menajdi orang benar, maka kehidupanmu harus bertumbuh seperti pohon korma. Pohon korma suka tumbuh di tanah yang tandus dan kering. Tanaman ini tumbuh subur di daerah Timur Tengah yang gersang. Mengapa tanaman ini dapat tumbuh di daerah demikian? Sebabnya adalah karena ia mempunyai :
Akar yang dalam. Akarnya menembus sampai jauh kedalam tanah, dan akarnya akan berhenti pada saat menemukan sumber air yang memberikan kehidupan pada dirinya sendiri. Kalau sudah demikian, walaupun angin dan badai menerpa batang pohon tersebut, paling-paling pohon ini hanya condong kekiri dan miring kekanan. Dan saat angin badai berhenti mengamuk, maka pohon ini kembali tegak berdiri. Demikianlah kehidupan orang benar/Kristen, harus tumbuh berakar sampai bertemu dengan air kehidupan itu, yaitu Kristus dan Firman-Nya. Hanya inilah yang dapat memeberikan kekuatan pada kita disaat menghadapi angin dan badai pencobaan hidup yang semakin hari semakin kuat. Kalau saudara tidak berakar kuat, saudara akan tumbang. Efesus 3:17 katakan, berakarlah dalam kasih, dan Kolose 2:7 – berakarlah dalam iman. Tuhan mau setiap orang Kristen harus berakar di dalam kasih dan dalam iman kepada-Nya supaya kuat menghadapi segala macam angin pencobaan hidup.
Pohon korma mempunyai batang yang lurus keatas. Allah menghendaki supaya orang Kristen hidup tulus dan lurus, terus tumbuh lurus keatas sampai menghadap Allah di Sion. Tetapi Nabi Mika berkata dalam Mika 7:4a “Orang yang paling jujur di antara mereka seperti pagar duri….”, manusia tidak menyukai yang lurus, tetapi saudara dan saya, Tuhan kehendaki bertumbuhlah seperti pohon korma, lurus katas. Yesus berkata, engkau berada diantara serigala, sebab itu, cerdiklah seperti ular dan TULUS seperti merpati. Jangan hanya cerdik tetapi tidak tulus, maka engkau seperti ular = licik, jangan pula hanya tulus tanpa kecerdikan, maka Hosea 7:11 katakan, engkau seperti merpati tolol. Didalam ketulusan engkau harus tumbuh lurus keatas, dan didalam kecerdikanmu engkau harus berakar jauh kedalam mencari sumber air kehidupan, supaya engkau hidup dan kuat. Setelah engkau bertumbuh demikian, maka engkau harus :
Berbuah yang manis. Buah korma tidak ada yang asam. Allah menghendaki supaya kita menghasilkan buah kehidupan yang manis, yang keluar dari perbuatan kita.
Oleh karena itu, Allah menghendaki supaya kita bertumbuh seperti pohon korma! Amin.

Senin, 12 Januari 2009

The Emperor and The Seed

The Emperor And The Seed
An emperor in the Far East was growing old and knew it was time to choose his successor. Instead of choosing one of his assistants or his children, he decided something different. He called young people in the kingdom together one day. He said, "It is time for me to step down and choose the next emperor. I have decided to choose one of you."

The kids were shocked! But the emperor continued. "I am going to give each one of you a seed today. One very special seed. I want you to plant the seed, water it and come back here after one year from today with what you have grown from this one seed. I will then judge the plants that you bring, and the one I choose will be the next emperor!"

One boy named Ling was there that day and he, like the others, received a seed. He went home and excitedly told his mother the story. She helped him get a pot and planting soil, and he planted the seed and watered it carefully. Every day he would water it and watch to see if it had grown. After about three weeks, some of the other youths began to talk about their seeds and the plants that were beginning to grow.

Ling kept checking his seed, but nothing ever grew. 3 weeks, 4 weeks, 5 weeks went by. Still nothing. By now, others were talking about their plants but Ling didn't have a plant, and he felt like a failure. Six months went by, still nothing in Ling's pot. He just knew he had killed his seed.

Everyone else had trees and tall plants, but he had nothing. Ling didn't say anything to his friends, however. He just kept waiting for his seed to grow.

A year finally went by and all the youths of the kingdom brought their plants to the emperor for inspection. Ling told his mother that he wasn't going to take an empty pot. But honest about what happened, Ling felt sick to his stomach, but he knew his mother was right. He took his empty pot to the palace. When Ling arrived, he was amazed at the variety of plants grown by the other youths. They were beautiful in all shapes and sizes. Ling put his empty pot on the floor and many of the other kinds laughed at him. A few felt sorry for him and just said, "Hey nice try."

When the emperor arrived, he surveyed the room and greeted the young people. Ling just tried to hide in the back. "What great plants, trees and flowers you have grown," said the emperor. "Today, one of you will be appointed the next emperor!" All of a sudden, the emperor spotted Ling at the back of the room with his empty pot. He ordered his guards to bring him to the front. Ling was terrified. "The emperor knows I'm a failure! Maybe he will have me killed!"

When Ling got to the front, the Emperor asked his name. "My name is Ling," he replied. All the kids were laughing and making fun of him. The emperor asked everyone to quiet down. He looked at Ling, and then announced to the crowd, "Behold your new emperor! His name is Ling!" Ling couldn't believe it. Ling couldn't even grow his seed. How could he be the new emperor?

Then the emperor said, "One year ago today, I gave everyone here a seed. I told you to take the seed, plant it, water it, and bring it back to me today. But I gave you all boiled seeds, which would not grow. All of you, except Ling, have brought me trees and plants and flowers. When you found that the seed would not grow, you substituted another seed for the one I gave you. Ling was the only one with the courage and honesty to bring me a pot with my seed in it. Therefore, he is the one who will be the new emperor!"

If you plant honesty, you will reap trust.
If you plant goodness, you will reap friends.
If you plant humility, you will reap greatness.
If you plant perseverance, you will reap victory.
If you plant consideration, you will reap harmony.
If you plant hard work, you will reap success.
If you plant forgiveness, you will reap reconciliation.
If you plant openness, you will reap intimacy.
If you plant patience, you will reap improvements.
If you plant faith, you will reap miracles.

But
If you plant dishonesty, you will reap distrust.
If you plant selfishness, you will reap loneliness.
If you plant pride, you will reap destruction.
If you plant envy, you will reap trouble.
If you plant laziness, you will reap stagnation.
If you plant bitterness, you will reap isolation.
If you plant greed, you will reap loss.
If you plant gossip, you will reap enemies.
If you plant worries, you will reap wrinkles.
If you plant sin, you will reap guilt.

So be careful what you plant now, It will determine what you will reap tomorrow, The seeds you now scatter, Will make life worse or better, your life or the ones who will come after. Yes, someday, you will enjoy the fruits, or you will pay for the choices you plant today.

From:email

Akhir Suatu Hal lebih Baik dari pada Awalnya

Ringkasan khotbah 04.01.’09


Pengkhotbah 7:7-10
“Sungguh, pemerasan membodohkan orang berhikmat, dan uang suap merusakkan hati. Akhir suatu hal lebih baik dari pada awalnya. Panjang sabar lebih baik dari pada tinggi hati. Janganlah lekas-lekas marah dalam hati, karena amarah menetap dalam dada orang bodoh. Janganlah mengatakan:”Mengapa zaman dulu lebih baik dari pada zaman sekarang?” Karena bukannya berdasarkan hikmat engkau menanyakan hal itu”.

Dalam kehidupan manusia, tekanan dan pemerasan datangnya tiada berhenti, silih berganti, dan bahkan seringkali tekanan-tekanan itu membodohkan orang berhikmat sekalipun. Tetapi meskipun kita berada didalam tekanan, sebagai orang percaya…..maka akhir suatu hal lebih baik daripada awalnya – ay. 8
Sebagai contoh, kita melihat tekanan hidup yang dihadapi oleh bangsa Israel didalam Keluaran 1:7-14, mereka mengalami kepahitan hidup sebab mereka ditindas dengan kerja paksa, diperlakukan dengan kejam. Bahkan terjadi pembunuhan terhadap setiap anak lelaki di dalam keluarga orang Israel. Ditengah-tengah kehidupan seperti inilah orang Israel berseru-seru kepada Tuhan dan Tuhan mendengar erangan mereka. Tuhan ingat akan perjanjianNya dengan Abraham Ishak dan Yakup. Maka Allah melihat orang Israel itu dan memperhatikan mereka – Kelauaran 2:23-25. Dengan kata lain Tuhan turut campur tangan untuk melepaskan mereka keluar dari perbudakan di Mesir. Dan pada akhirnya kita tahu kisah ini, bangsa ini di bawah pimpinan Musa keluar dari Mesir menuju Tanah Kanaan, Tanah Perjanjian dengan penuh sorak sorai dan pujian – Mazmur 105 :43-45. Inilah yang dikatakan oleh Pengkhotbat 7:8a – akhir suatu hal lebih baik dari pada awalnya.
Bukankah kehidupan kita seringkali seperti itu? Ada tekanan, ada pemerasan, kesulitan, pergumulan dan lain sebagainya, tetapi percayalah akan Firman Allah : “ Akhir suatu hal lebih baik dari pada awalnya”. Ada waktunya dimana kita akan dibawah keluar dari setiap permasalahan hidup, sebab setiap persoalan hidup yang kita hadapi, Tuhan berjanji akan memberikan kemenangan demi kemenangan, sehingga kita disebut “lebih dari pada pemenang” oleh Dia – Yesus – yang telah mengasihi kita. Hanya ada hal-hal yang harus kita lakukan :
Pengkhotbah 7:8b – Panjang Sabar – menghadapi tekanan-tekanan hidup harus sabar. Roma 12:11-12 katakan sabar didalam kesesakan sambil tekun di dalam doa. Kesabaran hanya akan terjadi kalau kita bawah seluruh persoalan hidup kita di dalam doa, dan Yakobus 1:4 – ketekunan/kesabaran itu akan memperoleh buah yang matang. Haleluayah.
Jangan tinggi hati – sudah susah jangan masih mau sombonglah! Tuhan mau mengajar kita semua, supaya melalui tekanan-tekanan hidup kita mau merendah hati kita.
Ayat 9 - Jangan lekas marah. Seringkali kita suka marah kepada keadaan, kepada orang lain, diri sendiri. Bahkan marah kepada Tuhan karena keadaan hidup yang berat. Jangan saudara! Kemarahan bisa beri kesempatan pada iblis. Ingat Kain dan Habel dalam Kejadian pasal 4. Iblis memakai kemarahan Kain sehingga terjadilah pembunuhan terhadap adiknya Habel. Sangat tragis dan mengerikan.
Ayat 10 – “jangan mengatakan mengapa zaman dulu baik dari pada zaman sekarang?”. Jangan katakan hal ini. Sebab yang benar adalah hari ini lebih baik daripada hari kemarin, tahun ini lebih baik dari pada tahun kemarin. “akhir suatu hal lebih baik dari pada awalnya”. Imanilah hal ini sambil melangkah maju terus di tahun yang baru ini, dan percayalah hari-hari yang engkau jalani bersama Yesus akan lebih baik dari pada yang hari yang sudah-sudah. Tuhan memberkati. Amin!

Jumat, 09 Januari 2009

Tuhan Allah adalah Matahari

Ringkasan khotbah 01.01.’09
(Ibadah Tahun Baru 2009, GPdI Hagios Family Mangga Dua Square)

Mazmur 84:12
“Sebab Tuhan Allah adalah matahari dan Perisai; kasih dan kemuliaan Ia berikan; Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela”.


Memasuki tahun 2009, banyak hal yang kita tidak ketahui, bagaikan sesuatu yang masih terselubung, gelap, tetapi Firman Allah katakan “…..Dia adalah matahari…..”. segelap apapun suatu keadaan, kalau ada matahari, pasti akan ada terang disana.
Dalam kegelapan, orang biasanya akan merasa kalang kabut, tidak leluasa bergerak, kebebasan sangat terbatasi, bahkan ada yang takut gelap akan merasa tercekik tak dapat bernapas. Itulah keadaan yang banyak diprediksikan orang yang akan terjadi di dalam tahun 2009 ini. Kegelapan moneter sedang melanda dunia (krisis global), ekonomi, keamanan, politik semuanya berada dalam keadaan ketidakpastian, seperti terselubung, tidak diketahui, dengan kata lain ada dalam kegelapan. Orang dapat saja berprediksi, memperkirakan apa yang akan terjadi. Tetapi bagi kita orang percaya, Tuhan kita adalah Matahari yang memberi terang bagi kita. Bahkan dikatakan dalam Yesaya 60:20 “Bagimu akan ada matahari yang tidak pernah terbenam dan bulan yang tidak surut, sebab TUHAN akan menjadi penerang bagimu, dan hari-hari perkabunganmu akan berakhir”. Tuhan dapat menolong setiap orang percaya ditengah-tengah kesulitan. Sekalipun tahun 2009 adalah tahun yang sangat berat dan susah, namun Tuhan kita Yesus Kristus sanggup memelihara saudara dan saya. Dia sanggup membela kita semua, sebab selain Dia adalah matahari, juga dikatakan “…Dia adalah perisai…..”. perisai fungsinya adalah untuk membela, menangkis serangan musuh.
Pada waktu Abram risau karena dia tidak memiliki keturunan sebagai pewaris, tetapi Tuhan menjawab dia dalam kejadian 15:1 – “….Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu…..”. Dalam keadaan sama sekali tidak punya harapan untuk memperoleh keturunan, sebab usianya dan istrinya yang sudah lanjut, dimana tidak mungkin bagi mereka suami istri dapat memperoleh anak lagi, oleh karena dia tetap berharap dan percaya akan janji Allah, bahwa ia akan menjadi bapak banyak bangsa, dan imannya tidak menjadi lemah, sekalipun tubuhnya sangat lemah, tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang, bahwa Tuhan adalah perisai dan pembelanya dan Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan. Dan kita tahu semua, pada akhirnya secara mujizat Ishak lahir – anak Perjanjian.
Kasih dan kemuliaan Ia berikan. Bapa, oleh karena kasihNya telah memberikan Yesus bagi kita, supaya kita yang harusnya binasa memperoleh kehidupan yang kekal. Dan Yesus, kehidupanNya semuanya diberikan kepada kita. Dia menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kita menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya – 2 Korintus 8:9. Sejak manusia jatuh dalam dosa, kita semua sudah mati rohani. Tetapi Yesus, Dia datang ke duania mengosongkan diri-Nya dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Dia lakukan semua ini karena kasih-Nya kepada manusia, termasuk saudara dan saya.
Dia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela. Hiduplah di dalam kekudusan dan engkau akan merasakan kebaikan Tuhan. Sekalipun ditengah keadaan yang sulit, Dia akan tetap memberikan kebaikanNya kepada saudara.
Oleh karena itu, Efesus 5:2 – hiduplah didalam kasih dan 2 timotius 2:1 – jadilah kuat di dalam Kristus. Berjalan terus disepanjang tahun 2009 ini dengan satu keyakinan, Tuhan adalah pembela kita, dan biarlah kita rasakan kebaikan Tuhan dari hari lepas hari dengan tiada putus-putusnya. Amin!

Kamis, 08 Januari 2009

Lompatan Belalang

Lompatan Belalang...
Di suatu hutan, hiduplah seekor belalang muda yang cerdik. Belalang muda ini adalah belalang yang lompatannya paling Tinggi diantara sesama belalang yang lainnya. Belalang muda ini sangat membanggakan kemampuan lompatannya ini. Sehari-harinya belalang tersebut melompat dari atas tanah ke dahan-dahan pohon yang tinggi, dan kemudian makan daun-daunan yang ada di atas pohon tersebut. Dari atas pohon tersebut belalang dapat melihat satu desa di kejauhan yang kelihatannya indah dan sejuk. Timbul satu keinginan di dalam hatinya untuk suatu saat dapat pergi kesana.

Suatu hari, saat yang dinantikan itu tibalah. Teman setianya, seekor burung merpati, mengajaknya untuk terbang dan pergi ke desa tersebut. Dengan semangat yang meluap-luap, kedua binatang itu pergi bersama ke desa tersebut. Setelah mendarat mereka mulai berjalan-jalan melihat keindahan desa itu.

Akhirnya mereka sampai di suatu taman yang indah berpagar tinggi, yang dijaga oleh seekor anjing besar. Belalang itu bertanya kepada anjing,"Siapakah kamu, dan apa yang kamu lakukan disini ?" "Aku adalah anjing penjaga taman ini. Aku dipilih oleh majikanku karena aku adalah anjing terbaik di desa ini" jawab anjing dengan sombongnya.

Mendengar perkataan si anjing, panaslah hati belalang muda. Dia lalu berkata lagi "Hmm, tidak semua binatang bisa kau kalahkan. Aku menantangmu untuk membuktikan bahwa aku bisa mengalahkanmu. Aku menantangmu untuk bertanding melompat, siapakah yang paling tinggi diantara kita". "Baik", jawab si anjing. "Di depan sana ada pagar yang tinggi. Mari kita bertanding, siapakah yang bisa melompati pagar tersebut".

Keduanya lalu berbarengan menuju ke pagar tersebut. Kesempatan pertama adalah si anjing. Setelah mengambil ancang-ancang, anjing itu lalu berlari dengan kencang, melompat, dan berhasil melompati pagar yang setinggi orang dewasa tersebut tersebut. Kesempatan berikutnya adalah si belalang muda. Dengan sekuat tenaga belalang tersebut melompat. Namun ternyata kekuatan lompatannya hanya mencapai tiga perempat tinggi pagar tersebut, dan kemudian belalang itu jatuh kembali ke tempatnya semula. Dia lalu mencoba melompat lagi dan melompat lagi, namun ternyata gagal pula.

Si anjing lalu menghampiri belalang dan sambil tertawa berkata ,"Nah belalang, apa lagi yang mau kamu katakan sekarang ? Kamu sudah kalah". "Belum", jawab si belalang. "Tantangan pertama tadi kamu yang menentukan. Beranikah kamu sekarang jika saya yang menentukan tantangan kedua ?" "Apapun tantangan itu, aku siap" tukas si anjing. Belalang lalu berkata lagi, "Tantangan kedua ini sederhana saja. Kita berlomba melompat ditempat. Pemenangnya akan diukur bukan dari seberapa tinggi dia melompat, dari diukur dari lompatan yang dilakukan tersebut berapa kali tinggi tubuhnya".

Anjing kembali yang mencoba pertama kali. Dari hasil lompatannya, ternyata anjing berhasil melompat setinggi empat kali tinggi tubuhnya. Berikutnya adalah giliran si belalang. Lompatan belalang hanya setinggi setengah dari lompatan anjing, namun ketinggian lompatan tersebut ternyata setara dengan empat puluh kali tinggi tubuhnya. Dan belalang pun menjadi pemenang untuk lomba yang kedua ini. Kali ini anjing menghampiri belalang dengan rasa kagum.

"Hebat. Kamu menjadi pemenang untuk perlombaan kedua ini. Tapi pemenangnya belum ada. Kita masih harus mengadakan lomba ketiga", kata si anjing. "Tidak perlu", jawab si belalang. "Karena pada dasarnya pemenang dari setiap perlombaan yang kita adakan adalah mereka yang menentukan standard perlombaannya. Pada saat lomba pertama kamu yang menentukan standard perlombaannya dan kamu yang menang. Demikian pula lomba kedua saya yang menentukan, saya pula yang menang."


MyFriendz...Seberapakah tinggikah kamu `melompat'...? Dalam kehidupan, seringkali tanpa sadar kita mencoba membandingkan kemajuan dan perkembangan diri kita dengan standard orang lain.

Membandingkan pendapatan kita dengan orang lain, pekerjaan kita dengan pekerjaan orang lain, salary kita dengan salary orang lain, barang-barang yang kita miliki dengan barang orang lain, kesuksesan yang kita miliki dengan kesuksesan orang lain, karir kita dengan karir orang lain dlsb...

Dan seringkali lebih banyak kekecewaan daripada kebahagiaan yang didapat. Mengapa...? Karena kita masing-masing dilahirkan dengan potensi yang berbeda, dengan bakat yang berbeda, dalam lingkungan yang berbeda, dan cara pandang yang berbeda tentang kehidupan.

Cara yang tepat untuk mengukur seberapa jauh diri kita telah berkembang dan maju adalah membandingkan diri kita saat ini dengan diri kita dimasa lalu. Apakah kamu hari ini lebih kaya dibanding setahun yang lalu..? Apakah kamu hari ini lebih bisa mengontrol emosi dibanding bulan lalu...? Apakah kamu hari ini lebih sehat dibanding kemarin...? Apakah kamu hari ini lebih bijaksana dibanding setahun yang lalu...?

Intinya adalah kamu dan saya mempunyai potensi dan standard yang berbeda tentang kemenangan. Adalah tidak bijaksana kalau membandingkan potensi kita dengan yang lain. Kemenangan sejati adalah ketika dengan potensi yang kamu miliki, kamu bisa melampaui standard dirimu sendiri.

Kemenangan sejati bukanlah kemenangan atas orang lain, namun kemenangan atas diri sendiri. Buat diri kamu hari ini selalu lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini.

From:Email

Ucaplah Syukur

Ringkasan Khotbah 28.12.08
(Ibadah Ucapan Syukur Akhir Tahun GPdI Hagios Family Jemaat Mangga Dua Square)


Efesus 5:20-21

"Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus"


Kehidupan orang Kristen, tidak terlepas dari mengucap syukur. Ada kuasa dibalik ucapan syukur. Kita mengucap syukur bukan hanya pada saat kita berada dalam keberkatan, sehat, bahagia dan sebagainya, tapi firman Allah katakan dalam 1 Tesalonika 5:18 "...mengucap syukur dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah dalam Kristus Yesus." Artinya mengucap syukur baik dalam keadaan senang maupun susah. Sulit bagi seseorang untuk bersyukur ketika ia berada dalam keadaan susah, sebab sangat berat untuk melakukannya. Tetapi itulah yang Tuhan mau kita lakukan, karena ada maksud Allah dibalik semuanya itu, yaitu semata-mata untuk kebaikan kita.
Salah satu tujuan Allah supaya kita mempersembahkan syukur sebagai korban adalah kita memuliakan Allah. - Mazmur 50:23
Setiap persembahan syukur, itu merupakan suatu korban. Kata "korban" adalah pemberian untuk menyatakan bakti dan kesetiaan (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sedangkan berkorban adalah menjadi korban, menderita rugi. Jadi dari pengertian ini, kita tahu sekarang bahwa mempersembahkan syukur adalah mengorbankan sesuatu sebagai tanda bakti dan kesetiaan kita sekalipun keadaan yang kita hadapi tidak nyaman bagi "daging" kita. Tetapi inilah salah satu cara kita memuliakan Allah.
Selain itu, kita berada di dalam kesesakkan atau keadaan seperti itu, kalau kita mau mempersembahkan syukur sebagai korban kepada Allah dan membayar nazar kita kepadaNya, maka Dia akan meluputkan kita dari semua hal itu - Mazmur 50:14-15. Bahkan dalam hal jasmanipun, Tuhan memberikan jaminan kepada kita - Filipi 4:6-7.
Oleh karena itu saudara-saudaraku, belajarlah mulai sekarang berani mengucap syukur dalam segala hal. Mohon kekuatan dan kesanggupan dari Tuhan Yesus supaya kita sanggup melakukan firmanNya ini. Dan saudara akan mengalami mujizat yang heran, sesuatu yang ajaib akan terjadi di dalam hidupmu. Sebab ada kuasa dibalik ucapan syukur. Dan kuasa dan mujizat itu Tuhan sediakan bagi kita semua. Amin!

Oleh:Pdt. Eddy Tatimu

Rabu, 07 Januari 2009

1 Jam Saja

Beri aku waktu 1 jam saja...
Los Felidas adalah nama sebuah jalan di ibu kota sebuah negara di Amerika Selatan, yang terletak di kawasan terkumuh diseluruh kota .

Ada sebuah kisah yang menyebabkan jalan itu begitu dikenang orang, dan itu dimulai dari kisah seorang pengemis wanita yang juga ibu seorang gadis kecil. Tidak seorangpun yang tahu nama aslinya, tapi beberapa orang tahu sedikit masa lalunya, yaitu bahwa ia bukan penduduk asli disitu, melainkan dibawa oleh suaminya dari kampung halamannya.

Seperti kebanyakan kota besar di dunia ini, kehidupan masyarakat kota terlalu berat untuk mereka, dan belum setahun mereka di kota itu, mereka kehabisan seluruh uangnya, dan pada suatu pagi mereka sadar bahwa mereka tidak tahu dimana mereka tidur malam nanti dan tidak sepeserpun uang ada dikantong.

Padahal mereka sedang menggendong bayi mereka yang berumur 1 tahun. Dalam keadaan panik dan putus asa, mereka berjalan dari satu jalan ke jalan lainnya, dan akhirnya tiba di sebuah jalan sepi dimana puing-puing sebuah toko seperti memberi mereka sedikit tempat untuk berteduh.

Saat itu angin Desember bertiup kencang, membawa titik-titik air yang dingin. Ketika mereka beristirahat dibawah atap toko itu, sang suami berkata: "Saya harus meninggalkan kalian sekarang. Saya harus mendapatkan pekerjaan, apapun, kalau tidak malam nanti kita akan tidur disini." Setelah mencium bayinya ia pergi. Dan ia tidak pernah kembali.

Tak seorangpun yang tahu pasti kemana pria itu pergi, tapi beberapa orang seperti melihatnya menumpang kapal yang menuju ke Afrika. Selama beberapa hari berikutnya sang ibu yang malang terus menunggu kedatangan suami nya, dan bila malam tidur di emperan toko itu.

Pada hari ketiga, ketika mereka sudah kehabisan susu,orang-orang yang lewat mulai memberi mereka uang kecil, dan jadilah mereka pengemis di sana selama 6 bulan berikutnya. Pada suatu hari, tergerak oleh semangat untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, ibu itu bangkit dan memutuskan untuk bekerja.

Masalahnya adalah di mana ia harus menitipkan anaknya, yang kini sudah hampir 2 tahun, dan tampak amat cantik jelita. Tampaknya tidak ada jalan lain kecuali meninggalkan anak itu disitu dan berharap agar nasib tidak memperburuk keadaan mereka. Suatu pagi ia berpesan pada anak gadisnya, agar ia tidak kemana-mana, tidak ikut siapapun yang mengajaknya pergi atau menawarkan gula-gula.

Pendek kata, gadis kecil itu tidak boleh berhubungan dengan siapapun selama ibunya tidak ditempat. "Dalam beberapa hari mama akan mendapatkan cukup uang untuk menyewa kamar kecil yang berpintu, dan kita tidak lagi tidur dengan angin di rambut kita". Gadis itu mematuhi pesan ibunya dengan penuh kesungguhan. Maka sang ibu mengatur kotak kardus dimana mereka tinggal selama 7 bulan agar tampak kosong, dan membaringkan anak nya dengan hati-hati di dalamnya. Di sebelahnya ia meletakkan sepotong roti.. Kemudian, dengan mata basah ibu itu menuju kepabrik sepatu, di mana ia bekerja sebagai pemotong kulit.

Begitu lah kehidupan mereka selama beberapa hari, hingga di kantong sang Ibu kini terdapat cukup uang untuk menyewa sebuah kamar berpintu di daerah kumuh. Dengan suka cita ia menuju ke penginapan orang-orang miskin itu, dan membayar uang muka sewa kamarnya. Tapi siang itu juga sepasang suami istri pengemis yang moralnya amat rendah menculik gadis cilik itu dengan paksa, dan membawanya sejauh 300 kilometer ke pusat kota ...

Di situ mereka mendandani gadis cilik itu dengan baju baru, membedaki wajahnya, menyisir rambutnya dan membawanya ke sebuah rumah mewah dipusat kota . Di situ gadis cilik itu dijual. Pembelinya adalah pasangan suami istri dokter yang kaya, yang tidak pernah bisa punya anak sendiri walaupun mereka telah menikah selama 18 tahun.

Mereka memberi nama anak gadis itu Serrafona, dan mereka memanjakannya dengan amat sangat. Di tengah-tengah kemewahan istana itulah gadis kecil itu tumbuh dewasa. Ia belajar kebiasaan-kebiasaan orang terpelajar seperti merangkai bunga, menulis puisi dan bermain piano.Ia bergabung dengan kalangan-kalangan kelas atas, dan mengendarai Mercedes Benz kemanapun ia pergi.

Satu hal yang baru terjadi menyusul hal lainnya,dan bumi terus berputar tanpa kenal istirahat. Pada umurnya yang ke-24, Serrafona dikenal sebagai anak gadis Gubernur yang amat jelita, yang pandai bermain piano dan yang sedang menyelesaikan gelar dokternya. Ia adalah figur gadis yang menjadi impian tiap pemuda, tapi cintanya direbut oleh seorang dokter muda yang welas asih, yang bernama Geraldo.

Setahun setelah pernikahan mereka, ayahnya wafat, dan Serrafona beserta suaminya mewarisi beberapa perusahaan dan sebuah real-estate sebesar 14 hektar yang diisi dengan taman bunga dan istana yang paling megah di kota itu. Menjelang hari ulang tahunnya yang ke-27, sesuatu terjadi yang merubah kehidupan wanita itu. Pagi itu Serrafona sedang membersihkan kamar mendiang ayahnya yang sudah tidak pernah dipakai lagi, dan di laci meja kerja ayah nya ia melihat selembar foto seorang anak bayi yang digendong sepasang suami istri. Selimut yang dipakai untuk menggendong bayi itu lusuh, dan bayi itu sendiri tampak tidak terurus, karena walaupun wajahnya dilapisi bedak tetapi rambutnya tetap kusam.

Sesuatu ditelinga kiri bayi itu membuat jantungnya berdegup kencang. Ia mengambil kaca pembesar dan mengkonsentrasikan pandangannya pada telinga kiri itu. Kemudian ia membuka lemarinya sendiri, dan mengeluarkan sebuah kotak kayu mahoni. Di dalam kotak yang berukiran indah itu dia menyimpan seluruh barang-barang pribadinya, dari kalung-kalung berlian hingga surat-surat pribadi. Tapi diantara benda-benda mewah itu terdapat sesuatu terbungkus kapas kecil, sebentuk anting-anting melingkar yang amat sederhana, ringan dan bukan emas murni.

Ibunya almarhum memberinya benda itu sambil berpesan untuk tidak kehilangan benda itu. Ia sempat bertanya, kalau itu anting-anting, di mana satunya. Ibunya menjawab bahwa hanya itu yang ia punya. Serrafona menaruh anting-anting itu didekat foto.

Sekali lagi ia mengerahkan seluruh kemampuan melihatnya dan perlahan-lahan air matanya berlinang . Kini tak ada keragu-raguan lagi bahwa bayi itu adalah dirinya sendiri. Tapi kedua pria wanita yang menggendongnya, yang tersenyum dibuat-buat, belum penah dilihatnya sama sekali. Foto itu seolah membuka pintu lebar-lebar pada ruangan yang selama ini mengungkungi pertanyaan-pertanya annya, misalnya: kenapa bentuk wajahnya berbeda dengan wajah kedua orang tuanya, kenapa ia tidak menuruni golongan darah ayahnya..

Saat itulah, sepotong ingatan yang sudah seperempat abad terpendam, berkilat di benaknya, bayangan seorang wanita membelai kepalanya dan mendekapnya di dada. Di ruangan itu mendadak Serrafona merasakan betapa dinginnya sekelilingnya tetapi ia juga merasa betapa hangatnya kasih sayang dan rasa aman yang dipancarkan dari dada wanita itu. Ia seolah merasakan dan mendengar lewat dekapan itu bahwa daripada berpisah lebih baik mereka mati bersama.

Mata nya basah ketika ia keluar dari kamar dan menghampiri suaminya yang sedang membaca koran: "Geraldo, saya adalah anak seorang pengemis, dan mungkinkah ibu saya masih ada di jalan sekarang setelah 25 tahun?"

Itu adalah awal dari kegiatan baru mereka mencari masa laluSerrafonna. Foto hitam-putih yang kabur itu diperbanyak puluhan ribu lembar dan disebar ke seluruh jaringan kepolisian diseluruh negeri. Sebagai anak satu-satunya dari bekas pejabat yang cukup berpengaruh di kota itu, Serrafonna mendapatkan dukungan dari seluruh kantor kearsipan, kantor surat kabar dan kantor catatan sipil.

Ia membentuk yayasan -yayasan untuk mendapatkan data dari seluruh panti-panti orang jompo dan badan-badansosial di seluruh negeri dan mencari data tentang seorang wanita.

Bulan demi bulan lewat, tapi tak ada perkembangan apapun dari usahanya. Mencari seorang wanita yang mengemis 25 tahun yang lalu di negeri dengan populasi 90 juta bukan sesuatu yang mudah. Tapi Serrafona tidak punya pikiran untuk menyerah. Dibantu suaminya yang begitu penuh pengertian, mereka terus menerus meningkatkan pencarian mereka. Kini, tiap kali bermobil, mereka sengaja memilih daerah-daerah kumuh, sekedar untuk lebih akrab dengan nasib baik. Terkadang ia berharap agar ibunya sudah almarhum sehingga ia tidak terlalu menanggung dosa mengabaikannya selama seperempat abad.

Tetapi ia tahu, entah bagaimana, bahwa ibunya masih ada, dan sedang menantinya sekarang. Ia memberitahu suaminya keyakinan itu berkali-kali, dan suaminya mengangguk-angguk penuh pengertian.

Pagi, siang dan sore ia berdoa: "Tuhan, ijinkan saya untuk satu permintaan terbesar dalam hidup saya: temukan saya dengan ibu saya". Tuhan mendengarkan doa itu. Suatu sore mereka menerimakabar bahwa ada seorang wanita yang ungkin bisa membantu mereka menemukan ibunya. Tanpa membuang waktu, mereka terbang ke tempat itu, sebuah rumah kumuh di daerah lampu merah, 600 km dari kota mereka.

Sekali melihat, mereka tahu bahwa wanita yang separoh buta itu, yang kini terbaring sekarat, adalah wanita di dalam foto. Dengan suara putus-putus, wanita itu mengakui bahwa ia memang pernah mencuri seorang gadis kecil ditepi jalan, sekitar 25 tahun yang lalu.

Tidak banyak yang diingatnya, tapi diluar dugaan ia masih ingat kota dan bahkan potongan jalan dimana ia mengincar gadis kecil itu dan kemudian menculiknya. Serrafona memberi anak perempuan yang menjaga wanita itu sejumlah uang, dan malam itu juga mereka mengunjungi kota dimana Serrafonna diculik.

Mereka tinggal di sebuah hotel mewah dan mengerahkan orang-orang mereka untuk mencari nama jalan itu. Semalaman Serrafona tidak bisa tidur. Untuk kesekian kalinya ia bertanya-tanya kenapa ia begitu yakin bahwa ibunya masih hidup sekarang, dan sedang menunggunya, dan ia tetap tidak tahu jawabannya.

Dua hari lewat tanpa kabar. Pada hari ketiga, pukul 18:00 senja, mereka menerima telepon dari salah seorang staff mereka. "Tuhan maha kasih, Nyonya, kalau memang Tuhan mengijinkan, kami mungkin telah menemukan ibu Nyonya. Hanya cepat sedikit, waktunya mungkin tidak banyak lagi."

Mobil mereka memasuki sebuah jalanan yang sepi, dipinggiran kota yang kumuh dan banyak angin. Rumah-rumah di sepanjang jalan itu tua-tua dan kusam. Satu, dua anak kecil tanpa baju bermain-main ditepi jalan. Dari jalanan pertama, mobil berbelok lagi kejalanan yang lebih kecil, kemudian masih belok lagi kejalanan berikut nya yang lebih kecil lagi. Semakin lama mereka masuk dalam lingkungan yang semakin menunjukkan kemiskinan. Tubuh Serrrafona gemetar, ia seolah bisa mendengar panggilan itu. "Lekas, Serrafonna, mama menunggumu, sayang". Ia mulai berdoa "Tuhan, beri saya setahun untuk melayani mama. Saya akan melakukan apa saja".

Ketika mobil berbelok memasuki jalan yang lebih kecil, dan ia bisa membaui kemiskinan yang amat sangat, ia berdoa: "Tuhan beri saya sebulan saja". Mobil belok lagi kejalanan yang lebih kecil, dan angin yang penuh derita bertiup, berebut masuk melewati celah jendela mobil yang terbuka. Ia mendengar lagi panggilan mamanya , dan ia mulai menangis: "Tuhan, kalau sebulan terlalu banyak, cukup beri kami seminggu untuk saling memanjakan ". Ketika mereka masuk belokan terakhir, tubuhnya menggigil begitu hebat sehingga Geraldo memeluknya erat-erat.

Jalan itu bernama Los Felidas. Panjangnya sekitar 180 meter dan hanya kekumuhan yang tampak dari sisi ke sisi, dari ujung keujung. Di tengah-tengah jalan itu, di depan puing-puing sebuah toko, tampak onggokan sampah dan kantong-kantong plastik, dan ditengah-tengahnya, terbaring seorang wanita tua dengan pakaian sehitam jelaga, tidak bergerak-gerak.

Mobil mereka berhenti diantara 4 mobil mewah lainnya dan 3 mobil polisi. Di belakang mereka sebuah ambulansberhenti, diikuti empat mobil rumah sakit lain. Dari kanan kiri muncul pengemis- pengemis yang segera memenuhi tempat itu. "Belum bergerak dari tadi." lapor salah seorang. Pandangan Serrafona gelap tapi ia menguatkan dirinya untuk meraih esadarannya dan turun.

Suaminya dengan sigap sudah meloncat keluar, memburu ibu mertuanya. "Serrafona, kemari cepat! Ibumu masih hidup, tapi kau harus menguatkan hatimu ."

Serrafona memandang tembok dihadapann ya, dan ingat saat ia menyandarkan kepalanya ke situ. Ia memandang lantai di kaki nya dan ingat ketika ia belajar berjalan. Ia membaui bau jalanan yang busuk, tapi mengingatkan nya pada masa kecilnya. Air matanya mengalir keluar ketika ia melihat suaminya menyuntikkan sesuatu ke tangan wanita yang terbaring itu dan memberinya isyarat untuk mendekat.

"Tuhan, ia meminta dengan seluruh jiwa raganya,beri kami sehari...... Tuhan, biarlah saya membiarkan mama mendekap saya dan memberitahunya bahwa selama 25 tahun ini hidup saya amat bahagia....Jadi mama tidak menyia-nyia kan saya".

Ia berlutut dan meraih kepala wanita itu kedadanya. Wanita tua itu perlahan membuka matanya dan memandang keliling, ke arah kerumunan orang-orang berbaju mewah dan perlente, ke arah mobil-mobil yang mengkilat dan ke arah wajah penuh air mata yang tampak seperti wajahnya sendiri ketika ia masih muda.

"Mama.. ..", ia mendengar suara itu, dan ia tahu bahwa apa yang ditunggunya tiap malam - antara waras dan tidak - dan tiap hari - antara sadar dan tidak - kini menjadi kenyataan. Ia tersenyum, dan dengan seluruh kekuatann ya menarik lagi jiwanya yang akan lepas.

Perlahan ia membuka genggaman tangann ya, tampak sebentuk anting-anting yang sudah menghitam. Serrafona mengangguk, dan tanpa perduli sekelilingnya ia berbaring di atas jalanan itu dan merebahkan kepalanya di dada mamanya.

"Mama, saya tinggal di istana dan makan enak tiap hari. Mama jangan pergi dulu. Apapun yang mama mau bisa kita lakukan bersama-sama. Mama ingin makan, ingin tidur, ingin bertamasya, apapun bisa kita bicarakan. Mama jangan pergi dulu... Mama..."

Ketika telinganya menangkap detak jantung yang melemah, ia berdoa lagi kepada Tuhan: "Tuhan maha pengasih dan pemberi, Tuhan..... satu jam saja.... ...satu jam saja....."

Tapi dada yang didengarnya kini sunyi, sesunyi senja dan puluhan orang yang membisu. Hanya senyum itu, yang menandakan bahwa penantiannya selama seperempat abad tidak berakhir sia-sia.

Teman....mungkin saat ini kita sedang beruntung. Hidup ditengah kemewahan dan kondisi berkecukupan. Mungkin kita
mendapatkannya dari hasil keringat sendiri tanpa bantuan orang tua kita. Namun yang perlu kita sadari, bahwa orang tua kita senantiasa berdoa untuk kita, meski itu hanya di peraduan

From:email

Selasa, 06 Januari 2009

Manusia Kepiting

Manusia kepiting
*_Manusia Kepiting_*

Di Filipina, masyarakat pedesaan gemar sekali menangkap dan memakan kepiting
sawah. Kepiting itu ukurannya kecil, namun rasanya cukup lezat.
Kepiting-kepiting itu ditangkap pada malam hari, lalu dimasukkan ke dalam
baskom, tanpa diikat. Keesokkan harinya, kepiting-kepiting ini akan direbus,
lalu disantap untuk lauk selama beberapa hari.


Yang menarik, tentu saja kepiting-kepiting itu akan selalu berusaha untuk
keluar dari baskom, sekuat tenaga mereka, dengan menggunakan capit-capitnya
yang kuat. Namun, seorang penangkap kepiting yang handal selalu tenang
meskipun hasil buruannya selalu berusaha meloloskan diri.

Jurusnya hanya satu, si penangkap tahu betul sifat para kepiting itu.
Jika ada seekor kepiting yang nyaris meloloskan diri keluar dari baskom,
teman-temannya pasti akan menariknya lagi kembali ke dasar.
Bila ada lagi yang naik dengan cepat ke mulut baskom, lagi-lagi temannya
akan menariknya turun. Begitu seterusnya, sampai akhirnya tak seekor
kepiting pun yang berhasil kabur dari baskom.

Keesokan harinya, sang penangkap tinggal merebus mereka semua dan matilah
sekawanan kepiting yang dengki itu.

Begitu pula dalam kehidupan ini, tanpa sadar kita juga terkadang menjadi
seperti kepiting-kepiting itu.

Yang seharusnya bergembira jika teman atau saudara kita meraih keberhasilan,
kita malahan berprasangka buruk: jangan-jangan keberhasilan itu diraihnya
dengan jalan yang tidak benar.

Apalagi dalam bisnis atau bidang lain yang mengandung unsur kompetisi.
Sifat iri, tak mau kalah, atau munafik, akan semakin nyata dan kalau tidak
segera kita sadari, tanpa sadar kita sudah membunuh diri kita sendiri.

Kesuksesan akan datang kalau kita bisa menyadari bahwa di dalam bisnis atau
persaingan yang penting bukan siapa yang menang, namun terlebih penting dari
itu seberapa jauh kita bisa mengembangkan diri kita seutuhnya.

Jika kita berkembang, kita mungkin bisa menang atau bahkan bisa juga kalah
dalam suatu persaingan, namun yang pasti: kita menang dalam kehidupan ini.

Gelagat seseorang adalah "kepiting" antara lain:

1. Selalu mengingat kesalahan pihak luar (bisa orang lain atau situasi) dan
menjadikannya sebagai acuan dalam bertindak.

2. Hobi membicarakan kelemahan orang lain, tapi tidak mengetahui kelemahan
dirinya sendiri sehingga ia hanya sibuk merintangi orang lain yang akan
sukses dan melupakan usaha mensukseskan dirinya dengan cara yang positif.

Seharusnya kepiting-kepiting itu tolong-menolong keluar dari baskom, namun
yaah... dibutuhkan jiwa yang besar untuk melakukannya..

Coba renungkan, berapa waktu yang kita pakai untuk memikirkan cara-cara
menjadi "pemenang" dalam kehidupan sosial, bisnis, sekolah, atau agama.
Seandainya kita bisa menggunakan waktu tersebut untuk memikirkan cara- cara
pengembangan diri yang positif, niscaya kita akan berkembang menjadi pribadi
yang lebih sehat dan dewasa.

From:email

Senin, 05 Januari 2009

Terjatuh dan Tidak Bisa Bangkit Lagi

Terjatuh dan tidak bisa bangkit lagi
Kita semua pernah terjatuh sesekali, bukan hanya secara fisik tapi juga secara emosional. Dan membangkitkan diri kita kembali, lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Kita tidak membutuhkan bakat khusus untuk menyerah atau berbaring di tengah jalan kehidupan dan berkata, "Aku berhenti!" Faktanya, jalan menuju keputusasaan dan kekecewaan yang kronis berawal dari sebuah hari yang normal yang berakhir dengan timbunan kekecewaan-kekecewaan kecil. Kekecewaan memunyai definisi "gagal untuk memenuhi atau memuaskan harapan dan keinginan", dengan kata lain, ketika kita menentukan diri kita untuk berharap akan sesuatu dan harapan itu tidak terpenuhi, kita menjadi kecewa. Kita merasa tertipu atau dikhianati.

Marilah kita hadapi kenyataan, tidak ada seorang pun dari antara kita yang akan pernah sampai ke tempat di mana kita tidak pernah lagi mengalami kekecewaan. Kita tidak bisa berharap untuk terlindung atau kebal dari setiap hal kecil. Kekecewaan adalah salah satu fakta dari kehidupan yang harus dihadapi oleh semua orang. Sering kali banyak orang membiarkan kekecewaan mereka terus menumpuk dan akhirnya menjadi terpuruk tanpa mengerti apa penyebabnya. Mereka kelihatannya tampak baik-baik saja, tapi sekarang mereka jatuh terbaring di jalan kehidupan tanpa tahu bagaimana terjadinya dan apa sebabnya. Banyak orang tidak menyadari bahwa masalah besar yang menghancurkan mereka ini dimulai sudah lama sebelumnya dengan beberapa kekecewaan kecil yang gagal mereka selesaikan.

Rasa sakit yang mendalam tidak datang begitu saja dari kekecewaan yang besar, seperti ketika kita gagal mendapatkan pekerjaan atau promosi yang kita inginkan. Rasa sakit emosional yang dalam bisa datang dari beberapa gangguan dan frustasi kecil. Itulah mengapa kita perlu tahu bagaimana caranya mengatasi kekecewaan kecil sehari-hari dan memunyai perspektif yang benar terhadap semua itu. Jika tidak, mereka dapat menjadi tidak terkendali dan meledak melebihi batasan.

Contohnya, bayangkan Anda memulai hari Anda dengan rencana dan jadwal di kepala Anda, dan Anda sudah cukup frustrasi dengan itu. Dalam perjalanan Anda ke kantor, jalanan yang macet membuat Anda terlambat. Lalu, ketika Anda akhirnya mulai bekerja, Anda mendengar seseorang di kantor menyebarkan gosip tentang Anda. Anda membuat kopi untuk menenangkan diri Anda, tapi kopinya tak sengaja tertumpah di baju Anda, yang hanya membuat masalahnya semakin rumit karena Anda akan menghadiri pertemuan (meeting) dengan atasan dan Anda tidak punya waktu untuk berganti pakaian!

Menghadapi hal-hal itu satu persatu secara terpisah memang terasa mengganggu, tapi ketika mereka semakin menumpuk, itu akan menjadi tak tertahankan. Lalu, dalam waktu yang hampir bersamaan, Anda mendapat laporan dari dokter tentang sesuatu hal yang tidak Anda harapkan. Dan di puncaknya, tunangan Anda menelpon, mengancam untuk membatalkan pernikahan Anda dengannya walaupun semua undangan telah dikirim! Bagaimana Anda akan menanggapinya? Apakah Anda akan tetap beriman, atau menemukan diri Anda penuh ketakutan dan sedang mengarah menuju kekecewaan dan keputusasaan? Semua kekecewaan dan frustasi kecil terhadap kemacetan, gosip di kantor, dan kopi yang tertumpah telah menjadi sebuah bencana. Dan ketika Anda menghadapi beberapa masalah serius seperti penyakit atau hubungan yang gagal, Anda menemukan diri Anda tidak siap untuk menghadapi semua itu. Jadi Anda terjatuh, menuju ketiadaan pengharapan dan keputusasaan.

Apa yang Anda lakukan saat kekecewaan datang? Saat kekecewaan memberatkan Anda seperti sebuah batu besar, Anda bisa membiarkannya menekan Anda sampai Anda merasa patah semangat, bahkan menjadi benar-benar menyerah, atau Anda bisa menggunakannya sebagai batu loncatan kepada hal-hal yang lebih baik. Belajarlah untuk beradaptasi dan menyesuaikan diri. Anda bisa melakukannya! Hadapi kekecewaan dan cepatlah membuat penyesuaian yang dibutuhkan untuk menangani situasi itu. Tuhan memunyai hal-hal yang lebih baik untuk Anda, dan Dia akan menolong Anda.
Anda mungkin telah terjatuh, tapi Anda tidak harus tetap tergeletak. Tuhan selalu siap, mau, dan mampu untuk mengangkat Anda kembali. Bangkitlah, walaupun itu berarti Anda membutuhkan waktu dan proses.

From:email