Senin, 23 Maret 2009

Kualitas Pribadi Yang Disukai

Sepuluh Kualitas Pribadi yang Disukai
1. Ketulusan

Ketulusan menempati peringkat pertama sebagai sifat yang paling disukai oleh semua orang. Ketulusan membuat orang lain merasa aman dan dihargai karena yakin tidak akan dibodohi atau dibohongi.

Orang yang tulus selalu mengatakan kebenaran, tidak suka mengada-ada, pura-pura, mencari-cari alasan atau memutarbalikkan fakta. Prinsipnya "Ya diatas Ya dan Tidak diatas Tidak". Tentu akan lebih ideal bila ketulusan yang selembut merpati itu diimbangi dengan kecerdikan seekor ular. Dengan begitu, ketulusan tidak menjadi keluguan yang bisa merugikan diri sendiri.

2. Rendah Hati

Beda dgn rendah diri yg merupakan kelemahan, kerendahhatian justru mengungkapkan kekuatan. Hanya orang yang kuat jiwanya yang bisa bersikap rendah hati. Ia seperti padi yang semakin berisi semakin menunduk. Orang yang rendah hati bisa mengakui dan menghargai keunggulan orang lain. Ia bisa membuat orang yang diatasnya merasa oke dan membuat orang yang di bawahnya tidak merasa minder.

3. Kesetiaan

Kesetiaan sudah menjadi barang langka & sangat tinggi harganya. Orang yg setia selalu bisa dipercaya dan diandalkan. Dia selalu menepati janji, punya komitmen yang kuat, rela berkorban dan tidak suka berkhianat.

4. Bersikap Positif

Orang yang bersikap positif selalu berusaha melihat segala sesuatu dari kacamata positif, bahkan dalam situasi yang buruk sekalipun. Dia lebih suka membicarakan kebaikan daripada keburukan orang lain, lebih suka bicara mengenai harapan drpd keputusasaan, lebih suka mencari solusi daripada frustasi, lebih suka memuji daripada mengecam, dsb.

5. Keceriaan

Karena tidak semua orang dikaruniai temperamen ceria, maka keceriaan tidak harus diartikan ekspresi wajah dan tubuh tapi sikap hati. Orang yang ceria adalah orang yang bisa menikmati hidup, tidak suka mengeluh dan selalu berusaha meraih kegembiraan. Dia bisa mentertawakan situasi, orang lain, juga dirinya sendiri. Dia punya potensi untuk menghibur dan mendorong semangat orang lain.

6. Bertanggung Jawab

Orang yang bertanggung jawab akan melaksanakan kewajibannya dengan sungguh-sungguh. Kalau melakukan kesalahan, dia berani mengakuinya. Ketika mengalami kegagalan, dia tidak akan mencari kambing hitam untuk disalahkan.

Bahkan kalau dia merasa kecewa dan sakit hati, dia tidak akan menyalahkan siapapun. Dia menyadari bahwa dirinya sendirilah yang bertanggung jawab atas apapun yang dialami dan dirasakannya.

7. Kepercayaan Diri

Rasa percaya diri memungkinkan seseorang menerima dirinya sebagaimana adanya, menghargai dirinya dan menghargai orang lain. Orang yang percaya diri mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru. Dia tahu apa yang harus dilakukannya dan melakukannya dengan baik.

8. Kebesaran Jiwa

Kebesaran jiwa dapat dilihat dr kemampuan seseorang memaafkan orang lain. Orang yang berjiwa besar tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh rasa benci dan permusuhan. Ketika menghadapi masa-masa sukar dia tetap tegar, tidak membiarkan dirinya hanyut dalam kesedihan dan keputusasaan.

9. Easy Going

Orang yang easy going menganggap hidup ini ringan. Dia tidak suka membesar-besarkan masalah kecil. Bahkan berusaha mengecilkan masalah-masalah besar. Dia tidak suka mengungkit masa lalu dan tidak mau khawatir dengan masa depan. Dia tidak mau pusing dan stress dengan masalah-masalah yang berada di luar kontrolnya.

10. Empaty

Empati adalah sifat yg sangat mengagumkan. Orang yg berempati bukan saja pendengar yang baik tapi juga bisa menempatkan diri pada posisi orang lain. Ketika terjadi konflik dia selalu mencari jalan keluar terbaik bagi kedua belah pihak, tidak suka memaksakan pendapat dan kehendaknya sendiri. Dia selalu berusaha memahami dan mengerti orang lain.

From:email

Tetaplah Berusaha

Tetaplah Berusaha

Dalam kehidupan sehari-hari yang kita jalani banyak keadaan dan situasi
berjalan tak sesuai kehendak yang ingin kita capai seperti patah Hati,
promosi terhambat, usulan ditolak, hingga hal sepele: data komputer
rusak / Flash disk anda tidak terbaca Semua hal seperti contoh diatas
memang membuat anda kecewa. Dalam keadaan seperti walau pun kadang kita
tahu banyak teori tentang bersikap positif, tapi sering kali kita
memilih kecewa atau marah, cobalah untuk memilih tetap bersemangat

kehilangan semangat. Saat anda memilih untuk tetap semangat dan
positif, sesungguhnya pilihan itu tak banyak. Pertahankan semangatanda
meski situasi sulit dan tidak memihak anda.

Memang saat itu anda kecewa atau marah, tapi apakah anda akan kecewa selama 24
jam, Pada saatnya semangat anda akan menemukan harapan baru. Tetaplah
optimis untuk mengerjakan segala sesuatunya. Kesulitan itu hanya
sementara datang untuk pergi. Janganlah kehilangan antusiasme dan
semangat, karena itulah pegangan yang kokoh. Semangat adalah milik anda
yang hakiki. Bukankah semangat adalah kata lain dari "spirit"?
Sedangkan"spirit" adalah roh dan jiwa anda.

Ketika anda ingin meraih sesuatu bukanlah sesuatu yang terbatas
pada kemampuan tangan anda untuk menggapainya, Bila anda mau meraih
dengan seluruh yang anda miliki,tidak ada hal yang tidak tercapai. Bila
ketika anda ingin menggunakan tangan tangan anda sakit, maka raihla
dengan kaki bila belum juga tercapai bergeraklah, hingga hal itu dalam
jangkauan. Bergeraklah

menuju tujuan, ketimbang menunggu tujuan anda bergerak kepada anda.
Raihlah dengan pikiran. Visualisasikan tujuan anda. Lihatlah dengan
jelas dalam pikiran anda, dan anda akan mulai bisa menggapai. Gunakan
daya pikir anda untuk mengembangkan rencana realistis dan perencanaan tindakan.

Banyak cara untuk menggapai sesuati, raihlah sesuatu dengan imajinasi anda,
berfikir lebih kreatif dalam menggapai kesuksesan atau hal yang ingin
anda capai Selalu ada banyak cara dalam mencapai tiap tujuan. Gunakan
imajinasi anda untuk bekerja dan mengembangkan segala peluang. Bila
satu jalur terhalang, bayangkan selusin alternatif dan ikuti yang
paling berpeluang.

Raihlah dengan semangat. Rasakan kegembiraan pada setiap saat kehidupan dan anda akan mengembangkan dalam diri sendiri,
kesadaran akan pemenuhan. Sedemikian banyak hal yang bisa anda raih bila anda
secara tulus bersyukur atas hal-hal yang telah anda miliki. yang anda
perlu adalah mempertahankan semangat untuk menggapai yang anda
inginkan, mempertahankan semangat adalah sebuah langkah awal anda
mencapai kesuksesan yang ingin anda capai.

From:email

Jumat, 13 Maret 2009

Apa Yang Kita Sombongkan?

Apa yang kita sombongkan ?
Seorang pria yang bertamu ke rumah Sang Guru tertegun keheranan. Dia melihat Sang Guru sedang sibuk bekerja; ia mengangkuti air dengan ember dan menyikat lantai rumahnya keras-keras. Keringatnya bercucuran deras. Menyaksikan keganjilan ini orang itu bertanya, "Apa yang sedang Anda lakukan?"

Sang Guru menjawab, "Tadi saya kedatangan serombongan tamu yang meminta nasihat. Saya memberikan banyak nasihat yang bermanfaat bagi mereka. Mereka pun tampak puas sekali. Namun, setelah mereka pulang tiba-tiba saya merasa menjadi orang yang hebat. Kesombongan saya mulai bermunculan. Karena itu, saya melakukan ini untuk membunuh perasaan sombong saya."

Sombong adalah penyakit yang sering menghinggapi kita semua, yang benih- benihnya terlalu kerap muncul tanpa kita sadari. Di tingkat terbawah, sombong disebabkan oleh faktor materi. Kita merasa lebih kaya, lebih rupawan, dan lebih terhormat daripada orang lain.

Di tingkat kedua, sombong disebabkan oleh faktor kecerdasan. Kita merasa lebih pintar, lebih kompeten, dan lebih berwawasan dibandingkan orang lain.

Di tingkat ketiga, sombong disebabkan oleh faktor kebaikan. Kita sering menganggap diri kita lebih bermoral, lebih pemurah, dan lebih tulus dibandingkan dengan orang lain.

Yang menarik, semakin tinggi tingkat kesombongan, semakin sulit pula kita mendeteksinya. Sombong karena materi sangat mudah terlihat, namun sombong karena pengetahuan, apalagi sombong karena kebaikan, sulit terdeteksi karena seringkali hanya berbentuk benih-benih halus di dalam batin kita.

Akar dari kesombongan ini adalah ego yang berlebihan. Pada tataran yang lumrah, ego menampilkan dirinya dalam bentuk harga diri (self-esteem) dan kepercayaan diri (self-confidence) . Akan tetapi, begitu kedua hal ini berubah menjadi kebanggaan (pride), Anda sudah berada sangat dekat dengan kesombongan. Batas antara bangga dan sombong tidaklah terlalu jelas.

Kita sebenarnya terdiri dari dua kutub, yaitu ego di satu kutub dan kesadaran sejati di lain kutub. Pada saat terlahir ke dunia, kita dalam keadaan telanjang dan tak punya apa-apa. Akan tetapi, seiring dengan waktu, kita mulai memupuk berbagai keinginan, lebih dari sekadar yang
kita butuhkan dalam hidup. Keenam indra kita selalu mengatakan bahwa kita memerlukan lebih banyak lagi.

Perjalanan hidup cenderung menggiring kita menuju kutub ego. Ilusi ego inilah yang memperkenalkan kita kepada dualisme ketamakan (ekstrem suka) dan kebencian (ekstrem tidak suka). Inilah akar dari segala permasalahan.

Perjuangan melawan kesombongan merupakan perjuangan menuju kesadaran sejati. Untuk bisa melawan kesombongan dengan segala bentuknya, ada dua perubahan paradigma yang perlu kita lakukan. Pertama, kita perlu menyadari bahwa pada hakikatnya kita bukanlah makhluk fisik, tetapi makhluk spiritual. Kesejatian kita adalah spiritualitas, sementara tubuh fisik hanyalah sarana untuk hidup di dunia. Kita lahir dengan tangan kosong, dan (ingat!) kita pun akan mati dengan tangan kosong.

Pandangan seperti ini akan membuat kita melihat semua makhluk dalam kesetaraan universal. Kita tidak akan lagi terkelabui oleh penampilan, label, dan segala "tampak luar" lainnya. Yang kini kita lihat adalah "tampak dalam". Pandangan seperti ini akan membantu menjauhkan kita dari berbagai kesombongan atau ilusi ego.

Kedua, kita perlu menyadari bahwa apa pun perbuatan baik yang kita lakukan, semuanya itu semata-mata adalah juga demi diri kita sendiri.

Kita memberikan sesuatu kepada orang lain adalah juga demi kita sendiri.

Dalam hidup ini berlaku hukum kekekalan energi. Energi yang kita berikan kepada dunia tak akan pernah musnah. Energi itu akan kembali kepada kita dalam bentuk yang lain. Kebaikan yang kita lakukan pasti akan kembali kepada kita dalam bentuk persahabatan, cinta kasih, makna hidup, maupun kepuasan batin yang mendalam.

Jadi, setiap berbuat baik kepada pihak lain, kita sebenarnya sedang berbuat baik kepada diri kita sendiri.

Kalau begitu, apa yang kita sombongkan?

From:email

Rabu, 11 Maret 2009

Pengharapan Yang Tak Tergoyahkan

Ringkasan khotbah08.03.’09
Pengkhotbah: Pdt. Eddy Tatimu MA – Gembala SidangGPdI HF MDS.
(Ibadah minggu Kedua ’09 GPdI Hagios Family Mangga Dua Square)


Pengharapan Yang Tak Tergoyahkan
Roma 15:4


Saudara-saudara yang kekasih!
Dalam Perjanjian Lama, kita mengenal bangsa Israel sebagai satu bangsa yang selalu mengeluh, bersungut-sungut, suka berbantah-bantah dengan Tuhan. Apa yang mereka inginkan, mereka bersungut-sungut, mengeluh, marah kepada Musa, marah kepada Tuhan. Tidak mau berharap sama sekali kepada Tuhan.
Sekali peristiwa dalam perjalanan mereka menuju ke tanah Perjanjian, mereka bersungut-sungut di hadapan Tuhan tentang nasib buruk mereka, dan hal ini membangkitkan murka-Nya sehingga menyalalah api Tuhan diantara mereka. Mereka ketakutan dan berteriak kepada Musa, dan Musa berdoa kepada Tuhan maka padamlah api itu. Bilangan 11:1-3.
Hal yang sama dengan orang percaya di zaman ini, selalu mengeluh dengan berbagai macam hal kepada Tuhan, “mengapa ‘nasib’ saya demikian?” “mengapa hidup saya begini, begitu” dan seterusnya. Demikianlah keberadaan iman anak-anak Tuhan hari-hari ini, dapat dikatakan sebagai orang percaya yang kurang percaya dan kurang/tidak berharap lagi kepada Tuhan. Keluhan dan sungut-sungutan mencerminkan keberadaan rohani seseorang yang tidak mempunyai pengharapan di dalam Tuhan.
Oleh karena itu Roma 15:4 katakan, bahwa segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita. Bahkan dalam 1 Korintus 10 dicatat disana, semua peristiwa yang terjadi dengan bangsa Israel telah ditulis sebagai contoh dan peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, dimana zaman akhir telah tiba.
Waktu itu bangsa Israel ditimpa dengan kebinasaan di pagut oleh ular, karena mereka tiada hentinya mencobai Tuhan.
Sebagai manusia biasa, kita memang tidak luput dari kelemahan, termasuk ada saat-saat tertentu dalam hidup ini, kita merasa putus asa karena begitu banyak beban masalah yang menekan. Tetapi sebagai orang percaya, marilah kita melihat dengan teliti, bahwa di dalam masalah-masalah tersebut, pasti ada maksud dan rencana Tuhan bagi kita. Rasul Paulus, sebagai seorang Rasul yang dipakai oleh Tuhan begitu luar biasa pun, pernah berkata “……beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami. Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati.” 2 Korintus 1:8b – 9a. Ini sangat manusiawi. Sebab ada waktu-waktu tertentu dalam kehidupan ini, kita merasa lemah dan bahkan putus asa. Tetapi belajarlah kepada Paulus, bagaimana sewaktu dia menghadapi beban yang begitu besar dan berat, apa yang dia lakukan? 2 Korintus 1:9b “Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati.” Inilah juga yang harus kita belajar, didalam bergumul dengan persoalan hidup, yaitu jangan menaruh keyakinan (be persuaded) pada diri sendiri, tetapi percaya dan berharaplah kepada Allah yang hidup dan berkuasa. Amin!
Abraham adalah contoh yang sangat baik di dalam hal beriman dan berpengharapan kepada Allah. Roma 4:18-22 mengatakan, bahwa sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa. Dan hal ini diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran. Dan hasilnya adalah, keturunan Abraham secara jasmani dan secara rohani melebihi separuh penduduk dunia saat ini. Haleluyah! Berharap dan percayalah kepada Tuhan Yesus dengan tidak tergoyahkan oleh apapun. Amin!

Selasa, 10 Maret 2009

Tuhan Adalah Tempat Berharap

Ringkasan khotbah01.03.’09
Pengkhotbah: Pdt. Eddy Tatimu MA – Gembala SidangGPdI HF MDS.
(Ibadah minggu PertamaMaret ’09 GPdI Hagios Family Mangga Dua Square)


Tuhan Adalah Tempat Berharap
Ratapan 3:25


Ayat-ayat ini mengatakan bahwa TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya. Puji Tuhan!
Setiap orang mempunyai pengharapan untuk hal-hal yang baik, tak terkecuali siapapun orang tersebut, dan apapun kepercayaannya, semuanya memiliki pengharapan.
Nabi Yeremia sedang meratapi keadaan bangsanya yang telah dihancurkan oleh raja Babel pada tahun 587 sM. Dia begitu sedih dengan keberadaan bangsanya, air matanya bercucuran mengalir keluar dari matanya yang sudah membengkak karena tangisan. Dalam hatinya dia merasa sudah tidak ada harapan lagi bagi bangsanya untuk bangkit. Kotanya sudah sunyi terpencil, menjadi jajahan lagi, Yerusalem telah ditinggalkan oleh penduduknya karena sengsara dan diperbudak lagi dengan berat. Bayangkan saudara, itulah perasaan Yeremia yang sedang menekan batinnya. Dia merasa putus harapan.
Tetapi ditengah-tengah kesedihannya ini, ada hal-hal yang dia perhatikan, yaitu “Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap : Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! Tuhan adalah bagianku, kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya. TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya….” Ratapan 3:21-25.
Dia tetap berharap akan kasih setia Tuhan dan rahmat-Nya yang besar. Yaitu “Bawalah kami kembali kepada-Mu, ya Tuhan, maka kami akan kembali, baharuilah hari-hari kami seperti dahulu lagi” Ratapan 5:21. Ini adalah doa dan harapan dari sang nabi, dan doa ini belum digenapi, tetapi akan digenapi kelak, sebab pada akhirnya mereka akan tetap terpelihara, sampai Yesus datang kedua kalinya sebagai Raja dan memerintah dengan kemuliaan di Yerusalem.
Jangan pernah putus harapan dalam menghadapi hidup ini, sebab sehebat-hebatnya penderitaan yang dihadapi oleh orang percaya, ada saatnya nanti, semua penderitaan itu akan diganti dengan sukacita dan sorak-sorai kemenangan. Haleluyah! Seperti contoh dengan Ayub. Kita semua tahu cerita tentang Ayub bukan! Dia berada didalam penderitaan yang sangat luar biasa. Hartanya habis dalam sehari. Disusul dengan kematian semua anak-anaknya yang 10 orang itu dalam hari itu juga. Lalu dia sendiri menderita penyakit yang sangat parah, ditambah lagi dengan istrinya yang menekan dia dengan kata-kata yang sangat menyakitkan hati Ayub. Dalam keadaan demikian, teman-temannya datang dengan maksud menghibur, tetapi sebaliknya membuat Ayub menjadi emosional. Saat itu dia merasa, jalan yang paling baik adalah kiranya Tuhan meremukkan dia dan menghabisi nyawanya, inilah harapannya kata Ayub 6:8. ada saat-saat manusia berada didalam keadaan yang sama sekali putus harapan, sehingga menginginkan lebih baik mati saja. Tetapi saudara-saudara yang saya kasihi! Mazmur 9:19 katakan “bukan untuk selamanya hilang harapan orang sengsara.” Pada akhir kisah Ayub, dia dipulihkan, baik hartanya, juga Tuhan memberikan dia 10 orang anak lagi sebagai pengganti yang sepuluh terdahulu yang sudah mati. Mengapa bisa demikian? Apa yang membuat Ayub bertahan?
Didalam Ayub 23:10-12, dikatakan bahwa Ayub setia bersabar/bertahan sambil tetap menuruti Firman-Nya dengan tidak menyimpang. Inilah yang membuat dia bertahan sampai akhir dan menang! Mazmur 37:9 katakan, orang-orang yang menantikan Tuhan akan mewarisi negeri. Orang-orang yang sabar bertahan tidak akan lenyap, tetapi akan mewarisi negeri, jadi ada kelanjutannya. Sebaliknya orang-orang fasik akan dilenyapkan.
Oleh karena itu, saudara-saudara sekalian, apapun yang saudara sedang alami saat ini, bertahan dan berharaplah terus kepada pertolongan Tuhan, sebab pengharapan dalam Tuhan tidak mengecewakan – Roma 5:3-5. Amin!

Jumat, 06 Maret 2009

Harimau dan Serigala

Harimau dan serigala
Di sebuah hutan, tinggallah seekor serigala pincang. Hewan itu hidup bersama seekor harimau yang besar berbadan coklat keemasan. Luka yang di derita serigala, terjadi ketika ia berusaha menolong harimau yang di kejar pemburu. Sang serigala berusaha menyelamatkan kawannya. Namun sayang, sebuah panah yang telah di bidik malah mengenai kaki belakangnya. Kini, hewan bermata liar itu tak bisa berburu lagi bersama harimau, dan tinggal di sebuah gua, jauh dari perkampungan penduduk.

Sang harimau pun tahu bagaimana membalas budi. Setiap selesai berburu, di mulutnya selalu tersisa sepotong daging untuk dibawa pulang. Walaupun sedikit, sang serigala selalu mendapat bagian daging hewan buruan. Sang harimau paham, bahwa tanpa bantuan sang kawan, ia pasti sudah mati terpanah si pemburu. Sebagai balasannya, sang serigala selalu berusaha menjaga keluarga sang harimau dari gangguan hewan-hewan lainnya. Lolongan serigala selalu tampak mengerikan bagi siapapun yang mendengar. Walaupun sebenarnya ia tak bisa berjalan dan hanya duduk teronggok di pojok gua.

Rupanya, peristiwa itu telah sampai pula ke telinga seorang pertapa. Sang pertapa, tergerak hatinya untuk datang, bersama beberapa orang muridnya. Ia ingin memberikan pelajaran tentang berbagi dan persahabatan, kepada anak didiknya. Ia juga ingin menguji keberanian mereka, sebelum mereka dapat lulus dari semua pelajaran yang diberikan olehnya. Pada awalnya banyak yang takut, namun setelah di tantang, mereka semua mau untuk ikut.

Di pagi hari, berangkatlah mereka semua. Semuanya tampak beriringan, dipandu sang pertapa yang berjalan di depan rombongan. Setelah seharian berjalan, sampailah mereka di mulut gua, tempat sang harimau dan serigala itu menetap. Kebetulan, sang harimau baru saja pulang dari berburu, dan sedang memberikan sebongkah daging kepada serigala. Melihat kejadian itu, sang pertapa bertanya bertanya kepada murid-muridnya, “Pelajaran apa yang dapat kalian lihat dari sana..?”.Seorang murid tampak angkat bicara, “Guru, aku melihat kekuasaan dan kebaikan Tuhan. Tuhan pasti akan memenuhi kebutuhan setiap hamba-Nya. Karena itu, lebih baik aku berdiam saja, karena toh Tuhan akan selalu memberikan rezekinya kepada ku lewat berbagai cara.”

Sang pertapa tampak tersenyum. Sang murid melanjutkan ucapannya, “Lihatlah serigala itu. Tanpa bersusah payah, dia bisa tetap hidup, dan mendapat makanan.” Selesai bicara, murid itu kini memandang sang guru. Ia menanti jawaban darinya. “Ya, kamu tidak salah. Kamu memang memperhatikan, tapi sesungguhnya kamu buta. Walaupun mata lahirmu bisa melihat, tapi mata batinmu lumpuh. Berhentilah berharap menjadi serigala, dan mulailah berlaku seperti harimau.”

***

Adalah benar bahwa Tuhan ciptakan ikan kepada umat manusia. Adalah benar pula, Tuhan menghamparkan gandum di tanah-tanah petani. Tapi apakah Tuhan ciptakan ikan-ikan itu dalam kaleng-kaleng sardin? Atau, adakah Dia berikan kepada kita gandum-gandum itu hadir dalam bentuk seplastik roti manis? Saya percaya, ikan-ikan itu dihadirkan kepada kita lewat peluh dan kerja keras dari nelayan. Saya juga pun percaya, bahwa gandum-gandum terhidang di meja makan kita, lewat usaha dari para petani, dan kepandaian mereka mengolah alat panggang roti.

Begitulah, acapkali memang dalam kehidupan kita, ada fragmen tentang serigala yang lumpuh dan harimau yang ingin membalas budi. Memang tak salah jika disana kita akan dapat menyaksikan kebesaran dan kasih sayang dari Tuhan. Dari sana pula kita akan mendapatkan pelajaran tentang persahabatan dan kerjasama. Namun, ada satu hal kecil yang patut diingat disana, bahwa: berbagi, menolong, membantu sudah selayaknya menjadi prioritas dalam kehidupan kita. Bukan karena hal itu adalah suatu keterpaksaan, bukan pula karena di dorong rasa kasihan dan ingin membalas budi.

Berbagi dan menolong, memang sepatutnya mengalir dalam darah kita. Disana akan ditemukan nilai-nilai dan percikan cahaya Tuhan. Sebab disana, akan terpantul bahwa kebesaran Tuhan hadir dalam tindak dan perilaku yang kita lakukan. Di dalam berbagi akan bersemayan keluhuran budi, keindahan hati dan keagungan kalbu. Teman, jika kita bisa memilih, berhentilah berharap menjadi serigala lumpuh, dan mulailah meniru teladan harimau.

From:email

Kamis, 05 Maret 2009

Memulai Suatu Pergerakan

Pergerakan bukanlah satu even besar yang menghebohkan seperti yang selama ini diidam-idamkan banyak orang. Pergerakan bukan one time revival dari satu atau dua hamba Tuhan. Pergerakan adalah sebuah penyatuan derap dan langkah untuk menunaikan Amanat Agung. Apa itu pergerakan?

Bersatunya Dua Alam: Roh dan Jasmani Pertama, pergerakan adalah bersatunya dua alam, yaitu dunia roh dan jasmani. Firman Tuhan mengatakan di dalam: Mat 6:9-10 Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah namaMu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Eze 37:3-5 Lalu Ia berfirman kepadaku: "Hai anak manusia, dapatkah tulang-tulang ini dihidupkan kembali?" Aku menjawab: "Ya Tuhan ALLAH, Engkaulah yang mengetahui!" Lalu firman-Nya kepadaku: "Bernubuatlah mengenai tulang-tulang ini dan katakanlah kepadanya: Hai tulang-tulang yang kering, dengarlah firman TUHAN! Beginilah firman Tuhan ALLAH kepada tulang-tulang ini: Aku memberi nafas hidup di dalammu, supaya kamu hidup kembali. Apabila ‘pergerakan’ adalah bagian dari penggenapan Amanat Agung, maka setiap orang perlu untuk memulai sebuah ‘pergerakan’ dengan memahami tujuan dan panggilan Tuhan dalam ‘pergerakan’ tersebut. ‘Pergerakan’ bukan sebuah program yang dinilai hanya berdasarkan dari banyaknya program, melainkan dinilai dari setiap visi dan panggilan Tuhan dalam pergerakan tersebut. ‘Pergerakan’ ada demi tujuan dan kehendak Tuhan dalam pergerakan itu sendiri. Mengapa kita memulai hal ini? Mengapa kita memercayai bahwa ini sebuah ‘pergerakan’? Inilah yang harus kita ketahui dengan pasti sebelum mulai melangkah lebih jauh. Menemukan kehendak Tuhan di bumi seperti di Sorga adalah bagian terpenting pada awal, proses, dan akhir dari perguliran pergerakan. Bahkan, kegagalan terbesar dari banyaknya pergerakan adalah kehilangan fokus dan kewaspadaan terhadap arah dan kehendak Tuhan. Bersatunya Para Pemimpin Kedua, pergerakan adalah bersatunya para pemimpin, sepertiyang dapat kita baca di dalam Firman Tuhan: 1Ch 12:22 Dari hari ke hari orang datang kepada Daud untuk membantu dia sehingga mereka menjadi tentara yang besar, seperti bala tentara Allah. ‘Pergerakan’ bukan one man show! Saat memasuki sebuah pergerakan, kita akan menemukan ada banyak orang bergabung untuk terlibat di dalamnya. Motivasinya pun berbeda-beda. Tetapi yang pasti, pergerakan adalah tempat berkumpulnya para pemimpin. Dalam 1 Tawarikh 12, kita akan menemukan 5 jenis pemimpin. Pertama, Daud (pemimpin yang memimpin), Pemanah (pemimpin yang memberi arah), Infantri (pemimpin yang merekrut dan bergerak), Pemimpin (pemimpin yang mengawasi), dan Penguasa (pemimpin yang menyatukan atau mengintegrasi). Kita mungkin melupakan suatu kebenaran penting, yaitu ‘yang perlu dan lebih dahulu harus bersatu adalah para pemimpin.’ Ini akan menjadi tugas tersulit yang akan dihadapi selama perguliran ‘pergerakan’, bahkan ini sudah menjadi penyebab rusaknya suatu pergerakan. Pemimpin akan merasa diri penting atau bahkan terjebak untuk merasa tidak membutuhkan orang lain, terutama ketika apa yang dipercayakan Tuhan makin besar. Atau, kita akan melihat ‘pergerakan-pergerakan tandingan’. Bersatunya Jalur Pemberi Dampak Ketiga, ‘pergerakan’ adalah bersatunya dua jalur pemberi dampak yang ditentukan Tuhan. Transformasi seperti yang didengung-dengungkan hari-hari ini adalah hasil dari revival dan ‘pergerakan’. Mat 5:13-14 "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Untuk melaksanakan kehendak Tuhan dalam mentransformasi suatu masyarakat, dapat dilakukan dengan dua jalur: GARAM dan TERANG. GARAM berarti, kita tidak merubah penampilan sebuah masyarakat dari luar, melainkan masuk dan terlibat sepenuhnya dalam masyarakat tersebut dan merubah ‘rasa’ atau atmosfir masyarakat tersebut. Ini berarti pergerakan memerlukan dan memacu mereka yang ada dalam sosial masyarakat terlibat aktif untuk menggenapi kehendak Tuhan bagi masyarakat. Merubah dunia kerja merupakan penggenapan GARAM DUNIA pada hari-hari ini. TERANG berarti, kita memerlukan sebuah shock therapy bagi mereka yang ingin kita jangkau. Di sini dibutuhkan orang-orang yang ‘memukul genderang perang’. Disinilah tujuan dan visi Tuhan dinyatakan secara gamblang dan lugas. Disinilah setiap pemimpin diuji komitmen dan keseriusannya terhadap pergerakan Tuhan. Kedua hal ini harus berjalan bersama-sama agar maksimal.

Oleh: Donny Tatimu

Senin, 02 Maret 2009

Iman Mengalahkan Ketakutan

Ringkasan khotbah 15.02.’09
Pengkhotbah: Pdt. Eddy Tatimu MA – Gembala SidangGPdI HF MDS.
(Ibadah minggu Ketiga Pebruari ’09 GPdI Hagios Family Mangga Dua Square)


IMAN MENGALAHKAN KETAKUTAN
Yesaya 12:2


Saudara kekasih di dalam Kristus!
Kita hari ini masih berada di dalam tema bulanan IMAN. Betapa perlunya kita memahami tentang iman. Sebab iman merupakan dasar dari perjalanan hidup setiap orang percaya.
Hari ini kita telah membaca sebuah ayat diambil dari Yesaya 12:2 yang berbicara tentang Allah yang adalah keselamatan kita, olehNya Yesaya percaya dengan tidak gementar, dasarnya karena TUHAN ALLAH itu kekuatan dan mazmurnya…….
Ada dasar bagi orang percaya untuk tidak takut menghadapi apapun, yaitu percaya kepada Dia yang adalah sumber kekuatan. Amin!
Tetapi hari-hari ini, khususnya manusia akhir zaman, hati mereka akan menjadi lemah dan takut karena begitu banyak peristiwa yang sedang terjadi bahkan yang diprediksi akan terjadi. Mata rantai dari krisis global akan mengakibatkan kesulitan dan kesusahan bagi banyak orang. Ekonomi menjadi kacau balau, bursa saham dunia berguguran, sendi-sendi perekonomian dan keuangan berantakan. Negara-negara di dunia sedang bergumul dengan sekuat tenaga untuk berusaha bangkit dari keterpurukan ini. Saat-saat inilah merupakan saat-saat yang dapat membuat orang gementar – kata Yesaya.
Kata gementar dalam Yesaya 12 ini, bukan suatu ketakutan yang biasa-biasa, tetapi ketakutan yang membuat orang menggigil/gemetar. Ini adalah sebuah perasaan takut yang dapat melumpuhkan orang. Sebab perasaan takut ini akan masuk dalam hati dan pikiran serta mengakibatkan tekanan dan kecemasan, dan akhirnya membuat orang tidak dapat menikmati hidup dengan baik.
Yesus tidak pernah bermaksud supaya kita menjadi budak ketakutan, seringkali kita membaca dalam Injil, Dia berkata “Jangan takut, jangan takut!” Yesus ingin kita menolak ketakutan, sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan – 2 Tim. 1:7. Allah tidak mau kita hidup dalam ketakutan.
Orang bisa menjadi penakut, karena dia kurang percaya. Sebab kalau dia percaya bahwa Allah menyertainya, dia pasti tidak takut. Saudara lihat dalam markus 4:35-40. Dikisahkan Yesus bersama murid-murid-Nya menyeberang danau Galilea, ditengah perjalanan tersebut, mengamuklah angin taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu mulai penuh dengan air, artinya perahu sudah mau tenggelam. Siapa yang tidak takut menghadapi peristiwa yang demikian. Bukankah kehidupan saudara dan saya juga sering mengalami hal yang sama? Kehidupan kita ibarat perahu yang sedang berlayar ditengah lautan yang luas, yaitu dunia ini. Seringkalikali kita mengahdapi hantaman angin dan gelombang yang besar. Berapa banyak kali saudara berteriak ketakutan? Tetapi kita mau belajar dari Markus pasal 4 ini. Yesus ada bersama-sama murid-murid di dalam perahu, tetapi mereka membiarkan Yesus tertidur di buritan. Mereka mau coba mengandalkan kebisaan mereka – yaitu keahlian, kepintaran, pengalaman, kemampuan. Jadi seakan-akan mereka mau berkata, “Yesus Engkau istirahat saja, kami bisa berlayar dengan kemampuan kami, kami sudah berpengalaman, kami ‘kan mantan-mantan nelayan di danau ini, jadi kami sudah biasa.” Bukankah saudara juga sering berperilaku seperti demikian? Manusia terlalu sombong dengan kemampuannya sendiri, sehingga pada waktu berhadapan dengan masalah bereka ketakutan. Seperti murid-murid ini, mereka dalam ketakutan akan binasa, lalu datang pada Yesus dan berkata “Guru, Engkau tidak peduli kalau kita binasa?” Makia Yesus dengan penuh kasih Dia bangun dan menghardik angin itu dan memerintahkan kepada gelombang danau itu :”Diam! Tenanglah!” Lalu semua menjadi tenang. Dan perhatikan, inilah sumber ketakutan itu, Yesus berkata kepada mereka :”Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” Ketakutan datang karena tidak percaya (Bhs Ingg. Have no faith) – tidak mempunyai iman. Takut dan tidak takut, itu semua bergantung apakah engkau memiliki iman atau tidak memiliki iman. Jadi bagaimana mengatasi ketakutan, jawabannya adalah saudara harus memiliki iman kepada Allah, percaya kepada Firman Allah, sebab hanya Firman Allahlah yang dapat membangkitkan imanmu dan berdoalah senantiasa sampai engkau dipenuhi dengan kuasa Roh Kudus yang akan memberikan kekuatan dan damai sejahtera kepadamu – Filipi 4:6-7. Amin!