Rabu, 17 Desember 2008

Akibat Berpikiran Sempit

Akibat berpikiran Sempit
Alkisah, pada suatu kala hiduplah seorang pemuda yang hidup bersama kedua orang tuanya yang sudah tua. Kehidupan mereka boleh dibilang biasa-biasa saja, malah kadang-kadang serba kekurangan. Pemuda itu bekerja sebagai seorang buruh untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Usia kedua orang tuanya yang sudah tua membuat mereka tidak memungkinkan lagi untuk bekerja mencari nafkah.

Pada suatu hari ayah pemuda itu sakit keras. Sayangnya, pemuda itu tidak memiliki cukup uang untuk biaya pengobatan ayahnya. Akhirnya, sang ayah tersebut hanya bisa diberi pengobatan sekadarnya, padahal pertolongan dari dokter sangatlah penting. Dari hari ke hari penyakit ayahnya semakin memburuk dikarenakan tidak adanya pengobatan dari dokter. Sampai suatu hari mereka memperoleh keberuntungan yang tidak disangka-sangka. Mereka diberi uang yang cukup banyak oleh orang yang tak diketahui identitasnya. Orang tersebut menulis di kertas dan berpesan agar uang tersebut digunakan untuk biaya dokter dan pengobatan ayahnya.

Pemuda tersebut dan ibunya sungguh bahagia bukan main mendapat rezeki durian runtuh dari seseorang yang tidak diketahui. Setelah beberapa hari, ayah pemuda itu semakin membaik kesehatannya dan akhirnya sembuh dari sakitnya, berkat perawatan dari dokter.

Suatu hari pada saat berjalan pulang dengan membawa makanan yang dibelinya, tiba-tiba seseorang di depan menabraknya dengan cukup keras dan menyebabkan makanan yang dibeli terjatuh berserakan di jalanan. Ternyata orang yang menabraknya adalah tetangga sebelahnya yang cukup kaya. Pemuda itu memang dari dulu tidak begitu suka dengan tetangganya karena ia kaya dan menurutnya agak sombong. Langsung saja pemuda itu memaki orang tadi sehingga membuat orang-orang disekeliling menoleh melihat mereka. Walaupun tetangganya terus-menerus meminta maaf dan akan mengganti makanan yang terjatuh, ia terus saja berteriak marah-marah dengan wajah mengerikan. Meskipun begitu, tetangga itu tetap tenang dan tidak tersinggung. Pemuda itu menyalahkannya meskipun bukan sepenuhnya kesalahannya. Pemuda itu juga tidak melihat ke depan sehingga bertabrakan. Kejadian itu membuatnya semakin menyalakan api kebencian kepada tetangganya.

Setelah ia pulang ke rumah, ibunya bergegas memanggilnya dan berkata, “Anakku, tahukah kamu siapa sebenarnya orang yang sudah berbaik hati memberikan uang kepada kita untuk biaya pengobatan ayahmu?” Pemuda itu menggelengkan kepala sambil merasa penasaran siapa sebenarnya orang tak dikenal yang sangat dermawan itu. Kemudian ibunya dengan antusias berkata, “Orang itu adalah tetangga kita yang di sebelah, ia sendiri yang mengatakannya setelah menjenguk ayahmu tadi. Ia benar-benar baik, tutur katanya sopan dan rendah hati walaupun kaya. Kamu harus ke rumahnya untuk berterima kasih atas kebaikan hatinya.”

Mendengar kenyataan ini, pemuda itu merasa malu karena ia tadi baru saja memarahi tetangganya habis-habisan di jalan, padahal ia tak sengaja menabraknya. Ia merasa tak seharusnya ia seperti itu hanya karena persoalan kecil.

---

Ada sebuah kutipan yang mengatakan bahwa kita harus melihat kesalahan orang lain seperti melihat melalui lensa cekung dan melihat kebaikan orang lain seperti melihat melalui lensa cembung. Artinya kita tidak perlu mengingat kesalahan orang lain. Yang terpenting adalah bagaimana kita mengingat kebaikan-kebaikan yang dimiliki oleh seseorang, apalagi kebaikan yang telah dilakukannya untuk kita.

Mungkin Anda sekarang sedang benci, merasa iri atau dengki terhadap orang lain hanya dikarenakan Anda tidak menyukai mereka, atau mereka bersalah kepada Anda atau bahkan Anda terlalu fokus kepada keburukan orang lain sehingga Anda menutup mata terhadap kebaikan yang mereka miliki. Anda sepatutnya memaafkan kesalahan mereka, karena tidak ada orang yang dapat luput dari kesalahan. Lihat kebaikan yang mereka miliki, maka Anda akan terbebas dari perasaan benci, tidak suka, iri maupun dengki.

Begitu juga dalam berinteraksi dengan orang lain. Jika Anda selalu berfokus pada kebaikan-kebaikan yang mereka miliki, maka Anda akan lebih bersikap hangat yang dapat menciptakan komunikasi yang harmonis. Dan orang lain pun akan merasa bahwa Anda adalah orang yang menyenangkan.

From:email

Tidak ada komentar: