Selasa, 06 Januari 2009

Manusia Kepiting

Manusia kepiting
*_Manusia Kepiting_*

Di Filipina, masyarakat pedesaan gemar sekali menangkap dan memakan kepiting
sawah. Kepiting itu ukurannya kecil, namun rasanya cukup lezat.
Kepiting-kepiting itu ditangkap pada malam hari, lalu dimasukkan ke dalam
baskom, tanpa diikat. Keesokkan harinya, kepiting-kepiting ini akan direbus,
lalu disantap untuk lauk selama beberapa hari.


Yang menarik, tentu saja kepiting-kepiting itu akan selalu berusaha untuk
keluar dari baskom, sekuat tenaga mereka, dengan menggunakan capit-capitnya
yang kuat. Namun, seorang penangkap kepiting yang handal selalu tenang
meskipun hasil buruannya selalu berusaha meloloskan diri.

Jurusnya hanya satu, si penangkap tahu betul sifat para kepiting itu.
Jika ada seekor kepiting yang nyaris meloloskan diri keluar dari baskom,
teman-temannya pasti akan menariknya lagi kembali ke dasar.
Bila ada lagi yang naik dengan cepat ke mulut baskom, lagi-lagi temannya
akan menariknya turun. Begitu seterusnya, sampai akhirnya tak seekor
kepiting pun yang berhasil kabur dari baskom.

Keesokan harinya, sang penangkap tinggal merebus mereka semua dan matilah
sekawanan kepiting yang dengki itu.

Begitu pula dalam kehidupan ini, tanpa sadar kita juga terkadang menjadi
seperti kepiting-kepiting itu.

Yang seharusnya bergembira jika teman atau saudara kita meraih keberhasilan,
kita malahan berprasangka buruk: jangan-jangan keberhasilan itu diraihnya
dengan jalan yang tidak benar.

Apalagi dalam bisnis atau bidang lain yang mengandung unsur kompetisi.
Sifat iri, tak mau kalah, atau munafik, akan semakin nyata dan kalau tidak
segera kita sadari, tanpa sadar kita sudah membunuh diri kita sendiri.

Kesuksesan akan datang kalau kita bisa menyadari bahwa di dalam bisnis atau
persaingan yang penting bukan siapa yang menang, namun terlebih penting dari
itu seberapa jauh kita bisa mengembangkan diri kita seutuhnya.

Jika kita berkembang, kita mungkin bisa menang atau bahkan bisa juga kalah
dalam suatu persaingan, namun yang pasti: kita menang dalam kehidupan ini.

Gelagat seseorang adalah "kepiting" antara lain:

1. Selalu mengingat kesalahan pihak luar (bisa orang lain atau situasi) dan
menjadikannya sebagai acuan dalam bertindak.

2. Hobi membicarakan kelemahan orang lain, tapi tidak mengetahui kelemahan
dirinya sendiri sehingga ia hanya sibuk merintangi orang lain yang akan
sukses dan melupakan usaha mensukseskan dirinya dengan cara yang positif.

Seharusnya kepiting-kepiting itu tolong-menolong keluar dari baskom, namun
yaah... dibutuhkan jiwa yang besar untuk melakukannya..

Coba renungkan, berapa waktu yang kita pakai untuk memikirkan cara-cara
menjadi "pemenang" dalam kehidupan sosial, bisnis, sekolah, atau agama.
Seandainya kita bisa menggunakan waktu tersebut untuk memikirkan cara- cara
pengembangan diri yang positif, niscaya kita akan berkembang menjadi pribadi
yang lebih sehat dan dewasa.

From:email

Tidak ada komentar: